23. Misteri gunung pancar

2.6K 185 22
                                    

"Berpeganglah pada pendirian, jangan takut masih ada harapan di depan sana yang siap kau raih jika ada keinginan."-
Johanna

Please, stay
Part 23rd


Author P.O.V

Tiara mengerjapkan kedua matanya begitu sinar mentari menelusup masuk ke dalam celah-celah penutup tenda dan sinarnya mengenai kelopak matanya. Gadis itu menoleh ke arah seseorang yang masih terlelap tidur di sebelahnya, lalu mendecakkan lidahnya kesal melihat Erin yang masih saja memejamkan matanya erat seperti enggan untuk bangun

Tiara langsung beranjak membuka penutup tenda, betapa kagetnya dia baru saja dia membuka penutup tenda Tama sudah berada di depan pintu tenda sembari membawa dua buah box makanan berwarna putih ditangannya.

"Pagi, sarapan dulu yuk." ajak Tama pada Tiara, gadis itu menatap ke arahnya beberapa saat. Tama terlihat sedikit beda pagi ini, hey lihat dia memakai kupluk di kepalanya! Cute.

"Umm, makasih ya," tukas Tiara tersenyum, "Anyway gue mau mandi dulu ya lo tunggu sini bentar gak apa-apa kan?" tanya gadis itu sembari mengikat asal rambutnya.

"Iya, gua tungguin." Tama tersenyum, sembari berlalu dan duduk di dekat batang pohon pinus.

Sementara Tama duduk menunggu, Tiara segera melangkahkan kakinya menjauh menuju ke arah villa, sebenarnya dia agak ragu dan agak parno mengingat kejadian semalam saat dirinya melihat seorang wanita di depan tendanya, tapi begitu melihat kalau pagi ini villa lumayan ramai, akhirnya dia tidak segan lagi.

Diam-diam, Tama memperhatikan Tiara yang melangkah menjauh menuju vila, sudut bibirnya berkedut kemudian tercetak seulas senyuman, Baru bangun tidur aja dia udah cantik, batin Tama sembari terus menatapi punggung gadis itu hingga akhirnya gadis itu masuk ke dalam villa.

*****

Tiara P.O.V

Selesai mandi aku bergegas kembali ke tenda. Saat ini aku memakai celana levis selutut dan kaus polos berwarna biru tosca. Saat sampai di tenda ku lihat Tama masih tetap menungguku sembari bersiul-siul kecil di bawah pohon pinus, lalu tersenyum begitu melihatku.

"Hey." apaku.

"Udah mandinya? Nih dimakan bubur ayamnya." tukas Tama sembari memberikan box yang tadi dia bawa padaku.

"Temen-temen lo mana?" tanyaku sembari duduk di sampingnya.

"Lagi pada ngerokok di kedai yang kemarin." jawab Tama sembari memakan bubur ayamnya.

"Parah banget, nanti ketauan guru tau rasa."

"Gak bakal, mereka udah profesional." kata Tama sambil tersenyum penuh arti.

"Ngerokok aja bisa professional ya." cibirku, Tama hanya terkekeh.

"Hmm, bagus ya pagi-pagi udah pacaran aja." cibir Erin yang baru saja keluar dari tenda.

"Sirik aja lo." cibirku sembari melirik sekilas ke arah Tama. Mau kali dipacarin, gak digantungin terus gini. Batinku dalam hati.

Erin hanya mencebik, kemudian mengalihkan pandangannya kea rah box berisi bubur ayam yang ada di tanganku, "ih Ra, ko gua ga diambilin juga sih buburnya?" rengek Erin.

"ini aja Tama yang ngambilin." kataku.

Pandangan Erin berpindah pada Tama, "Tam, ko cuma Tiara doang sih yang diambilin? Pilih kasih lo." cibir Erin pada Tama.

Please, stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang