46c

206K 14.2K 1.4K
                                    





Darka berada di depan ruangan kepala sekolah. Berdiri menyandarkan tubuhnya di tembok menunggu mamanya keluar dari sana. Padahal di samping cowok itu terdapat bangku kayu panjang, tapi Darka seperti enggan duduk di sana.

Setelah perkelahian hebat tadi orang tua kedua makhluk pembuat onar itu langsung di panggil ke sekolah untuk membicarakan kesalahan anak-anak mereka.

Imel sempat memarahi Darka via ponsel, tapi setelah sampai di sekolah. Kemarahannya menghilang melihat muka memar serta darah yang mengalir di bawah bibir anak satu-satunya itu.

Darka melipat tangannya di bawah dada lalu menutup matanya mencari ketenangan untuk dirinya sendiri. Sejujurnya cowok itu sedang cemas, dia tidak ingin dikeluarkan dari sekolah. Walaupun kemungkinan itu sangat besar.

Jika fahri langsung berlalu ke UKS membersihkan lukanya. Darka masih membiarkan luka akibat serangan berutal Fahri di seluruh tubuhnya juga wajah, dia seakan malas membersihkannya.

Sedangkan semua pemain termasuk Bima, Dani dan Vino sedang di hukum Pak Hendri hormat di tiang bendera. Itu alasannya kenapa Darka hanya sendiri di sana sekarang.

Langkah suara orang berjalan mendekatinya, membuat Darka membuka matanya langsung melihat sosok cewek yang tadi pergi dari lapangan kini menghampirinya. Membawa kotak P3K di tangannya.

Darka menatap cewek itu penuh rasa bersalah. Berharap cewek itu tidak marah dengannya.

"Sini aku obatin lukanya," pinta Chinta. Sorot matanya menunjukkan kesedihan, dia tidak bisa berbohong. Hatinya sakit melihat cowok itu terluka.

Chinta duduk di bangku panjang di samping Darka. Meminta cowok itu ikut duduk di dekatnya, lantas Darka menjatuhkan pantatnya duduk di samping Chinta.

Chinta memulai aksinya, mengambil kapas membasahinya dengan alkohol lalu membersihkan luka di bagian bibir Darka yang masih mengeluarkan darah.

Darka menahan nyeri di bagian bibirnya akibat pergerakan cewek itu. Darka menatap cewek itu lekat.

"Kamu marah kan?" seru Darka. Menahan nyeri di bibirnya.

Chinta tidak menjawab dia hanya membalas tatapan cowok itu.

"Sorry." pinta Darka penuh harap.

Chinta memutuskan tatapannya mengabaikan perkataan Darka. Dia membersihkan luka di pinggiran mata Darka.

"Chinta." Darka menyebut nama cewek itu. Berharap ada respons dari cewek itu.

Percuma! Cewek itu enggan menjawabnya, dia hanya sibuk membersihkan luka di wajah Darka.

Selesai. Chinta sudah membersihkan luka di wajah Darka, dia juga memberi plester di bibir Darka. menghambat darahnya mengalir.

Chinta menutup kembali kotak P3K. Darka terus memperhatikan pergerakan cewek itu.

"Tante Imel di dalam?" Chinta membuka suaranya tanpa melihat Darka. Cewek itu memperhatikan pintu guru di samping mereka yang tertutup rapat.

Darka mengangguk.

"Aku pasti di kelurin dari sekolah setelah ini." Cetus cowok itu. Ada nada penyesalan di sana.

Chinta menoleh menatap Darka, mereka saling menatap sekarang.

"Nggak! Kenapa harus di keluarin dari sekolah kalau masih banyak hukuman lain." Protes Chinta.

Darka tersenyum kecut, memutuskan tatapan mereka sebentar. Lalu menatap Chinta lagi.

"Ingetkan terakhir kali aku berantem sama Fahri waktu itu?" tanya Darka.

Chinta tidak menjawab. Dia hanya memperhatikan cowok itu.

"Itu peringatan terakhir. Kalau aku berantem lagi di sekolah, sanksinya di keluarin."

Chinta tersenyum samar.

"Kamu tau, tapi tetep dilakuin. Ditempat yang sama, orang yang sama. Jadi siapa yang salah di sini? Kamu kan!"

Darka terdiam.

"Hidup ini pilihan Darka. Itu hak kamu mau pilih jalan seperti apa buat hidup kamu. Kamu tau itu berisiko, tapi kamu tetep lakuin. Berarti itu pilihan kamu." Chinta mulai berceramah.

"Itu juga sebabnya aku nggak sama kayak kamu. Aku cukup mikir sebelum berbuat, apalagi aku tau sanksinya."

Jika biasanya seorang Darka memiliki seribu kata untuk mematahkan segala argumen Chinta, kali ini cowok itu hanya bisa diam dengan mulut tertutup.

"Coba kamu liat! Karena kamu, nggak bisa nahan emosi. Sekarang jadinya apa? Kemungkinan besarnya bakal dikeluarin dari sekolah. Terus apa selanjutnya! Kamu ngecewain mama dan papa kamu."

Chinta memalingkan wajahnya dari Darka. Mungkin Darka tidak tahu, Chinta terlihat biasa-biasa saja saat berbicara. Tapi sejujurnya dia juga cemas akan nasib cowok itu di sekolah.

"Kalau aku dikeluarin, aku usahain cari sekolah yang searah sama SMA ini. Biar kita tetep bisa pergi bareng," seru Darka.

Chinta jadi sedih mendengarnya. Walaupun Darka tidak dikeluarkan dari sekolah, mereka tidak akan bisa pergi bersama lagi. Karena dua minggu lagi jarak akan memisahkan mereka.

Selanjutnya Chinta mengenggam tangan Darka tanpa melihat cowok itu. Darka sedikit kaget merasakan tangan halus Chinta menggengam tangannya. Hanya sebentar selanjutnya Darka membalas genggaman tangan Chinta dengan erat.

"Nggak akan dikeluarin. Percaya sama aku." Ucap Chinta tanpa melihat Darka. Darka hanya tersenyum samar. Keduanya menatap lurus ke depan sekarang.

Pintu ruang guru terbuka, menampakkan sosok perempuan separuh baya keluar dari sana. Lantas Chinta dan Darka langsung menoleh ke arahnya, menanti suara yang keluar dari mulut perempuan itu.

"Gimana Tan? Darka nggak di DO kan?" tanya Chinta.

"Cuma di skor tiga hari." jawab Imel.

Kedua pasang remaja yang duduk di bangku dengan tangan yang masih saling menggengam itu terlihat lega.

"Darka!" Imel menatap Darka, penuh kekesalan.

Darka hanya pasrah melihat mamanya. Dia sangat yakin mamanya akan memarahinya setelah ini.

"Ayo kita pulang!" Ucap Imel lagi, nadanya masih terdengar galak.

"Sebentar lagi ma," tolak Darka.

Imel memberi pelototannya. Darka hanya mendengus pasrah, lalu menatap cewek di sampingnya. Imel jadi memperhatikan keduanya, matanya menangkap tangan Darka dan Chinta yang saling mengenggam. Wajah Imel seketika berubah, tapi dia mengabaikannya tanpa ingin bertanya.

"Nanti aku jemput." Seru Darka menatap Chinta.

Chinta tersenyum lalu menggeleng. "Nggak usah. Kamu Istirahat aja terus bersihin lukanya. Aku minta jemput Pak John aja nanti." Sahut Chinta.

Darka hanya bisa mengangguk pasrah.

"Ada yang mau aku omongin. Telpon aku nanti ya." ucap Darka menatap lekat cewek di depannya.

Chinta menggangguk. Selanjutnya Darka melepaskan tangan Chinta, lantas berdiri dari duduknya berlalu meninggalkan cewek itu sendiri.




***


Karena aku baik! Update langsung 3 Chapter, bisa dong kasih commentnya....

Unek-unek kalian saat baca 3 Chapter terbaru ini. Mencurahkan isi hati ataupun pesan untuk aku kalau ada.

Sampai di sini dulu. Sampai bertemu dilain waktu.

Khairanihasan

25 Juni 2017

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang