The Weight

3K 182 0
                                    

Angin malam yang sangat dingin. Bahkan bisa saja menembus kulit itu, tak dihiraukan oleh Hana. Sambil menangis sesenggukan, Hana memeluk dirinya sendiri erat-erat.

Malam ini sangat dingin, apalagi Hana yang hanya memakai dress mini.

Tidak peduli make up nya yang luntur karena dia terus mengeluarkan air mata. Tidak peduli jika dia terlihat sangat cengeng saat ini. Hana tidak peduli itu sekarang.

******

Panji masih menunggu jawaban telpon dari Hana. Sudah lebih dari 10 kali dia menelpon Hana. Namun hasilnya nihil, tidak ada jawaban dari Hana.

Dan akhirnya, Panji mencari Hana keluar mall. Panji masih berlari mencari sosok Hana.

"Kemana kamu, Han." Lirih Panji dengan matanya masih mengedar ke sekelilingnya.

Panji melihat ke arah kiri dan kanan. Tapi dia tidak menemukan sosok gadis itu. Panji akhirnya memutuskan untuk kembali berlari mencari Hana.

Akhirnya dia menemukan Hana. Walaupun Hana belum mengetahui keberadaan nya sekarang, tapi setidaknya Panji bisa bernafas lega. Karena sudah menemukan Hana sekarang.

Panji melangkah mendekati Hana. Dilihatnya bahu gadis itu bergetar, pertanda dia sedang menangis.

Panji menarik tangan Hana dan membalikan tubuh Hana agar menghadap ke arahnya.

Hana sangat terkejut dan detik selanjutnya dia memperlihatkan tatapan tajamnya pada Panji.

"Aku tau ini semua salah aku. Aku bahkan sangat menyesali perbuatan aku ini. Tapi kenapa kamu langsung lari tanpa mendengar penjelasan aku terlebih dahulu? Apa kamu tau betapa khawatirnya aku?" Tanya Panji menatap Hana. "Ya udah, aku antar pulang. Ayo."

Panji menarik tangan Hana agar berjalan mengikutinya. Tapi Hana melepaskan dengan kasar genggaman Panji.

"Engga perlu jadi pahlawan dadakan. Aku bisa sendiri." Kata Hana dingin. Lalu pergi meninggalkan Panji.

Panji hanya bisa diam menatap kepergian Hana.

"Argh! Gue benci kaya gini!" Teriak Panji mengacak rambutnya dan kembali ke basement mall untuk mengambil mobilnya.

***********

Ketika Panji akan mengambil mobilnya. Langkahnya terhenti karena terkejut dengan siapa yang sudah ada didepannya saat ini.

"Yudha?" Kata Panji.

Panji mengerutkan dahinya melihat Yudha yang berjalan mendekati dirinya.

"Mana Hana?" Tanya Yudha dengan tatapan tajam.

Panji menarik nafasnya dan membuangnya perlahan.

"Dia udah pergi."

"Kenapa lo engga ngejar? Lo tau kan dia itu seorang cewe dan seorang cewe engga boleh jalan sendirian apalagi malem-malem kaya gini. Lo tau?!" Bentak Yudha.

Seketika Panji sadar. Dia menelan saliva nya mencerna apa yang Yudha katakan.

Bener juga sih, Hana itu seorang cewe. Seorang cewe engga boleh jalan sendirian malem-malem kaya gini. Itu bahaya banget.

"Heh! Kenapa lo diem Hah?!"

"Oke, gue bakalan ngejar..."

"Engga usah, gue yang bakalan ngejar Hana."

Yudha berlari secepat mungkin mencari dimana keberadaan Hana.

Panji menunduk, merasa tidak berguna saat ini.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang