48

231K 12.1K 5.5K
                                    

***

Aula sekolah sangat padat dengan anak-anak Chandrawasih. Sebenarnya tidak ada yang penting di sana, hanya ada ocehan-ocehan Fahri dan gengnya yang tidak penting. Ancaman Fahri untuk Eca benar, cowok itu mengumumkan keseluruh siswa kalau mereka berpacaran.

Eca yang duduk diantara Indah dan Chinta. Hanya bisa menahan kemarahannya, matanya menatap tajam ke arah Fahri. Siap menerjang cowok itu, Fahri dengan santainya mengedipkan matanya ke arah Eca. Membuat hawa panas terus menjalar di kepala Eca. Chinta dan Indah sampai mengelus punggung Eca coba meredamkan emosinya.

Ditengah-tengah perkataannya, Fahri juga menyindir atas kekalahan Darka. Darka yang duduk menyandar diantara ketiga temannya hanya tersenyum miring tanpa membalas umpatan Fahri.

"Kribo songong banget, main curang juga." Celetuk Vino. Emosinya jadi bangkit.

"Nggak pernah menang. Makanya histeris gitu." sahut Bima ikut-ikutan.

"Ck, tapi gue kasian sama si Fahri." Seru Dani berdramatisir. Mereka kompak menoleh melihat Fahri di depan.

"Mukanya makin jelek karena lo Dar." seru Dani lagi. Mereka jadi fokus melihat Dani.

"Lo sih gebukinnya nggak pakek hati." Dani memukul pelan pundak Darka, lalu menunjuk ke arah Fahri. Ketiganya jadi ikutan melihat, "liat tu pipi, bibir, mata, behh makin nggak nampak wujudnya." Ucap Dani berlebihan.

Mereka jadi terkekeh.

"Bener juga, gue jadi menyesal." Ucap Darka dengan muka memelas penuh penyesalan.

"Kalau gue di gebokin gimana pun, muka gue tetep aja ganteng. Nah si Fahri, gantengnya terlalu standar bahkan nggak ada taraf gantengnya, jadi kasian gue." Ucap Darka dengan seribu kepedeannya sambil berdrama.

"Anjir banget, dedek mau muntah bang. Tapi mau keluarinnya di muka Fahri," celetuk Vino menambah keseruan diantara mereka.

Darka mengabaikan ketiga temannya sebentar, matanya sibuk celingak-celinguk mencari seseorang. Tidak kunjung dia temukan, Darka mengikuti pembicaraan temannya lagi.

"Si Kribo mau ultah cuy." Oceh Vino menunjuk ponselnya. Lantas Bima dan Dani kompak mendekat, mengangguk bersamaan lalu menjauh lagi dari Vino. Sedangkan Darka malah bangkit dari duduknya.

"Lo mau kemana Dar?" tanya Dani bingung.

Darka menoleh, "Bikin heboh, si kribo terlalu garing." Celetuk Darka.

Ketiganya mendadak takut, "Eet dah, lo mau cari ribut lagi?" oceh Vino.

"Njir, jangan bikin masalah Dar. Lo bisa dapet masalah baru." Omel Dani.

"Lo pada rempong amat. Gue Cuma mau tunjukin bakat." Sela Darka.

Seperti mengerti Vino menjadi antusias, lantas berdiri dari duduknya. "Nyanyi nih kita. Siap, nih suara emas udah lama nggak keluar." Seru Vino, sambil berdehem mengecek suaranya.

Vino dan Darka berjalan mendekati Fahri, dengan berat hati Dani dan Bima mengikuti mereka.

Darka mengambil alih satu micropon dari salah sutu teman Fahri.

"Hello guys," seru Darka. Seketika jeritan siswi terdengar sangat histeris.

"DARKAAAAAA."

"Darka gue kangen lo,"

"Sumpah dia makin ganteng njir. Gue makin suka."

"Kapan sih gue jadi pacar lo!"

Teriakan histeris dari setiap siswi. Semakin menambah heboh aula. Fahri yang di samping Darka jadi menatapnya dengan kesal. Perhatian seluruh siswa menjadi tertuju pada Darka, seketika Fahri dilupakan.

"Gila, cowok lo tu Nta. Bikin heboh," celetuk Indah.

Chinta yang juga melihat hanya tersenyum samar. Dia terus memperhatikan Darka dari kejauhan, tiga hari tidak bertemu cowok itu membuat Chinta merasakan hal aneh. Hatinya menjadi sepi, dia kangen semua kata-kata ketus dan tatapan dingin dari Darka. Dia ingin berdebat dengan cowok itu. Tapi percuma, karena hanya dalam hitungan hari dia harus meninggalkan sekolah ini. Meninggalkan Darka, teman-temannya dan semua yang ada di sekolah.

Senyuman Chinta berganti menjadi nanar, sorot matanya berubah. Masalah besar akan terjadi hari ini, dan itu karena dia.

Vino yang ingin tenar, lantas ikut-ikutan mengambil micropon dari tangan Fahri. Padahal Fahri menatapnya tajam, si Vino yang tidak peduli lantas mengabaikannya. Sedangkan Bima dan Dani hanya menggeleng pasrah.

"Hello guys!" sapa Vino mengikuti Darka.

Hening. Tidak ada terikan histeris dari setiap siswi.

"Woi curut, sok ganteng loh."

"Vin enyah lo dari sono. Muka lo nggak pantes."

"Ganggu suasana aja lo Vin."

Berbagai celotehan-celotehan siswa mengarah pada Vino. Vino yang terbiasa mendapatkan hal itu lantas dengan pedenya memberi senyuman manis, melambaikan tangannya ke atas. Bak artis papan atas yang memiliki banyak haters.

"Tenang-tenang. Gue bakal nyanyi kok buat kalian." Seru Vino teramat pede. Darka jadi terkekeh sendiri.

"Nggak perlu woy!" celetuk seorang siswa.

"Gue jadi malu. Gila sih Vino, pedenya udah terlalu akut." Celetuk Dani, sampai menutupi wajahnya di antara Darka dan Bima.

"Ini namanya bakat terpendam Dan." Celetuk Darka. Masih memperhatikan Vino.

"Jangan lupa siapkan kamera, ambil foto gue yang ganteng ini. Terus upload di IG! Jangan lupa tag ke gue." Oceh Vino lagi.

"Penting amat hidup lo."

"Memori penuh woy."

"Daripada upload foto lo, bagus upload foto doi."

Celotehan para siswa lagi. Vino mengabaikannya.

Sekarang Vino akan mengeluarkan bakatnya, cowok itu menoleh ke arah Dani. Memberi syarat untuk memainkan musik. Dengan berat hati Dani melaksanakannya.

Musik terdengar. Dengan sigap Vino memulai aksinya.

"Kala ku pandang kerlip bintang nan jauh di sana," lirik lagu pertama keluar dari mulut Vino. Membuat suasana semakin ramai, heboh tawa setiap anak menggema di aula. Fahri yang tidak pernah tertawa jadi ikut-ikutan tertawa. Karena aksi konyol Vino.

"Saat ku denger melodi cinta yang menggema. Terasa kembali gelora jiwa mudaku." Vino mulai bergoyang. Menambah kekehan setiap anak, Darka, Dani dan Bima sendiri sampai tak henti-hentinya tertawa melihat tingkah konyol Vino.

"Karna tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut." Vino menggerakkan pinggulnya ke samping kanan lalu ke kiri. Hampir sama dengan goyang patah-patah.

"Api asmara yang dahulu pernah membara. Semakin hangat bagai ciuman yang pertama. Detak jantung ku seakan ikut irama. Karena terlena oleh pesona alunan kopi dangdut."

Vino semakin bergoyang. Bisa dibilang suara Vino ditaraf biasa-biasa saja. Bahkan sangat buruk. Tapi karena tingkah konyol Vino saat menyanyikannya, membuat setiap siswa tidak henti-hentinya tertawa sampai ingin melihatnya lagi.

Kekehan Darka dan kedua temannya semakin menjadi-jadi, mereka bahkan ikut-ikutan bergoyang dengan Vino. Menikmati suara Vino yang sangat buruk untuk di dengar. Teriakan histeris terus menghiasi aula, seketika aula berubah menjadi tepat dangdutan.

Ponsel Darka bergetar. Cowok itu menghentikan goyangannya langsung mengambil ponsel di saku celana.

Pesan masuk dari Chinta. Darka tersenyum samar, lantas membukanya.

Chinta: Kita putus.

***


Commentnya jangan lupa. Kasih curhatannya....

Khairanihasan

27 Juni 2017

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang