42

222K 13.1K 2.5K
                                    

Hal yang paling dibenci juga tidak disukai setiap orang yang mengikuti organisasi itu, Cuma satu. Harus membereskan kembali ruangan seperti biasa, bahkan harus lebih rapi. Padahal siswa-siswa biang kerok yang membuat ruangan berserakan sudah pulang entah kemana. Dengan berat hati dan wajah yang penuh dengan kata paksaan anak OSIS harus merapikan kembali ruang aula, kalau tidak! Mereka akan mendapat serangan maut Pak Hendri. Apalagi kalau bukan ceramah yang berkepanjangan. Padahal mereka sudah cukup lelah, datang paling pagi, pulang pun harus lebih sore.

Itulah derita yang sedang dialami semua anak OSIS. Mereka semua sedang merapikan aula, membuang sampah hingga meletakkan kembali barang-barang yang mereka ambil di tempatnya.

Pukul tiga sore anak OSIS baru selesai merapikan kembali aula menjadi seperti biasa. Tidak ada lagi sampah-sampah plastik yang menganggu aula tersebut. Yang ada sekarang hanya lantunan lagu yang menggema di ruang itu, karena mereka sedang berpesta ria akibat keberhasilan acara debat mereka. Mereka semua sampai bergoyang di sana, seolah sedang berada di club malam. Bima, Dani dan Vino juga berada di sana. Hanya Vino dan Dani yang bergoyang karena Bima Cuma terkekeh diantara mereka.

Darka keluar dari aula, meninggalkan ketiga temannya dan juga anggota OSIS yang lain. Jika anggota OSIS yang lain masih betah berlama-lama di aula seakan menikmati pesta. Beda halnya dengan Darka, cowok itu ingin secepatnya meninggalkan aula. Sedari tadi hal yang ingin dilakukan Darka memang hanya mengakhiri semua kegiatannya di aula. Kalau bukan karena tanggung jawabnya sebagai ketua OSIS bisa dipastikan Darka tidak akan masuk sekolah hari ini.

"Darka!" terdengar suara cewek memanggilnya. Lantas Darka menghentikan langkahnya dan menoleh.

Eca. Cewek itu berjalan mendekati darka.

Darka menatap cewek itu bingung. Tidak tahu apa yang ingin dikatakan Eca.

"Tadi lo kemana?" tanya Eca yang telah berada di depan Darka.

Darka berdecak malas. Pertanyaan Eca sangat tidak penting pikirnya.

"Bilangnya nggak bakal telat, nyatanya apa?" omel Eca.

Darka menghela napasnya.

"Yang penting gue dateng kan?"

Gantian Eca yang berdecak kesal.

"Lo jadi cowok, nggak punya rasa bersalah ya!"

"Bukannya minta maaf udah bikin anak OSIS nungguin lo." Seru Eca lagi.

Darka berdecak malas.

"Yaudah sorry, gue telat. udah kan!" jawab Darka sangat terpaksa.

"Nggak jelas banget," sela Eca.

"Besok jangan telat. Lo harus buka acara besok," seru Eca lagi.

Darka mengangguk. "Gue tau." Sela Darka.

Selanjutnya mereka hanya diam. Darka terus menatap Eca, membuat cewek di hadapannya jadi salah tingkah, sampai membuang tatapannya.

"Lo kenapa sih?" kesal Eca, karena Darka terus menatapnya.

Cowok itu menggeleng lalu tersenyum.

"Jadi cewek jangan bawel banget. Gue aja yang udah kenal takut apalagi orang lain."

"Nanti yang suka pada lari, termasuk gue." Celetuk Darka asal.

Eca terdiam mendengar perkataan Darka. Dia jadi bingung mau jawab seperti apa. Perkataan Darka seolah membuka memori lama di otaknya.

"Gue balik ya. Udah selesai semua kan?" seru Darka.

Cowok itu melangkah kan kakinya. Tapi terhenti lagi karena Eca.

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang