2. Apresiasi Musik

9.6K 555 222
                                    



"Akan ada saatnya, dimana hanya dengan sebuah senyuman saja dapat membuat orang lain merasa dihargai daripada memasang wajah sedingin salju."- S.A

-Please, stay
Part 2nd



Tiara P.O.V

Ini adalah hari terakhir aku menjalani masa ospekku di SMA Grilya Kencana 01 Jakarta bersama sahabatku, Erin. Saat ini aku bersama dua teman gugusku diminta untuk mengikuti kegiatan apresiasi musik oleh kakak pembimbing ospek. Tapi salah satu dari orang ini ada yang menyebalkan membuat aku menyesal untuk mengajukan diri mengikuti acara ini.

"Gue gak jadi tampil ya kalian aja, jadi bisa duet bareng." kataku kemudian.

Barusan aku mendengar tentang keluhan cewek aneh bernama Farah itu pada Doni kalau dirinya ingin berduet dengan Doni, dia ingin dia yang memainkan gitar sambil bernyayi lagu dari Avril Lavigne yang katanya adalah lagu favoritnya sementara Doni mengiringinya dengan beatboxnya. Karena aku tidak tahu apa yang harus aku tampilkan lebih baik aku mengundurkan diri saja.

"Loh ko gitu Tiara? Lo tampil aja, nyanyi solo pake gitar kan bisa." bujuk Doni lagi, aku menggeleng, ingin tetap pada pendirianku.

"Udah lah Don, kalo dia gak mau ikutan apresiasi ya udah gak usah dipaksa." ujar gadis dengan rambut panjang bahu itu pada Doni.

Aku mengernyitkan dahi dan menarik napas panjang, sebenarnya aku mau saja kalaupun harus main gitar solo sambil nyanyi tapi kalau sudah disinggung begitu aku jadi ga selera. Doni, teman gugus ku kini hanya tinggal berdua saja dengan si cewek aneh yang sombong itu sementara aku segera beranjak dari ruangan menuju ke ruang aula.

Aku segera melangkahkan kakiku dari situ, rasanya aku ingin cepat-cepat menceritakan kejadian ini pada Erin. Aku yakin dia pasti kelas begitu mendengar cerita ini.

Aku akhirnya sampai di depan tangga dan mempercepat langkahku, ketika aku baru saja ingin menaiki tangga tiba-tiba saja...

BRUK!! Aku terjatuh, ada yang menabrakku. Aku meringis kesakitan, lalu aku segera bangkit dan siap untuk memarahi orang yang menabrakku tadi. Itu orang gimana sih gak tau orang lagi buru-buru apa ish! Batinku.

"Eh apa-apaan sih lo kalau jalan itu jangan cuma pake kaki tapi mata juga dipake dong!" rutukku setengah berteriak.

Aku terdiam sejenak, dan baru menyadari kalau orang yang menabrakku itu ternyata seorang cowok tinggi sedang, wajahnya manis (walaupun kelihatan jutek). Dia menatapku dingin, aku balik menatap matanya dalam-dalam. Kemudian dia mengulurkan tangannya padaku, entah apa maksudnya, mungkin dia ingin modus.

"Maaf." Ucapnya singkat.

Aku hanya diam bergeming, ternyata dugaanku salah, dia ingin minta maaf. Akhirnya aku membalas jabatan tangannya itu dan menerima permintaan maafnya. Sebenarnya aku ingin sekalian melampiaskan emosiku pada cowok ini tapi ya sudah lah daripada menjadi konflik berkepanjangan nantinya malah tambah repot lagi. Akhirnya setelah selesai berbaikan dengan cowok dingin itu, aku segera melangkahkan kaki dari situ menuju aula.

Aku segera masuk ke ruang aula dan mencari-cari keberadaan Erin. Segera saja aku menerobos kerumunan siswa-siswa ospek yang sedang duduk bergelombol dan dengan singkat langsung ku temui Erin sedang mendengarkan musik dipojok ruangan dengan muka tablo nya dia itu. Dia segera melepas earphone nya ketika dia melihat aku berjalan ke arahnya.

"Tiara.. ko lo ke sini? Gak jadi tampil apresiasi?" tanyanya heran. Aku segera merobohkan tubuhku sembari menghela napas.

"Gue bete." sungutku.

"Dih bete kenapa?"

"Lu tau kan anak cewek yang tadi bareng gue sama Doni?"

"Oh Farah? Kenapa dia?"

Aku langsung menceritakan kejadian yang tadi aku alami dengan Farah secara mendetail. Erin mengepalkan tangannya begitu mendengar penjelasanku.

"Dih apa-apaan sih tuh orang seenaknya aja!" geram Erin kesal, "lagian emang kenapa sih dia jadi begitu sama lo?" tanya Erin kemudian.

"Gak tau pokoknya tadi pagi di lobi tuh gue sama dia ngobrol, tapi yang gue herannya dia malah nanyain gue berangkat ke sini sama siapa, naik apa, rumah di mana, terus yang lebih gak sopannya dia nanya berapa uang bulanan gue." jawabku panjang lebar, Erin mendengus kesal.

"Wah gak bener tuh orang, ketauan banget matrenya. " umpat Erin.

Beberapa menit kemudian Kak Billy (pemimpin gugus kami) muncul di depan ruang aula bersama dengan semua anggota pemimpin ospek lainnya.

"Siang semua, buat ade-ade yang lain yang merasa punya bakat dan ga malu untuk tampil ke depan seperti teman-teman kalian ini boleh maju ke depan untuk apresiasi. Itung-itung buat hiburan juga kan, ada yang berminat lagi?" tanya Kak Billy.

Krik...krik..krik

"Ya kayaknya gue udah tau jawabannya." nelangsa Kak Billy sembari menggaruk-garuk kepalanya dan memasang ekspresi pasrah.

"Oke langsung aja kita tampilin peserta pertama dari SMP Al-Azhar Jakarta, Aldo dan Doni silahkan maju ke depan." timpal Kak Galang.

"Eh Rin. Itu cowok yang gue ceritain tadi yang nabrak gue di tangga." bisikku pada Erin begitu melihat cowok yang di maksud itu adalah cowok yang tadi menabrakku.

"Oh itu, kece juga Ra." tukas Erin.

"Tapi serem ih dingin gitu mukanya liat aja gak ada senyum-senyumnya, jutek." kataku.

Doni dan cowok itu lalu mengambil Microphone dan mulai bersiap untuk melakukan apresiasi musik beatbox. Terdengar suara siswi-siswi cewek berteriak-teriak mendengarkan nada-nada unik yang keluar dari mulut kedua cowok itu. Banyak yang mengagumi bakat yang unik dan masih jarang ditemui itu.

"Ih keren ya Rin." lontarku terpesona melihat penampilan kedua cowok itu.

"Cieee ternyata bukan badan lu aja yang ketabrak ama tuh cowok, tapi hati lu juga ikutan ketabrak." Godanya.

"Dih gak jelas lu, orang gua suka sama Beatbox nya." Sanggahku.

"Ohh gituuu." selorohnya dengan memajukan sedikit bibirnya meledek. Aku hanya mendengus kesal.

Hampir sekitar satu jam lebih kegiatan apresiasi seni ini berlangsung, hingga akhirnya semuapun selesai.

"Oke ade-ade berhubung semua peserta udah pada nampilin bakatnya yang keren-keren tadi, dan sekarang juga sudah menjelang siang, waktunya makan siang, perut keroncongan, badan udah lemes, mata udah berair, kaki uda......." belum saja Kak Billy melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba Kak Galang memotong perkataannya.

"Essuuutt..." Kak Galang meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Kak Billy. Kak Billy memegang tangannya dan menatap manja Kak Galang layaknya seorang perempuan. Tentu saja kami semua tertawa geli melihatnya.

"Kelamaan lu Bill," umpatnya sambil mendengus pada Kak Billy lalu mengambil alih tempat Kak Billy, "langsung aja deh, buat ade-ade yang udah nyempetin ikut kegiatan ini, sekarang boleh balik ke kelas ambil tas dan pulang ya makasih buat yang apresiasi tadi." titah Kak Galang.

"Oh iya sekarang kalian udah resmi jadi siswa-siswi di SMA Grilya Kencana 01 Jakarta ini yeeeyyy. Jadi besok kalian udah boleh masuk pakai seragam SMA dan nanti kelas kalian akan dibagikan." Sambung Kak Galang kemudian.

"Oke kaaaaa!" Seru siswa-siswi serentak.

Kami segera bergegas ke kelas mengambil tas dan pulang. Aku dan Erin menuju ke parkiran sekolah dekat kantin. Erin segera mengambil kunci motornya. Motor pun melaju dengan cepat. Erin mengantarku sampai ke depan rumahku. Erin pun pulang ke rumahnya yang hanya beda beberapa blok dari rumahku.

Baca terus lanjutannya yaa semakin ke sana semakin seru ko ceritanya hehe ini cuma awalan aja prolog ibaratnya, semoga suka😊

Please, stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang