Three Empty Words

2.8K 169 2
                                    

Terlihat Panji sedang menelpon seseorang, tapi panggilan itu harus terhenti karena dia melihat Hana sedang berjalan ke arahnya.

"Gue ada urusan, nanti kita omongin lagi." Kata Panji menutup panggilan Nya.

Bertepatan dengan Panji memasukan kembali Handphonenya kedalam saku celana, Hana sudah berdiri dihadapannya.

Mereka saling tatap. Terlihat tatapan penuh harap dari mata Panji. Sedangkan Hana? Entahlah, Sedari Tadi dia hanya diam menatap Panji.

Detik selanjutnya, Hana memutuskan kontak mata mereka dan berjalan melewati Panji. Tapi Panji malah menarik tangan Hana.

Tanpa diduga sebelumnya oleh Panji, kali ini Hana tidak diam saat dia bersentuhan dengan Panji. Hana malah langsung menepis tangan Panji dengan tatapannya yang dingin dan tidak bersahabat.

Panji terlonjak kaget dengan reaksi Hana yang berbeda dari sebelumnya apalagi ditambah dengan tatapannya itu. Tatapannya menandakan bahwa dia marah. Sangat marah. Dan Hana benar benar pergi saat itu juga.

*********

Dikoridor sekolah, Hana melihat Yudha sedang mengambil buku dilokernya. Melihat itu, buru-buru Hana menghampiri lokernya sendiri yang untungnya dekat dengan dirinya saat ini.

Dia pura-pura menyibukkan diri dengan mengambil buku pelajaran miliknya.

Sebenarnya baik Yudha ataupun Hana tau keberadaan mereka satu sama lain. Terutama Hana. Tapi semenjak kejadian saat Hana mungkin salah menyebutkan nama Yudha menjadi Panji, terjadilah dinding pembatas diantara Hana dan Yudha.

Seperti saat ini. Ketika Yudha sudah selesai dengan urusan di lokernya, dengan santai dia melewati Hana begitu saja. Tanpa ada percakapan yang terjadi seperti biasanya.

Hana menunduk, entah malu? Atau canggung? Pokoknya dia menunduk, walaupun ekor matanya masih tetap memperhatikan pergerakan Yudha.

Berbeda dengan Yudha, dia berjalan tanpa melihat sedikit pun ke arah Hana. Bahkan melihat dengan ekor matanya pun tidak sama sekali.

Apa dia marah? Bisa jadi. Atau kecewa? Pasti. Karena bayangkan saja oleh kalian, orang yang dari dulu.
Engga dari dulu banget sih, tapi mungkin udah lama kenal lah. Bisa dibilang seperti itu.

Orang yang dari dulu kalian suka dan ada respon positif dari dia. Dan kamu udah ngasih semua hati dan kepercayaan kamu. Caelah Lebay banget dah gue...

Malah menyemangati lawan kamu didepan mata kamu, apalagi lawan kamu itu notabennya adalah mantan nya.

Sakit banget, kan? Oke balik ke cerita...

Akhirnya Hana memberanikan diri untuk melihat Yudha. Lebih tepatnya, punggung Yudha.

Dia seperti ingin memastikan, apakah Yudha benar-benar mengacuhkannya atau tidak.

Helaan nafas dari Hana seolah menjadi jawaban dari pertanyaannya tadi.

Iya, Yudha memang benar-benar mengacuhkannya.

******************

"Sekarang, apa mau kamu?" Tanya Hana to the point pada orang yang berada Di hadapannya saat ini.

Orang itu terdiam, dia kecewa. Dia kecewa, karena mendapatkan perlakukan dingin dari Hana.

Terlihat senyuman yang sedari tadi terlukis dibibir Panji seketika menghilang begitu saja entah kemana. "Aku harap kamu ngangkat telpon dari aku. Aku harap saat aku ngomong sama kamu, kamu mau jawab itu semua. Supaya aku yakin kalo aku lagi engga ngomong sama angin. Dan aku harap sapa ataupun senyum ke aku saat kamu liat aku."

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang