7. Gank Bad Boy

3.6K 314 40
                                    




"I want to be your favorite place to go when you've had a bad day or a good day" -Pope Jhon

-Please, stay
Part 7th

Tiara P.O.V


Tidak terasa sudah hampir 1 bulan aku bersekolah di sekolah ini. Sudah mulai banyak perubahan yang terjadi pada orang-orang di sekelilingku. Anak-anak yang tadinya pendiam atau duduk sendirian sekarang sudah mulai ikut berbaur dan memiliki banyak teman.

Begitupun Tama, si anak baru itu. Kini dia tidak lagi duduk dengan Ayu. Dia memilih untuk duduk dengan para cowok-cowok nakal yang selalu duduk di barisan paling belakang kelas. Siapa lagi kalau bukan Radit, Aldo, Rayyen, Dan Raka. Kini mereka membentuk suatu Gank, BPS (Brothers Perfect Solidarity). Begitulah mereka menamai gank baru mereka itu di kelas X-4 ini.

Ya, aku akui mereka memang kompak dan solid, satu telat masuk semua ikut kena hukum, bukan karena di suruh guru tapi karena keinginan mereka sendiri untuk ikut kena hukuman.

Awalnya aku juga sempat berpikir kalau cowok-cowok itu brandal karena walaupun mereka itu ganteng dan keren tapi memang tampang mereka seram-seram apalagi aku kembali mengingat kejadian sewaktu Aldo memukuli seseorang di kantin waktu itu. Tapi gak juga deh mereka ternyata baik ko walaupun seram, Ya don't judge a book by it cover.

Oh iya ternyata di kelas ini bukan cuma aku yang naksir Tama, beberapa cewek di kelas ini dan kelas lain juga ternyata banyak yang naksir dan kagum dengan penampilan cowok kece ini. Ah wajarlah banyak yang naksir, cewek mana sih yang gak akan terpikat dengan cowok tinggi dan keren kayak dia. Kemanapun dia pergi, pasti dia tidak pernah lepas dari tatapan para kaum hawa yang terpesona dengan ketampanannya itu. Secara sekarang dia masuk kedalam daftar most wanted di sekolah ini.

"Tamaa..."

"Hai Tama..."

"Tamaaa lo ganteng banget sihhhhh--"

Begitulah kira-kira teriakan-teriakan cewek-cewek alay setiap melintas di depan kelas X-4 ini sambil sesekali melonggokkan kepalanya dari pintu kelas kami, hampir setiap hari. BAYANGKAN!! Pemandangan itu kini sudah tidak asing lagi bagiku.

*****

Setelah bel istirahat berbunyi. Aku dan 3 orang kawanku berniat untuk makan di kantin. Aku dan Erin memesan siomay Mang Didin seperti biasanya, aku sangat suka siomay di kantin SMA Grilya Kencana ini, bikin ketagihan. Sedangkan Anggi dan Keren memesan mie ayam di kedainya Mpok Atin.

Kemudian Tama And the gank mulai keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung nongkrong di kedai nasinya Teh Pipit, seperti biasanya.

"Kenapa sih mereka kalau kemana-mana harus bergerombol gitu? Kayak boyband aja!" ujar Keren saat melihat mereka lewat.

"Ya, emang cowok jaman sekarang gitu sih kayak cewek mainannya Geng-geng an." timpal Erin. Aku mengangguk mengiyakan.

Ketika pesanan datang kami segera menyeruput dan langsung memakannya seperti orang yang tiga bulan gak makan, mati dong. Selesai makan, aku berniat membeli air mineral di kedai minuman sebelah kedai nasinya Teh Pipit.

"Ada yang mau nitip minum?" tanyaku.

"Gue dong Ra, lupa bawa minum tadi gue!" seru Erin.

"Kalian Enggak?" tanyaku kepada Keren dan Anggi.

"Enggak deh Ra, kita mau pesen pop ice aja nanti." ujar Anggi.

