Happy Reading...
Typo bertebaran di mana-mana...
Suara Pak Hendri menggema di seluruh penjuru ruangan guru. Semua guru yang berada di ruangan seketika menghentikan kesibukan mereka karena lebih tertarik melihat Pak Hendri yang sedang memarahi Darka. Pak Hendri tampak duduk di bangkunya dengan terus menatap sangar kearah Darka, yang sekarang hanya mematung terdiam di depannya.
Pak Hendri terlihat sangat kesal terhadap Darka, bagaimana tidak ini sudah 3 hari dari hari dimana ia memberikan tugas kepada perangkat OSIS untuk membuat proposal PENSI sekolah. Tapi sampai sekarang juga Darka belum menyelesaikannya sedangkan dia harus menyerahkan proposal tersebut kepada kepala sekolah.
Darka tampak tabah mendengar umpatan-umpatan Pak Hendri kepadanya. Apalagi di ruang guru tersebut terdapat Bu Devi guru yang sering ia ledek. Bu Devi tampak senang sekali melihat Darka siswa si pembuat onar di sekolah yang sekarang hanya diam terpaku di depan Pak Hendri.
Darka memang sudah sangat gerah mendengar umpatan-umpatan Pak Hendri yang sangat memojokkannya. Apalagi dari tempatnya berdiri dia dapat melihat dengan jelas semua guru sedang menertawainya seolah memberikan instruksi kepada Pak Hendri untuk tambah memarahinya.
Tapi Darka sadar ini ruangan guru dan dia tidak mungkin membuat onar di sini. Bukan karena takut hanya saja dia tau sehabis dia melakukan hal itu namanya pasti akan langsung dicoret sebagai siswa Chandrawasih. Tak masalah jika dia di keluarkan dari sekolah, hanya saja mamanya pasti akan sangat marah akan hal itu, Dan parahnya lagi mamanya pasti akan mendatangi pihak sekolah untuk memohon agar dia tidak di keluarkan dari sekolah. Mau di taruh kemana muka dia kalau mamanya melakukan hal itu. harga dirinya seketika pasti akan jatuh karena kelakuan mamanya itu.
---
Chinta sedang berjalan menuju ruangan guru. Ini tidak lain karena ia yang mendapat panggilan dari Bu Bety, entah untuk apa Bu Bety memanggilnya yang jelas Chinta sekarang sudah berada di ruang guru. Tepatnya di depan meja Bu Bety."Ibu kebingungan dengan tugas teman-teman kamu ini. Soalnya lain rumusnya apa lagi, pusing kepala ibu meriksanya. Sekarang kamu kasih lagi tugas-tugas ini ke mereka suruh besok di kumpulkan ke meja Ibu ya?" ucap Bu Bety sambil menyerahkan setumpuk lembaran kertas kepada Chinta.
Chinta hanya mengangguk mengiyakan suruhan Bu Bety, dengan tangan yang menerima lembaran kertas.
"Kalau begitu saya pamit ya Bu," ucap Chinta. Yang mendapatkan senyum dari bu Betty.
"Bapak gak mau tau. Proposal itu harus siap besok," ucap Pak Hendri keras membuat Chinta seketika berbalik mencari sumber suara bersamaan Bu Bety yang juga ikut menoleh kearah meja Pak Hendri.
Chinta sedikit terkejut ketika melihat Darka sedang berada di depan meja Pak Hendri, apalagi Pak Hendri terlihat sangat marah kepadanya.
Chinta baru menyadari berarti sedari tadi Darka sudah berada di ruangan guru. Hanya saja dia tidak melihatnya karena posisi meja Pak Hendri berada di sudut jendela di depan meja Bu Bety sedangkan meja Bu Bety berada tepat di sebelah pintu.
"Darka! Kamu dengar apa yang saya bilang kan!" teriak Pak Hendri lagi karena Darka yang hanya diam tak membalas perkataannya.
"Saya tau pak," balas Darka seperti malas menjawabnya.
"Ingat Darka ini proposal pertama OSIS yang kamu jalankan. Ini kegiatan penting sekolah, kamu tau kalau PENSI kita gagal tahun ini, kepala sekolah pasti akan sangat marah. Kalau hal itu terjadi saya tidak akan segan-segan mencabut jabatan ketua OSIS dari tangan kamu," ancam Pak Hendri kepada Darka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKA (Update kembali)
Teen Fiction#1 in teenfiction 10.6.2017 [TELAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA] "Mulai sekarang lo jadi pacar gue!" ucap Darka dengan tatapan datarnya. "M...maksud lo?" balas Chinta takut karena melihat tatapan dingin dari sosok cowok yang berada di de...