12. Hari Bahagia Tiara

2.8K 241 14
                                    

"Love someone who is kinder to you than you are to your self"-Nikita gill

Please, stay.
Part 12th

Tiara P.O.V

TENG!! TENG!! Pelajaran Pak Tahri akhirnya selesai, bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aku dan kawan-kawanku segera ke parkiran motor sekolah. Aku dan Erin segera pulang menuju ke rumah ku. Begitu mulai memasuki komplek perumahanku, kulihat mobil sedan berwarna hitam terparkir di garasi rumahku. PAPA MAMA!

Aku segera meloncat dari sepeda motor Erin yang belum sepenuhnya berhenti, lalu segera berlari masuk ke dalam rumah. Begitu masuk, kudapati seorang perempuan dan laki-laki sedang asik bercengkrama sambil ditemani 2 cangkir teh yang terletak diatas meja. Mereka menoleh dan kemudian tersenyum saat melihat aku yang berdiri di ambang pintu. Tanpa basa-basi aku berlari dan memeluk mereka.

"Pa.. Ma Tiara kangen banget sama kalian!!" kataku, tanpa sadar air mataku mulai mengalir deras.

"Hahaha panda kesayangan Papa kenapa jadi cengeng gini sih?" ujar Ayahku, aku yang masih terisak tetap saja mengeratkan pelukanku pada mereka.

"Loh.. Erin?" Ibuku melengos ketika mendapati Erin ternyata ikut ke sini..

Aku melepaskan pelukanku dan menoleh ke belakang, kulihat Erin sudah ada di depan pintu sembari mengusap kedua pipinya yang basah karena air matanya sendiri.

"Hai Popp, hai Mumm!" sapa Erin sembari mendekat ke arah kami duduk. Erin biasa memanggil ayahku, Adi wibowo dengan sebutan 'Poppy Ad' dan ibuku, Diana Noviana dengan sebutan 'Mummy Ann' (jangan salah tafsir)

"Kamu di sini dari kapan?" tanya mamaku

"Dari beberapa minggu yang lalu Mumm hehe, mami lagi ada kerjaan di luar kota tapi kemarin dia sms Erin katanya besok udah di rumah ko." ujar Erin. Orang tua ku dan orang tua Erin memang sudah mengenal lama, bahkan sebelum Aku dan Erin lahir.

"Non Tiara, Non Erin makan siangnya sudah ada di meja makan." Ujar Bi Ijah.

"Loh? Bibi udah pulang? Dari kapan?" tanyaku.

"Udah Non, kemarin Nyonya sms katanya hari ini pulang jadi bibi tadi subuh langsung berangkat ke sini deh." jelas Bi Ijah.

"Ih mamah jahat, sms Bi Ijah aja di bales. Whatsapp Tiara sampai sekarang ga dibales-bales tuh di read juga enggak." ujarku bersungut-sungut.

"Hahaha iya maaf sayang, mamah sibuk jadi ga sempet bales WA kamu," kata Ibuku, aku hanya ngedumel, gimana sebagai permintaan maafnya, kita makan malem diluar malem ini?" tawar ibuku kemudian.

"Setuju!!!" seru aku dan Erin serempak.

*****

Kami berempat akhirnya sampai di area parkir Pondok Indah Mall, Jakarta. Lalu mampir ke restoran Prancis yang dulu sering kami kunjungi bersama orang tua Erin. Kami segera masuk ke dalam restoran dan langsung disambut ramah oleh para pegawai restoran yang memang dulu sering kami kunjungi ini.

"Adi? Ke mana aja gak pernah mampir ke sini lagi?" tegur Pak Surya, pegawai restoran yang sudah saling kenal dengan kami.

"Oh Surya, apa kabar kamu? Ya biasalah pengusaha amatiran sibuk terus, banyak proyek." ujar ayahku.

"Hahaha baik-baik, wah Tiara sama Erin sudah besar ya." kata Pak Surya sembari melirik aku dan Erin.

"Iya dong Om, masa kecil terus. " sanggah Erin, kami semua tertawa.

Kemudian setelah itu kami memesan makanan. Aku memesan makanan kesukaanku yang biasa aku beli di sini, Salmon fish almond souce. Erin terlihat membolak-balikan buku menu beberapa kali, dan kemudian memesan sirloin steak blackpaper mushroom. Aku meliriknya sekilas ketika sadar bahwa yang dipesannya itu adalah makanan Favorit Almarhum Papinya dulu.

