41

251K 14.9K 1.3K
                                    

Lima menit lagi perlombaan debat akan dimulai. Kepala sekolah pun sedang bersiap-siap membuka acara. Tapi Darka, si ketua OSIS Chandrawasih belum datang juga, padahal anggota OSIS yang lain sudah berada di sana termasuk dengan ketiga temannya. Bima, Dani dan Vino menjadi kebingungan. Mereka sudah menghubungi ponsel Darka, tapi tidak ada jawaban dari cowok itu. Nomornya aktif, tapi Darka seperti enggan mengangkat panggilan dari temannya.

Bima berdecak sebal, panggilannya kembali terputus karena Darka yang tidak mengangkat panggilannya. "Nih si curut kemana sih?" tanyanya pada Dani dan Vino yang sedang duduk di bangku penonton. Lantas keduanya mengedikkan bahu, tidak tahu ingin menjawab apa.

"Pagi tadi tu anak udah berangkat sebelum jam 6, seharusnya udah di sini." Sahut Dani, dia juga bingung.

"Nyangkut di pohon toge kali!" celetuk Vino.

Bima dan Dani menatap tajam ke arahnya. Mereka sedang bingung, lagi tidak mood untuk becanda, eh Vino malah ngajak ribut. Membuat Bima dan Dani ingin menghajar Vino sekarang.

"Santai tu mata curut." Cerocos Vino melihat Bima dan Dani bergantian.

Bima menghela napas lantas menjatuhkan pantatnya di bangku sebelah Vino, dia cukup frustasi menghubungi Darka. Sampai memijat pelipisnya, sambil menutup mata.

Vino melirik sekilas ke arah Bima lalu ikut-ikutan memijat pelipisnya. "Gue rasa tu anak ada masalah, nggak bisanya Darka kaya gini," jelas Vino. Dia mulai serius sekarang.

Dani menaikkan salah satu alisnya, menimang-nimang perkataan Vino. "Masalah apaan, kemarin dia baik-baik aja."

"Ck," Vino berdecak, "mungkin masalah cewek lagi. Si Darka mah rada gila kalau masalah cewek."

Perkataan Vino, cukup memaksa Bima dan Dani menoleh menatapnya.

"Cewek lain mah nggak mungkin, tu anak kan udah sama Chinta?" sahut Dani. Vino mengedikkan bahunya.

"Lo macam nggak tau Darka aja!" Celetuk Vino. Membuat Bima dan Dani semakin bingung.

Dani menatap intens ke arah Vino. "Nggak mungkinlah, tu anak udah inshaf." Bela Dani. Siapa lagi yang mengetahui semua hal tentang Darka kecuali dia.

"Asal nggak mainin Chinta aja. Gue pastiin tuh anak babak belur." Ucap Bima dingin penuh nada ancaman.

Dani terkekeh kecil. "Nggak lah, si Darka mah cassing aja yang garang hati mah hello kitty." Canda Dani santai. Untung tidak ada Darka.

"Tai." Sela Bima.

"Lo Dan, giliran ada si Darka aja lo ciyut." Ledek Vino.

"Bukannya nggak berani!" Dani memukul pundak Vino. Membuat pembiacaraan mereka semakin serius.

"Tapi, sebagai sahabat yang baik dan benar. Gue harus mengalah." Celetuk Dani lagi.

"Anjir." Ceplos Vino sambil terkekeh.

"Lucu bang!" celetuk Bima.

Mereka bertiga semakin terkekeh, melupakan keberadaan Darka sebentar.

"Tapi," seru Vino. Bima dan Dani menghentikan tawanya lantas menoleh menatap Vino.

"Kalau bukan masalah cewek, bisa jadi tu anak di depan gerbang." Ucap Vino serius, dia tidak pernah seserius ini. Bima dan Dani jagi ikut-ikutan serius.

"Ngapain?" tanya Bima dan Dani bersamaan, keduanya jadi sangat penasaran.

"Jadi patung selamat datang." Celetuk Vino. Seketika wajah serius Vino berubah jadi cengegesan, dia berhasil membuat Bima dan Dani kesal.

"Selamat Datang ibu, bapak. Selamat menikmati hidangan kami." Ucap Vino meniru dengan suara dilembut-lembutkan.

Krik-krik..... mungkin dua kata ini yang menggambarkan ekspresi Bima dan Dani sekarang.

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang