"Ma, bangun." Seulgi memasuki kamar orang tuanya yang gelap. Ibunya bergerak pelan kemudian mulai merubah posisi menjadi duduk.
"Iya, dek. Tolong matiin AC-nya." Suruh si Mama. Seulgi menurut dan segera mematikan pendingin ruangan kamar ini.
"Kamu ga tidur lagi, ya?" Ibunya bertanya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
"Hehe." Seulgi cengengesan dan kemudian melesat keluar dari kamar orang tuanya. Dia masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil ikat rambut kemudian keluar lagi untuk membantu Ibunya yang mulai berisik di dapur.
"Masak apa, Ma?" Tanya Seulgi. Ibunya yang sedang mengisi panci dengan air menoleh sekilas.
"Sayur bayem aja, ya? Sama nugget? Eh, masih ada rendang. Tolong ambil di kulkas, dek." Jawabnya. Seulgi menurut dan langsung menuju kulkas. Matanya melihat seluruh isi kulkasnya untuk mencari tupperware berisi rendang yang dimaksud Ibunya.
"Yang ini, Ma?" Tanya Seulgi sambil menarik tupperware persegi warna cokelat.
"Iya."
Seulgi beranjak dan memberikan tempat makan itu kepada Ibunya. Setelah Ibunya mengusirnya, Seulgi kembali ke kamarnya dan menyalakan ponselnya.
Dilihatnya sekarang 3.20 dan sebentar lagi dia harus membangunkan Jimin alias pacarnya. Biasa, anak rantau yang satu ini harus selalu dibangunkan oleh Seulgi ketika harus sahur.
Setelah 5 menit menelfon sang pacar, akhirnya Jimin mengangkat telefonnya.
"Bangun, sayang." Seulgi berkata lembut ketika panggilan telefonnya diangkat oleh Jimin.
"Ngantuk.." Jimim merengek di ujung telefon.
"Video call, ya? Biar semangat kalo liat aku." Kata Seulgi. Cewek itu kemudian tertawa sendiri mendengar kalimat yang dia ucapkan.
"Halo!" Sapa Seulgi semangat. Dilihatnya Jimin masih mengusap matanya kemudian membenarkan rambutnya yang acak-acakkan.
"Cantik." Kata Jimin begitu nyawanya nyaris 100% pulih. Seulgi tertawa puas mendengar pujian Jimin, cowok itu selalu memujinya ketika mereka beralih ke video call.
"Ayo, bangun! Semangat sahurnya biar nanti di kantor kamu semangat!"
"Aku males masak." Jimin kembali merengek.
"Kamu tinggal panasin doang, kan? Semalem aku bawain lauk. Bahkan pulang, aku juga masakin nasi buat kamu." Kata Seulgi mulai galak. Dapat terlihat jelas Jimin cemberut.
"Aku males."
"Jim," Seulgi menatap cowok itu galak.
"Fine, fine." Jimin mulai berdiri sambil terus membawa ponselnya bersama.
"Sebentar, aku mau ke toilet." Jimin meletakkan ponselnya di atas meja dan kini Seulgi hanya dapat melihat atap flat cowok itu.
"Kamu taro di kulkas, kan?" Jimin kembali dan kini cowok itu berjalan menuju kulkas. Tangan kirinya memegang ponsel yang diarahkan kepadanya dan tangan kanannya yang mencari tempat makan yang berisi lauk dari Seulgi.
"Iya, aku taro di paling bawah. Tempat makannya warna biru. Ada?" Tanya Seulgi. Dia ingin melihat ke arah kulkas, tapi layar ponselnya hanya menunjukkan wajah Jimin. Cowok itu juga tanpa sadar memanyunkan bibirnya sambil mencari.
"Ada." Jimin mengangguk.
"Ya udah. Mama udah selesai masak. Aku makan dulu, oke? Kamu panasin dulu makanan kamu, nanti video call lagi. Da-ah!" Seulgi melambaikan tangannya sambil tersenyum manis sekali sampai-sampai Jimin tertawa. Cowok itu mengikuti perintah mba pacar dan 10 menit kemudian dia sudah menyantap makanannya.
***
"Enak makanannya?" Seulgi bertanya sambil membenarkan letak duduknya. Dia menyandarkan badannya di kepala tempat tidur. Jimin yang ada di layar ponselnya sedang menenggak habis air mineralnya.
"Enak, lah. Mama kamu yang masak?" Tanya cowok itu.
