8. Gara-gara grup kelas

3.2K 287 49
                                    

"Bisakah kau lakukan itu setiap hari? Jangan sungkan aku sebenarnya sangat menyukai hal itu. Membuatku semakin, menginginkanmu."-Tiara Lavina

-Please, stay
Part 8th

Tiara P.O.V

Aku menjatuhkan penaku saat hendak mencatat ID Line dikertas yang di berikan Ayu, si sekertaris kelas. Di atasnya tertulis jelas 'GRUP LINE X-4' melihat judulnya pun aku sudah bisa menebak alasan dia memintaku mencatat ID line ku. Aku kembali mengambil pena berwarna biru yang terjatuh di bawah kolong mejaku dan mulai mencatat ID line ku di selembaran kertas kosong itu.

Setelah selesai menulisnya, aku memberikannya pada Erin. Setelah itu Ayu membawa kertas itu berkeliling meminta semua siswa dikelas ini mencantumkan ID Line mereka masing-masing.

"Nah temen-temen jadi karna kita selalu keteteran kalau ada tugas, nanti gua mau bikin grup kelas di line, fungsinya adalah buat nge-share tugas atau kegiatan di kelas supaya gak ada lagi yang telat ngumpulin tugas." ujar Ayu setelah terkumpul data ID line seluruh siswa kelas X-4.

"Kalau buat curhat boleh kaga?" tanya Radit. Kemudian gelak tawa mulai pecah, kalau si biang kerok itu udah bersuara pasti kelas selalu jadi berisik.

Pak Tahri sang guru killer masuk ke kelas, kemudian kelas menjadi hening seketika. Well, matematika. Pelajaran yang paling bisa buat kepala gue nyut-nyutan.

"Anak-anak kerjakan tugas halaman 14 bab 1!" suruh Pak Tahri. Suara seruan malas pun mulai terdengar. Aku sendiri sebenarnya sedang tidak dalam mood baik untuk belajar hari ini. Hoam.

*****

DI TOILET

"Huaaa Erinnn gue dapet, gimana ini!!" teriakku dari dalam toilet. Untung saat itu keadaannya toilet sedang sepi cuma ada aku dan Erin.

"Yahh gimana dong, yaudah lo tunggu sini bentar gue ke koperasi beli pembalut." ujar Erin.

"Cepetan plissss!" rengekku.

Beberapa menit kemudian, Erin kembali dan memberikan pembalut yang enggan disebutkan merknya itu padaku. Setelah selesai aku segera keluar dari toilet.

"Hehe makasih yaaa!" ujarku cengengesan. Erin bersungut-sungut.

"Ya udah ke kelas yuk takut udah ada guru." kata Erin.

Akhirnya kami berdua kembali ke kelas, saat perjalanan menuju kelas kami berpapasan dengan Farah dan beberapa temannya, sekarang dia juga telah mempunyai geng yang anggotanya dari kelas X-5 dan X-6. Aku memasang wajah cuek saat melintas di depannya, Erin menyunggingkan bibir atasnya begitu di depan mereka.

"Emang dasar kampungan!" tiba-tiba saja Farah berbicara seperti itu saat di depan kami, memang tatapan matanya mengarah ke arah teman-temannya tapi nada bicaranya itu jelas mengarah ke arah kami.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk mengacuhkannya namun Erin nampaknya mulai terpancing lagi, aku segera merangkulnya ketika Erin hendak berbalik badan ke Farah.

"Udah lah jangan diladenin nanti panjang urusannya ini kan di sekolah." ujarku menenangkannya. Erin hanya mendengus kesal.

Kami masuk ke dalam kelas, ada beberapa teman kami yang masih sibuk memakan bekal yang dibawanya dari rumah, mungkin. Kemudian Keren dan Anggi masuk ke dalam kelas membawa sebungkus siomay di tangannya masing-masing.

"Ihh bagi dong!" pekik Erin dengan suara nyaring.

"Nih, tadi gak nitip." ujar Keren. Erin mengambil siomay itu dari tangan Keren dan menyuap sebuah siomay ke mulutnya. Dasar celamitan!

Please, stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang