"Maaf, bukannya mau menyakiti, hanya saja hati ini masih memilihnya." -Tiara Lavina
Please, stay
Part 44thAuthor P.O.V
Tiara dan ketiga kawannya yang baru saja keluar dari kantin langsung dikejutkan dengan kerumunan siswa yang berada di sekitar lapangan.
"Eh, eh itu ada apaan sih rame-rame?" Ujar Keren pada salah satu siswa.
"Gak tau, kayaknya lo harus ke sana deh." Ujar siswa itu yang malah menunjuk ke Tiara.
"Gue?" Ujar Tiara sembari menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya, pemuda itu mengangguk mantap.
Tiara dan ketiga kawannya saling lempar pandang, sesaat kemudian mata Tiara mencoba untuk menerobos sela-sela kerumunan siswa itu tapi tidak bisa, terlalu ramai. Gadis bertubuh mungil itu sampai-sampai harus menjinjitkan kakinya untuk bisa melihat ke tengah lapangan tapi hasilnya pun nihil, dia tetap tidak bisa melihat ke sana. Akhirnya setelah melakukan pertimbangan, gadis itu terpaksa menerobos masuk di antara kerumunan siswa yang berdesakan itu.
Mata hitam pekat Tiara membesar seketika saat tubuhnya sudah berhasil menerobos kerumunan siswa itu, dia melihat seorang pemuda berseragam putih abu-abu berdiri di tengah lapangan sembari membawa spanduk berukuran besar yang bertuliskan----
I LOVE YOU
TIARA LAVINAApa-apaan ini, batin gadis itu barusan. Pemuda itu kini menaruh spanduk yang tulisannya sengaja dibuatnya sendiri dengan semprotan pewarna itu di atas lapangan basket. Pemuda itu langsung berjalan ke arah Tiara dengan senyum khasnya. Kini matanya saling bertatapan dengan gadis itu, Pemuda itu menatap gadis di depannya itu dengan penuh pengharapan sementara Tiara menatapnya dengan tatapan yang sebaliknya. Gadis itu malah terheran-heran dengan apa yang barusan di lakukan pemuda itu.
Pemuda itu meraih kedua tangan Tiara, gadis itu mengikuti arah gerakan tangan lelaki itu saat dia berusaha menggapai tangannya.
"Tiara, would you be mine?" Ucap pemuda itu yang di balas dengan tatapan tidak percaya Tiara.
Beberapa menit gadis itu terdiam, dia tidak tau apa yang harus di ucapkannya bibirnya serasa kaku seketika. Semua mata yang saat itu ada di lapangan tertuju pada satu titik, yaitu mereka berdua. Entah kenapa perlahan cairan bening malah menggenang di pelupuk indah mata gadis itu.
"G-gue.." Ucapan gadis itu tertahan.
TES!! Satu tetes air matanya jatuh menyentuh tanah, senyuman dari bibir tipis pemuda itu seketika menghilang digantikan dengan tatapan matanya yang kini mulai terlihat meredup bersamaan dengan hilangnya senyuman di bibirnya.
"Maaf gue gak bisa." getir gadis itu seraya melepaskan tangannya dari tangan pemuda itu dan berlari menjauh ke arah taman belakang sekolahnya.
Samar-samar dia bisa mendengar teriakan kecewa para siswa yang ada di lapangan tadi, tapi Tiara tetap tidak peduli. Gadis itu terus melangkahkan kakinya meninggalkan lapangan.
Satu detik--
Dua detik--
Tiga detik--
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, stay
Teen Fiction[TAMAT] [REVISI] [RANK 4 IN JUNE 18th] Tiara sudah mencintai Tama sejak awal pertemuannya dengan lelaki itu, semua orang memuja Tama sebagai sosok Badboy yang tampan dengan segala sisi kesempurnaan yang dimilikinya. Bagi keduanya, takdir adalah sat...