Aku mengangguk paham, kemudian aku berjalan menuju ke warung yang ada di seberang itu, aku sengaja berputar lewat jalur kiri untuk tidak melintas melewati kumpulan cowok-cowok nakal yang sedang asik merokok itu, parah ya padahal masih di lingkungan sekolah tapi mereka berani merokok.

Sesampainya di kedai minuman yang tanpa papan nama itu, Bapak 'Apa dek' segera mendekat saat melihat aku yang sudah berdiri di depan etalase tokonya itu.

"Apa dek?" tanyanya kemudian dengan suara khasnya yang serak. Jujur saja aku agak lucu setiap mendengarnya bicara seperti itu kalau ada yang membeli sesuatu di kedainya. Aku dan teman-temanku sekarang menamai kedai Bapak itu dengan sebutan kedai 'Bapak Apa dek' karena memang seriap ada yang datang membeli selalu disambut dengan kata-kata seperti itu.

"Beli air mineral 2, Pak." jawabku. Kemudian Bapak itu mengambil 2 botol air mineral yang enggan di sebutkan merknya itu dari freezer. Setelah menerimanya dan kemudian membayarnya aku segera beranjak dari situ.

"Tiaraa... kenape lewat sana mulu sih? Lewat sini aje yang deketan!" aku sedikit terkejut ketika tiba-tiba Radit menegurku. Aku menghentikan langkahku lalu menoleh, Aku sempat melirik ke arah Tama yang sedang asik melahap makanan yang ada di tangannya, lalu kemudian ikut menatapku. Aku segera mengalihkan pandanganku ke Radit.

"Gak ah, Dit, ntar ketularan virus Boyband lagi." Jawabku asal yang kemudian dijawab dengan tawa khas cowok itu.

Aku melanjutkan langkahku sembari membawa plastik berisi 2 botol air mineral yang aku ayun-ayunkan ke depan dan ke belakang sambil bersenandung, kebiasaanku dari dulu.

DUG!! Tanpa sadar plastik yang aku ayun-ayunkan itu mengenai kaki seseorang yang ada di depanku. Plastik pun terlepas dari genggamanku setelah mengenai orang itu.

"Eh sori, sori gak sengaja!" ujarku spontan membungkukkan badanku berusaha mengambil plastik berisi botol itu tanpa sempat melihat orang di depanku itu.

"Gak apa-apa ko." sepertinya suaranya tidak asing lagi di telingaku. Aku segera mengangkat tubuhku dan berdiri tegap menghadap ke arah sumber suara itu berasal.

"Aldo.." aku membeo ketika mengetahui kalau orang itu adalah dia. Lah, ko dia ada di sini sih perasaan tadi masih bareng sama gengnya, eh ralat deh tadi kayaknya dia memang gak barengan sama temen-temennya. Batinku.

"Kenapa sih, lo suka banget nabrak gue?" tanyanya menatapku dengan tatapan kematiannya itu, aku segera menunduk begitu dia menatapku seperti itu. Kenapa sih, gak Tama gak Aldo kalau ngeliatin orang tatapan matanya gak bisa selaw? Nakutin!

"Eh.. i..iya maaf ya gua lagi gak fokus." gugupku sambil berusaha untuk tidak melakukan kontak mata dengannya. Perasaan waktu itu dia yang nabrak gue deh, gumamku lagi dalam hati.

"Alah bilang aja lo sengaja kan?" ujarnya lagi sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Dih pede banget nih orang.

"A-apa sih udah ya gua duluan udah ditungguin, daahh." ujarku seraya berlalu dari hadapannya tanpa berniat menunggu jawaban darinya.

Ku lihat Erin, Keren dan Anggi sudah tidak berada di tempat duduknya. Aku celingukan mencari mereka saat sampai di sana, lalu akhirnya mendapati mereka bertiga sudah ada di depan gerbang kantin. Erin segera melambaikan tangannya begitu melihatku. Aku lalu segera menghampiri mereka.

"Ayo masuk Ra udah bel tadi." ujar Erin seraya mengambil plastik yang ada di tanganku.

*****


Please, stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang