32

236K 18.6K 1.2K
                                    

Happy Reading...

typo harap maklum ya....

"Bukan gitu caranya, masa gini doang lo enggak tau sih!" seru Chinta.

Gadis itu langsung merebut paksa buku yang berada pada tangan laki-laki di sampingnya.

"Memang enggak tau." Sahut laki-laki itu sambil tersenyum memperhatikan Chinta.

"Nih gue kasih contoh satu soal, terus lo kerjain soal yang lain ya." Ucap Chinta langsung memainkan penanya di atas lembaran kertas.

"Bima!" Chinta menoleh melihat lelaki yang ada di sampingnya yang kini juga menatapnya. "Ini itu materi paling mudah menurut gue, masa lo enggak ngerti!" sambung Chinta lagi.

Bima mengerutkan keningnya bingung. Setengah berpikir.

"Kemarin kan gue enggak masuk, ya mana mungkin ngerti." Jawab Bima seadanya.

"Pantes jadi gini sekarang." Sahut Chinta cepat lalu melanjutkan kembali aksi tangannya.

Hening.

"Selesai! Nih kerjain soal yang lain." seru Chinta menyerahkan buku Bima kembali.

Lantas dengan cepat Bima langsung mengambil bukunya, mengerjakan soal lain dengan mengikuti satu soal yang dikerjakan Chinta.

Chinta masih memperhatikan Bima. Sesekali Chinta terlihat tersenyum melihat Bima begitu fokus mengerjakan soal.

"Bima, lo itu pinter ngapain sih ikut-ikutan temen lo yang suka bolos itu?" seru Chinta.

"Temen gue itu salah satunya juga pacar lo kali." Sindir Bima.

Chinta berdecak kesal. "Please jangan bawa-bawa Darka, karena gue lagi membahas lo sekarang." Ucap Chinta. Bima hanya tersenyum samar.

---

"Woi Dar, kelas kita di sana!" teriak Dani karena sekarang Darka berjalan berbeda arah dengannya dan Vino.

"Mulai bego!" cibir Vino.

"Gue ada urusan penting, lo pada duluan aja!" teriak Darka sambil mengipaskan tangannya ke atas.

Darka terus berjalan menyusuri koridor sekolah. Bel masuk baru berbunyi 5 menit yang lalu. Tapi Darka tidak memperdulikan hal itu seakan ada hal yang lebih penting untuk dia kerjakan.

Langkah Darka terhenti. Karena sekarang kedua bola matanya menangkap sepasang remaja yang sangat ia kenali, sedang berada di bangku panjang depan kelas XI IPA 1. Rahang Darka seketika mengeras, matanya menatap marah. Apalagi Chinta dan Bima terlihat sangat akrab.

"Terus lo lebih suka ngelihat gue pakek kaca mata tebal lagi baca buku di perpus!" sahut Bima. Seutas senyuman terukir di sudut bibirnya.

"Enggak gitu juga kali." desis Chinta. "Kan lebih bagus kalau lo jadi siswa yang taat sama aturan." sambung Chinta lagi.

"Ada bagusnya kita cabut kali!" bela Bima. Chinta menatap Bima serius.

"Nih coba liat," Bima menunjuk kening Chinta yang masih di plaster.

"Kalau kita enggak cabut semalem, siapa yang bakal gebukin si Fahri! Walaupun bukan gue juga yang gebukin." Lanjut Bima.

"Enggak semua masalah bisa dibicarakan dengan otot kali." Cibir Chinta.

"Kalian para cowok selain punya otot yang kekar, juga harus punya pikiran. Jangan bisanya Cuma jadi cowok yang urak-urakan!" ceramah Chinta. Bima hanya diam terus mendengarkan ceramah Chinta.

"Apa sih gunanya jadi cowok kayak gitu, Cuma bikin orang tua susah aja kan!" lanjut Chinta lagi. Kali ini Bima tersenyum.

"Cowok, enggak nakal bukan cowok namanya, tapi banci!" seru Bima tidak mau kalah. Kali ini Bima terkekeh kecil.

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang