4. Tragedi Mall Cipinang

5.6K 405 118
                                    


"We don't have to show about anything we have for the people who we know or we don't. We just have to show that our heart is more richer than them to give what we have for each other." -S.A

-Please, stay
Part 4th


Tiara P.O.V

Setelah pulang sekolah siang ini, Erin memutuskan untuk menginap di rumahku karena Ibunya yang ada tugas ke luar kota untuk beberapa minggu ini. Jujur saja aku malas kalau anak ini menginap, tidurnya kan kayak kuda, nendang-nendang padahal tempat tidurku sudah berukuran king size.

Aku memintanya untuk tidur di kamar tamu dekat gudang, namun dia menolaknya katanya takut kalau tidur di kamar itu. Padahal kamar itu biasa saja cuma memang ruangannya sedikit gelap karena cat dindingnya yang berwarna biru donker dan tidak ada jendela sehingga kurang pencahayaan.

Erin membawa semua pakaiannya di koper dan juga semua perlengkapannya mulai dari peralatan ceweknya sampai sikat gigi pun di bawanya. Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat kelakuannya.

"Lo mau nginep apa tinggal di sini sih Rin?" tanyaku protes.

"Ya kalo bisa sih gua tinggal di sini lumayan kan gratis." katanya, Langsung saja aku menempeleng kepalanya. Dia hanya cengengesan.

Kami berdua mengatur jadwal untuk kegiatan hari ini, besok dan seterusnya. Karena besok hari sabtu, kami sepakat kalau besok ke Mall. Nonton bioskop, katanya sih ada film bagus minggu ini.

****

KRINNGGG!! KRIIIINGG!!

Bangun pagi ini aku dan Erin sudah rapih setelah selesai sarapan dan mandi. Aku turun dari kamarku dan mendapati Bi Ijah sedang bersih-bersih kulkas. Erin sedang sibuk merias wajahnya di kamar mandi. CENTIL!

"Bi... Mama sama Papa sms bibi gak? Ngasih tau pulang ke rumah kapan gitu? Soalnya Tiara udah ngirim Whatsapp ke Mama tapi belum di bales-bales juga." tanya ku pada Bi Ijah yang kemudian membalikan tubuhnya kearahku.

"Waduh belum tuh Non. Tapi minggu kemarin Nyonya bilang di sana cuma sampai beberapa bulan ini kan non?" kata Bi Ijah.

Cuma? Beberapa bulan itu dibilang cuma? Ya, mungkin mereka sudah terbiasa terlalu lama meninggalkan aku sendiri di rumah selama berbulan-bulan, makanya hal seperti ini bukan lagi hal tabu bagi mereka dan tak terkecuali aku. "Ya udah bi, kalau gitu Tiara ke atas dulu." Tukasku sembari menjauh,

Mah.. Pah Tiara kangen banget sama kalian, Tiara pengen banget bisa kumpul bareng lagi kayak dulu. Aku menatap bingkai foto yang ada di genggaman tanganku saat ini, terpampang jelas wajah bahagia Papa, Mama, dan Aku waktu kecil dulu di foto itu. Tiara jadi kangen masa kecil Tiara, di mana Mama sama Papa selalu bisa nemenin Tiara kapanpun dan kemanapun Tiara mau. Tanpa sadar cairan bening terasa mengalir keluar dari mataku.

CKLEK! Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan Erin keluar dari kamar mandi, dengan cepat aku menghapus Air mataku dan meletakkan bingkai foto itu pada tempatnya.

"Ngapain sih lo lama banget di kamar mandi?" Aku kembali memasang wajah yang ceria seperti biasa, untuk menutupi kesedihanku.

"Ah lo kayak gak tau cewek aja." sanggah Erin yang sepertinya dia memang gak sadar kalau aku abis nangis.

"Ganjen dasar, udah yuk berangkat udah mau siang nih!" ujarku.

Akhirnya kami berdua berangkat, kami memesan taksi karena hari ini mataharinya terik banget, kalau naik motor bisa jadi sapi panggang. Belum lagi macetnya jakarta yang gak ada kelarnya.

Please, stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang