"Sini, Delon biar saya yang gendong." Kata Jimin ketika selesai memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya.
"Saya bisa, kok. Kalo dipindah takutnya dia nangis." Kata Seulgi dan memberikan senyum yakinnya kepada Jimin. Lelaki itu menatap Seulgi ragu namun kemudian Seulgi langsung keluar dari mobil perlahan dengan Delon yang tertidur di gendongannya.
Jujur, Seulgi pegal. Tapi kasian kalau Delon harus kebangun dan menangis. Lebih baik dia tuntaskan tugasnya ini.
Jimin ikut keluar dari mobil dan membawakan belanjaan Seulgi yang tadi. Segera dia membuka pintu rumahnya dan meletakkan semua barang bawaan di atas sofa. Sedangkan Seulgi berdiri kaku di ambang pintu sambil masih menggendong Delon.
"Kamar dia di sana. Masuk aja, saya mau ambilin kamu minum." Jimin menunjuk pintu kamar di samping tangga. Seulgi mengangguk dan segera berjalan kesana. Dia ingin cepat-cepat meletakkan Delon karena tangannya sudah terlalu pegal.
Seulgi menutup pintu kamar Delon dan menghela nafas lega karena akhirnya dia bebas.
"Kamu kalau capek bilang aja. Saya jadi ga enak." Kata Jimin setelah Seulgi sampai di ruang tamu.
"Santai aja. Saya emang suka anak kecil, kok."
"Tapi Delon berat, saya jadi ga enak terus sama kamu."
"Duh, udah. Lama kelamaan jadi berantem kalau bahas ini terus." Seulgi tertawa setelahnya. Satu hal lagi yang menarik perhatian Jimin, kedua mata Seulgi yang menyipit karena tersenyum itu lucu.
"Maaf, kamu kuliah atau kerja?" Tanya Jimin mulai kepo.
"Saya kuliah, lagi nyusun skripsi." Jawab Seulgi. Jimin mengangguk mengiyakan. Nah, sekarang dia bingung harus bicara apa.
"Minumannya diminum, ya. Saya cuman ada teh." Jimin kemudian menunjuk secangkir teh yang telah dia sajikan itu.
"Ga pa-pa, saya semua minuman juga suka, kok. Hehe." Seulgi nyengir dan meraih cangkir itu. Meniupnya perlahan agar tidak terlalu panas saat dia meneguk teh itu.
"By the way, saya manggil kamu 'kak', boleh?" Tanya Seulgi.
Jimin tertawa mendengarnya. Baru kali ini ada seseorang yang izin terlebih dahulu untuk memanggilnya. Entah gadis ini yang terlalu polos atau bagaimana. "Boleh."
"Tadinya mau saya panggil Om."
"Jangan, dong. Saya jadi merasa tua banget padahal kepala tigapun belom."
"Umur Delon berapa, sih?" Tanya Seulgi. Astaga, dia ingin sekali mengutuk diri sendiri karena dia merasa terlalu banyak bicara dan kepo dengan lelaki ini. Sepertinya Seulgi tidak bisa dibiarkan berduaan dengan lelaki tampan seperti Jimin ini.
"Sebentar lagi empat tahun."
"Oh, ya? Kapan?" Tanya Seulgi antusias.
Kemudian dengan cepat gadis itu menutup mulutnya. "Ya ampun, maaf kalau saya kayaknya kepo banget."
Jimin lagi-lagi tertawa. "10 Februari."
Mendengarnya, Seulgi semakin semangat. "Serius? Wah, kebetulan banget."
"Kenapa?" Tanya Jimin heran. Tidak ada orang yang pernah sesemangat ini saat mengetahui tanggal ulang tahun anaknya itu.
"Saya-"
"Anakku!"
Ucapan Seulgi terpotong ketika pintu rumah Jimin terbuka dan masuklah wanita paruh baya dengan tentengan plastik dari toko buah. Melihat itu, Seulgi panik sendiri. Dia tahu pasti kalau wanita ini pasti Ibunya Jimin.
![](https://img.wattpad.com/cover/94491939-288-k762745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journal [p.j.m & k.s.g]
Fanfiction[SLOW UPDATE] Kumpulan cerita Jimin x Seulgi.