Darka memasuki kediaman Chinta, gerbangnya terbuka sedikit. Membuat Darka leluasa untuk masuk ke dalamnya. Darka menghentikan langkahnya di halaman rumah Chinta. Mata cowok itu tidak sengaja melihat ring basket yang bertenger di sana. Darka sudah dua kali ke rumah Chinta, baru kali ini dia memperhatikan hal itu. Hari ini Darka mendapatkan fakta baru, suatu alasan kenapa Chinta bisa bermain basket sekarang. Ingatan perlakuan buruk yang dilakukannya di lapangan basket kepada Chinta mendadak terbayang di pikiran cowok itu, dulu dengan sangat jahat dia mempermainkan Chinta di lapangan basket. Padahal cewek itu memiliki riwayat penyakit asma, perasaan bersalah membayangi pikiran Darka sekarang.
Darka mengeluarkan ponsel di saku celananya, mencari sebuah nomor lalu memanggilnya.
"Aku udah di depan." Ucap Darka ketika panggilannya tersambung.
"Tunggu di depan ya. Duduk aja di teras aku," suruh Chinta. Darka mendengus, dia sangat malas berlama-lama.
"Awas lama ya. Aku cabut pulang nanti." Ancam Darka.
"Nggak kok bentar lagi."
"Mau ngapain sih? Jangan bilang mau belajar!"
"Nggak,"
"Terus?"
"Liat aja nanti."
Chinta mengakhiri sambungan panggilan Darka. Cowok itu hanya bisa mendengus pasrah. Langsung berjalan mendekati teras Chinta, menjatuhkan pantatnya duduk lesehan di tangga atas.
Satu menit,
Dua menit,
Empat menit...
Hampir lima menit Darka menunggu Chinta. Tidak ada tanda-tanda cewek itu akan keluar dari rumahnya. Darka berdecak sebal, kepalanya berbalik melihat pintu rumah Chinta. Seketika pikiran untuk mendombrak pintu rumah Chinta bersarang di pikirannya.
Darka berdecak lagi, duduk bersantai di teras rumah Chinta dengan kedua tangan yang bertopang pada lantai. Matanya menatap langit di atasnya yang penuh dengan gerlapan bintang. Cukup bagus untuk pemandangan malam itu.
Cklek, pintu rumah Chinta terbuka. Refleks Darka membalikkan kepalanya, melihat orang yang keluar dari sana.
Pandangan yang aneh. Mungkin ini yang tergambar di pikiran Darka. Cowok itu melihat Chinta keluar dengan sebuah kue di tangannya. Bukan kue, tepatnya bolu ulang tahun. Apalagi di atasnya terdapat lilin menyala bernomor 1 dan 7. Jelas itu bolu ulang tahun. Membuat Darka harus berpikir keras untuk hal itu.
Mungkin cewek itu sedang ulang tahun. Buruknya dia tidak mengetahui hal itu. Atau, dia yang sedang berulang tahun?
Karena selanjutnya Chinta menyanyikan sesuatu.
"SELAMAT ULANG TAHUN, SELAMAT ULANG TAHUN...."
Chinta duduk di samping Darka, "SELAMAT ULANG TAHUN DARKA, SEMOGA PANJANG UMUR." Chinta tersenyum lebar diakhir nyanyiannya.
Darka malah menatap Chinta bingung. Cowok itu sedang berpikir keras mengingat tanggal hari ini. Chinta cukup tahu hal itu, lantas mengatakan sesuatu.
"22!" sebut Chinta, membantu Darka mengingat. "Happy sweet seventeen Darka," Chinta berucap histeris.
Darka tersenyum kecil. Dia mengingatnya, hari ini tanggal kelahirannya. Tapi karena kesibukan PENSI juga memikirkan cewek yang ada di hadapannya sekarang, Darka melupakan tanggal lahinya sendiri.
"Kok tau sih?" tanya Darka. Sebenarnya dia cukup terkejut dan tidak percaya Chinta memberinya kejutan. Tapi Darka cukup pintar menutupi keterkejutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKA (Update kembali)
Teen Fiction#1 in teenfiction 10.6.2017 [TELAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA] "Mulai sekarang lo jadi pacar gue!" ucap Darka dengan tatapan datarnya. "M...maksud lo?" balas Chinta takut karena melihat tatapan dingin dari sosok cowok yang berada di de...