Ya, Deva Rahmatya Pamungkas atau Uncle Dev (begitu aku biasa memanggilnya) mengalami kecelakaan hebat dan meninggal dunia beberapa tahun lalu, nampaknya Erin belum bisa merelakan kepergian Ayah tercintanya itu. Namun aku tau Erin adalah seorang gadis yang tegar, begitupula Aunty Emm (Emmly Gardison), Ibunya Erin.

"Rin..." Aku mengusap-usap punggungnya ketika melihat air matanya membendung di pelupuk mata coklat milik Erin.

"Gue gak apa-apa ko, Ra." ujarnya sembari mengusap air matanya menggunakan tissue lalu kemudian dia tersenyum. Aku ikut tersenyum, walaupun sedih karena aku tahu kalau dia hanya sedang memasang senyuman palsunya.

*****

Author P.O.V

"Umm.. Mah, Pah, Tiara ke toilet dulu ya?" Tiara bangkit dari duduknya hendak pergi ke toilet. Melihatnya, Erin lantas ikut berdiri.

"Ikut, Ra." kata Erin.

"Ya sudah, jangan lama-lama ya, bentar lagi mau pulang." Tukas Diana, Tiara mengangguk lalu kemudian melangkah keluar restaurant diikuti oleh Erin.

Setelah keluar dari toilet, Tiara mendadak menghentikan kakinya begitu melihat sebuah pemandangan di depannya. Sebuah gerai took baju perempuan. Tiba-tiba saja seringaian jahil tersirat di wajah cantik gadis itu. Erin mengernyit begitu melihat perubahan ekspresi wajah sahabatnya itu hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti arah pandangan Tiara.

"Mampir ke sana dulu yuk, Rin?" ajak Tiara sembari menunjuk ke toko baju di seberang.

"Ish kan tadi kata nyokap lo gak boleh lama-lama, udah mau pulang." tukas Erin.

"Alah bentar aja." Tiara menarik paksa tangan Erin lalu membawanya menuju ke toko baju.

"Eh, eh ini baju yang gue taksir di OL shop, Ra, aahh ternyata di sini juga ada." seru Erin sembari mencomot hanger baju yang dia maksud itu.

"Nah, kan, ini tuh toko langganan gue, bajunya kekinian semua." kata Tiara percaya diri.

"Gue mau beli ini ah, yuk liat-liat ke sebelah sana lagi, Ra!" ajak Erin, Tiara mengangguk.

Tiara berjalan mengikuti arah Erin berjalan, namun kemudian langkahnya berbelok ke arah kiri begitu melihat seseorang yang sepertinya dia kenal. Dengan ragu, Tiara melangkahkan kakinya sedikit mendekat ke arah orang itu berdiri. Cowok itu tengah berdiri di dekat kamar pass.

Tama? Ngapain dia di sini? Tanya Tiara dalam hati. Apa gue samperin aja ya? Katanya lagi. Tiara maju selangkah ke depan sebelum akhirnya langkahnya terhenti begitu seorang cewek sepantarannya tiba-tiba saja mendekat ke arah Tama. Dia tersenyum sumringah pada Tama sembari menunjukkan baju yang tadi dicobanya di kamar pass, sementara Tama hanya memasang ekspresi datar seperti biasanya lalu kemudian berjalan mendahului cewek itu.

"Siapa itu ya? Masa iya ceweknya Tama?" Tiara bermonolog.

"Dorr!!" Tiara sontak menoleh ke belakang begitu tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Ck, Erin, ngagetin aja deh kalo gue jantungan gimana." sungut Tiara.

"Ya maaf, lagian lo ngapain bengong di sini coba? Gue cariin juga dari tadi, udah yuk balik ke resto, gue udah bayar nih bajunya." kata Erin sembari menunjukan kantong plastik berisi baju pilihannya.

"Ya udah ayo." kata Tiara lemas, dia masih terpikir tentang cewek yang tadi bersama dengan Tama.

"Lo gak beli apa-apa gitu?" Tanya Erin, Tiara menggeleng.

"Dih si koplak, padahal lo yang ngajakin gue ke sini tapi lo yang gak mau beli baju, gimana sih." desis Erin.

Please, stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang