Believe

3.1K 180 5
                                    

Pulang sekolah, Yudha Dkk sudah siap dan sedang melakukan pemanasan dilapangan basket.

Walaupun awalnya yang tau soal tantangan ini hanya Panji Dkk dan Yudha Dkk. Ditambah Hana, Nova dan juga Dandi. Tapi gosip gampang tersebar. Dan kini semua siswa mengetahui soal tantangan itu.

Semua siswa berbondong-bondong ingin melihat pertandingan cowo-cowo populer itu.

Saat melakukan pemanasan, Yudha mengirim pesan pada Hana.

Yudha Galuh : Aku udah dilapang basket, cepet kesini dong. Kasih semangat ya! Yang keras, supaya aku makin semangat.

10 menit kemudian, Yudha melihat Hana bersama Nova berjalan menuju lapangan. Yudha berlari kecil ke arah mereka sambil membawa sekantong plastik ditangannya.

"Ini buat kamu." Senyum Yudha.

Hana mengerutkan keningnya dan menatap bingung ke arah kantong plastik itu. "Apa ini?" Tanya Hana mengambil kantong plastik itu dari tangan Yudha.

"Itu cemilan buat kamu. Siapa tau nanti kamu lapar." Tawa Yudha.

"Dasar!!!" Senyum Hana.

"Aku kesana lagi ya." Kata Yudha mengelus kepala Hana dan langsung meninggalkannya.

"Ehem...ehem..." Dehem Nova. "Kayanya udara hari ini panas ya, Han. Kok gue tiba-tiba gerah sih!" Kata Nova mengipas wajahnya menggunakan tangannya.

"Apaan sih lo?!" Kata Hana malu.

"Wah...! Kenapa muka lo berubah jadi merah?" Tawa Nova.

Hana semakin malu dengan godaan sahabatnya ini. Dia segera menutup pipinya dengan tangannya dan berjalan cepat ke arah kursi penonton.

Saat ini kedua tim sedang melakukan pemanasan. Yudha tidak henti-hentinya menatap tajam ke arah Panji. Begitupun sebaliknya. Willy yang menyadari peperangan besar itu mendekati Yudha.

"Yudha. Cukup. Kenapa lo liatinnya gitu banget sih?!" Tanya Willy merangkul Yudha.

"Dia udah ganggu Hana dan yang lebih parahnya lagi dia udah buat Hana nangis." Kesal Yudha.

Yudha masih mencoba menatap Panji. Tapi Willy dengan cepat membalikan tubuh Yudha.

"Lo gak perlu ikut main nanti." Kata Willy yang membuat Yudha menatap bingung ke arahnya.

"Apa Maksud Lo? Gue engga main nanti?"

"Kalo lo ikut main, bisa bisa bakalan ada pertumpahan darah entar." Jelas Willy.

"Willy. Orang yang Panji mau itu gue. Kalo gue engga main, dia bakalan makin remehin gue." Jelas Yudha.

"Gue tau ini masalah kalian. Tapi gue engga mau lo terluka. Udah, lo dengerin gue kali ini aja. Gue engga mau lo masuk ke lapangan. Ngerti?!" Tegas Willy.

Yudha tidak berani membantah Willy. Willy bukanlah orang yang suka mengatur. Tapi jika dia sudah memberi perintah, maka bagaimanapun caramu menolak dia pasti akan membuatmu menurutinya.

"Oke." Kata Yudha lemah.

"Anak pinter." Kata Willy menepuk bahu Yudha dengan senyuman.

Saat pertandingan akan dimulai, Panji bangkit dari kursi pemain. Akhirnya saat-saat yang ditunggu pun tiba. Dia berjalan ke tengah lapang bersama timnya. Matanya tidak berhenti menatap Yudha.

Tapi saat permainan akan dimulai, Panji bingung karena Yudha tidak berdiri dibarisan nya.

"Tunggu!" Kata Panji pada wasit.

Panji keluar dari barisan nya dan menghampiri Yudha.

"Kenapa lo engga main?" Tanya Panji.

"Kenapa? Lo kangen sama gue?" Tanya Yudha balik sambil tersenyum miring.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang