Happy Reading....
Typo harap maklum ya. Malas banget ngedit...
Langkah Chinta terhenti melihat keramaian di lapangan basket. Penasaran, Chinta mengambil satu tempat dipinggir lapangan. Tempat yang tidak begitu ramai karena berada di sudut lapangan.
Seutas Senyum terukir di sudut bibir Chinta. Setelah dia mengetahui apa yang membuat lapangan basket menjadi ramai. Jelas karena sekarang XI IPA 3 sedang melawan XI IPS 3 dalam bermain basket. Semua anak Chandrawasih pasti mengetahui musuh buyutan anak IPA 3 itu ya anak IPS 3. Alasannya jelas karena sama-sama memiliki angka 3 diakhir. Kedua kelas ini selalu saja menunjukkan kehebatan mereka satu sama lain.
Lucu terkadang, karena hanya masalah sepele saja bisa membuat dua kelas berbeda bisa saling bermusuhan. Itu tidak lain karena perwakilan dari kelas IPS dan IPA itu memiliki satu anak yang bisa dibilang saat menganggu di sekolah.
Kalau anak IPA ada Darka, si cowok tampan yang punya sejuta keburukan di mata guru yang beberapa bulan ini menjadi trending topik sekolah karena terpilih menjadi ketua OSIS. Lain di IPS, kalau di IPS ada Fahri. Ganteng? Menurut anak IPS sih iya! Kelakuannya hampir sama seperti Darka, sering melawan guru, bolos, jarang mengikuti upacara. Tapi dia pintar, salah satu perbedaan yang paling menonjol dari mereka berdua.
Entah setan apa yang sedang merasuki tubuh Chinta sekarang. Dia malah tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Melihat lapangan yang sudah semakin kacau karena Fahri dan Darka sudah mulai beradu mulut. Ini tidak lain karena Vino yang mulai bermain curang karena menyegel kaki salah satu teman Fahri. Lantas karena tidak terima teman Fahri yang lain juga ikut-ikutan menyegel kaki Dani.
Jadilah di lapangan sekarang bukannya melanjuti permainan, mereka semua malah sibuk bertengkar satu sama lain. Tidak ada yang mau mengalah! Sampai Bima yang terbilang jarang ikut campur jika ada keributan, kali ini malah melakukan hal yang sama seperti temannya. Semua itu karena menyangkut harga diri kelas.
Kalau sudah begini tinggal menunggu Pak Hendri datang dan memberikan hukuman kepada mereka semua.
***
"Capek banget sumpah." Darka menjatuhkan pantatnya ke bangku panjang di depan kelas Chinta. Sesekali Darka mencoba menyapu keringat yang akan mengalir di wajahnya.
Perempuan yang sudah menunggunya sedari tadi hanya menatap kasian kearahnya. Chinta memang menunggu Darka ini tidak lain karena Darka yang menyuruhnya.
Setelah kejadian di lapangan tadi. Pak Hendri benar-benar datang dan memberi hukuman kepada mereka semua untuk membersihkan toilet cowok dan cewek. Untungnya anak Chandrawasih di pulangkan cepat karena guru ada kunjungan jadilah mereka semua bisa cepat menyelesaikan hukuman dari Pak Hendri.
"Nih minum." Chinta menyodorkan botol mineral kepada Darka.
Lantas cowok yang masih memasang tampang kelelahan itu langsung mengambil dan meneguk minumannya hampir setengah.
"Capek banget ya? Lo nya juga sih yang salah," celoteh Chinta.
Darka memberi tatapan sinisnya ke arah Chinta. Seakan tidak terima disalahkan.
"Setiap hari dihukum, enggak capek apa?" kata Chinta lagi.
Darka mendengus kesal. "Namanya juga cowok!" sahut Darka.
"Ada juga yang enggak pernah buat masalah." Jelas Chinta. "Tu si Panji, baik-baik aja dia."
"Si Panji itu banci." Sahut Darka tidak mau kalah.
Chinta berdecak kesal.
"Cowok itu harus nakal, bukan klemer-klemer kayak cewek." Lanjut Darka lagi.
"Selagi bisa jadi cowok baik-baik, kenapa harus nakal!" balas Chinta ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKA (Update kembali)
Dla nastolatków#1 in teenfiction 10.6.2017 [TELAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA] "Mulai sekarang lo jadi pacar gue!" ucap Darka dengan tatapan datarnya. "M...maksud lo?" balas Chinta takut karena melihat tatapan dingin dari sosok cowok yang berada di de...