Seulgi mengangguk antusias. "Aku juga bantuin masak! Yang kasih bumbu aku, tapi diinstruksi sama Mama, sih. Hehe.." Seulgi lagi-lagi cengengesan. Demi apapun, Jimin ingin sekali mencubit gemas pipi gembul pacarnya itu.
"Lumayan, lah. Berarti nanti aku sama anak-anak kita ga harus beli makan di luar." Kata Jimin santai.
"Apa, sih.." Seulgi salah tingkah. Walaupun sudah 2 tahun bersama dan sudah sering sekali digombalin seperti ini, rasanya masih sama seperti pertama kali.
"Aminin, dong?"
"Amin.."
Jeda beberapa detik. Keduanya terdiam sambil menatap ke layar. Tidak ada rasa canggung di kondisi diam ini. Jimin memperhatikan Seulgi yang sedang melamun namun matanya menatap layar juga.
"Gi," panggil Jimin. Cewek itu tersadar dan kembali menatap Jimin.
"Apa?"
"Kapan kita bisa sahur bareng, ya.." tanya Jimin.
Seulgi membenarkan rambutnya. "Nanti, kalo kita udah jadi pasutri."
"Eh?" Jimin kaget. Tidak biasanya Seulgi berani berbicara seperti ini. Pacarnya itu selalu malu-malu kalau Jimin membahas tentang apapun yang berkaitan dengan rumah tangga.
"Apa? Shock banget kayaknya." Kata Seulgi bingung.
"Iya, shock banget. Kamu udah mau jadi istri aku, ya?"
"Belom."
"Gi! Jangan bikin aku ga semangat." Jimin kembali merengek. Sedangkan Seulgi tertawa puas setelah menggoda mas pacar.
"Udah, jangan dipikirin dulu. Apapun yang terbaik pasti udah direncanain sama Allah." Kata Seulgi kemudian. Jimin mengangguk-angguk.
"Eh, tapi kamu 'kan yang terbaik buat aku." Kata Jimin lagi. Dilihatnya Seulgi yang menunduk tersipu sambil tersenyum tipis. Cewek ini, cewek apa adanya yang sudah membuat Park Jimin menetapkan hatinya sejak dua tahun yang lalu.
"Iya, amin.."
Obrolan terus berlanjut sampai 7 menit setelahnya. Mereka bercerita banyak seakan tidak bertemu dalam waktu yang lama, padahal semalam Seulgi mampir ke tempat Jimin untuk membawakan cowok itu makanan dari Ibunya.
"Nanti kamu buka puasa di rumahku, ya? Mama sama Papa kayanya kangen sama kamu." Kata Seulgi. Dia melirik sekilas jam yang tergantung di depannya. Imsak masih lumayan lama.
"Kamu kali yang kangen sama aku?"
"Udah, ah. Kamu godain aku mulu dari tadi." Seulgi cemberut. Dia terlihat sangat menggemaskan dan Jimin suka.
"Iya, iya. Nanti aku dateng abis ashar, ya. Kamu mau dibawain apa?" Tanya Jimin.
"Ga usah. Mama masak banyak." Tolak Seulgi halus.
"Ah, ga enak kalo ga bawa apa-apa. Aku bawain martabak bangka kesukaan Papa kamu aja, ya?"
"Kamu carmuk mulu sama si Papa."
"Hah? Ga carmuk juga Papa kamu udah suka sama aku." Kata Jimin dengan percaya diri. Seulgi memutar bola matanya malas dan mengundang tawa cowok itu lagi.
"Iya, deh. Terserah kamu aja."
"Ya udah. Aku tutup, ya? Kamu keluar kamar biar nonton bareng Mama sama abang kamu." Kata Jimin. Cowok itu memang selalu menutup telefon ketika imsak sudah sebentar lagi. Jangan sampai Seulgi sahur tanpa menghabiskan waktu bersama keluarganya.
"Oke. Abis sholat jangan langsung tidur, ya."
"Iya. Da-ah!" Kini gantian Jimin yang melambaikan tangannya dan memasang wajah yang menggemaskan. Seulgi terbahak kemudian mematikan sambungan mereka.
Semoga sahurnya bisa terus menerus bersama cowok itu.
—-
Kemaren ada yang request seulmin edisi ramadan. Semoga ini memenuhi ekspektasi kamu ya! Hahaha
![](https://img.wattpad.com/cover/94491939-288-k762745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journal [p.j.m & k.s.g]
Fanfiction[SLOW UPDATE] Kumpulan cerita Jimin x Seulgi.