11

339K 23.9K 1.7K
                                    

Happy Reading.....

Karena pemilihan OSIS telah selesai sekolah memutuskan memulangkan siswa-siswi nya lebih cepat dari biasanya.

Chinta sedang sibuk merapikan buku-buku yang berserakan di meja dan memasukkan nya ke dalam tasnya.

Eca datang dengan terburu-buru dan langsung menggambil tas ranselnya. Tanpa memperdulikan Chinta yang tampak bingung melihatnya, Eca langsung keluar kelas.

Chinta tampak bingung melihat kelakuan sahabatnya yang agak aneh. Tanpa mencoba mencari tahu Chinta langsung keluar meninggalkan kelas bermaksud ingin ke pakiran sekolah karena ia yang mengingat suruhan Darka tadi.

***

Ternyata Eca ingin menemui Darka di kelasnya. Dengan langkah kaki yang tergesa-gesa Eca langsung masuk ke dalam kelas IPA 3. Kebetulan IPA 3 tampak sepi sekarang, di dalamnya hanya terdapat Darka yang masih sibuk membereskan bukunya dan meletakkannya ke dalam tas ranselnya.

"Darka gue mau bicara sama lo!" teriak Eca keras setelah berada di depan papan tulis.

Darka yang sedikit terkejut refleks menoleh menatap Eca. Darka menaikkan salah satu alisnya ketika melihat Eca yang sudah berdiri tegak di depan kelas dengan wajah yang sepertinya sedang menahan kemarahan.

Darka sama sekali tidak memperdulikan perkataan Eca, dia masih saja sibuk merapikan buku-bukunya.

Darka menghampiri Eca dengan tas yang sudah mengantung di bahunya.

"Ada apa?" tanya Darka tenang tanpa memperdulikan wajah Eca yang sudah semakin marah.

"Kenapa lo pilih gue sebagai sekretaris OSIS?" tanya Eca to the point.

Darka mengerutkan dahinya bingung atas pertanyaan Eca.

"Kenapa? Gue ketua OSIS jadi gue berhak milih siapa pun yang menurut gue pantas menjadi sekretaris OSIS," jawab Darka tenang membuat Eca semakin kesal.

"Gak usah bawa-bawa jabatan lo sebagai ketua osis untuk milih gue sebagai sekretaris OSIS."

Darka kembali mengerutkan dahinya mendengar perkataan Eca.

"Gue yakin, siapa pun yang terpilih jadi Ketua OSIS tadi bakal milih Chinta dan bukan gue, karena mereka tau bagaimana kedisiplinan Chinta dalam menjabat!"

Eca mencoba menenangkan dirinya.

"Gak kayak lo sekarang. Lo aneh tau gak! Ada ya orang kayak lo, udah tau yang mana yang lebih baik menjadi sekretaris OSIS , ini lo malah salah pilih," ucap Eca yang menyalahkan Darka.

"Apa yang ada di otak lo Dar, apa yang sebenarnya lo rencana in, Ha! Lo mau ngancurin persahabatan gue dan Chinta? Lo jahat banget ternyata Dar!" ucap Eca tenang tapi begitu menekan Darka.

Darka menampakkan senyum miringnya.

"Ternyata yang selama ini gue pikirkan tentang lo itu salah, lo lebih jahat dari yang gue pikirin Dar!" ucap Eca sedikit keras dengan terus menatap Darka.

Darka terlihat kesal mendengar perkataan terakhir Eca. Matanya kini seperti sedang menahan begitu banyak amarah yang sewaktu-waktu dapat meledak jika tidak ada yang mendinginkannya.

Darka menatap Eca tepat di kedua manik matanya.

"Apa? Gue aneh, gue jahat iya? Siapa yang udah buat gue kayak gini Ca?"

Eca masih menatap Darka tanpa ingin menjawab pertanyaan Darka.

"Kalau bukan karena lo waktu itu gue gak bakal kayak gini, siapa yang ngancurin persahabatan lo, gue? Kalau gue mau dari dulu bisa aja gue hancurin persahabatan yang lo banggain itu Ca, tapi pernah lo lihat gue lakuin itu? Enggak pernah Ca,"

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang