I will tell you a story.

2.5K 251 11
                                    

Oke. Kurasa cerita ini sudah terlalu panjang. Mungkin sudah saatnya aku menuju ke titik akhir.

Ummm, and...

Chapter selanjutnya ku private karena ada adegan yang menurutku mungkin membuat beberapa orang kurang nyaman. Aku meminta kebijakan pembaca dalam menyikapinya.

Terimakasih,

C

---

Nora merasakan kepalanya seperti diselimuti kabut tipis. Ia sedang berusaha berpikir, tapi kabut itu menghalanginya untuk berpikir dengan jernih. Oke, ia akan mulai dengan memahami bagaimana situasinya saat ini.

Ia berbaring di ranjang di sebuah ruangan yang terasa dingin. Kamar itu memiliki penerangan yang berasal dari satu sisi ruangan, tepatnya di sebelah kanannya. Inderanya belum bisa berfungsi dengan sempurna tapi ia bisa mencium aroma wangi bunga yang samar.

Oh tidak!! Aroma bunga?? Apa ia sedang berada di pemakaman? Pemakaman dirinya? Ia tengah dimakamkan dalam kondisi hidup-hidup?? Ini tidak mungkin terjadi. Ia harus bangun!!

Nora mencoba membuka matanya, namun sulit. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi terasa berat. Pelan ia mengumpulkan seluruh tenaganya dan kembali mencoba. Matanya terbuka perlahan, ia mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan sekitar. Ruangan itu dipenuhi cahaya terang yang menyilaukan matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali hingga akhirnya ia bisa membiasakan matanya dengan cahaya ruangan itu dan ia bisa melihat sekitarnya dengan jelas.

Langit-langit ruangan itu bersih dan berwarna putih. Lampunya mati, lalu dari mana cahaya ini berasal. Ia menoleh ke sebelah kanannya dan mendapati seluruh dindingnya merupakan kaca yang memperlihatkan siluet gedung di cakrawala dan memenuhi ruangan itu dengan sinar matahari. Tirainya terbuka lebar. Ide siapa sih?

Pertanyaan Nora terjawab saat mendapati sesosok tubuh ramping yang tertidur di kursi yang ada tepat di sebelah kanan ranjangnya. Tangan gadis itu menggenggam tangan kanannya erat. Nora tak bisa melihat dengan jelas wajah gadis yang tertidur sambil menggenggam tangannya itu karena tubuhnya tertutup bayangan punggung kursi dan rambut panjang bergelombang berwarna aneh menutupi wajah gadis itu.

Nora mengepalkan tangannya, membuatnya menggenggam erat tangan kurus itu. Tanpa membuka tangan pun ia tahu siapa gadis yang tidur di sebelahnya itu.

"Ge... Val?"  panggil Nora dengan suara serak. Sontak gadis yang tertidur itu bangun dan melihat sekeliling dengan raut wajah yang menunjukkan bahwa ia sedikit bingung dan terkejut.

"Nou... kau..." gumam gadis itu. Lucunya, ia masih saja terlihat bingung. Ia menatap Nora yang berusaha untuk duduk selama sedetik dan sedetik kemudian ia menyerbu Nora, merengkuhnya dalam pelukan erat. "Oh Tuhan..." Val menangkup wajah Nora yang masih terlihat pucat dan mendaratkan ciuman di bibirnya.

Ciuman yang bukan dilandasi nafsu, ciuman ini begitu polos dan murni. Penuh dengan cinta, rasa syukur, dan juga ungkapan kelegaan yang membuncah. Yang Val yakin jika tak ia sampaikan segera, ia bisa meledak karena luapan perasaan bahagianya seketika itu juga.

"Kau tak seharusnya bercumbu dengan pasien yang baru saja siuman dari tindakan bedah yang cukup serius." ujar sebuah suara berat milik seorang pria dari ambang pintu. Nora melihat paman Anthony berdiri di sana bersama seorang wanita cantik yang mengenakan jas putih tersenyum kecil saat Val akhirnya melepaskan dirinya.

"Aku..." Val mencoba memberi alasan yang bisa meringankan tuduhan yang disangkakan padanya, tapi segera dipotong oleh paman Anthony.

"Sudahlah. Minggir kau. Aku ingin memeriksa pasien favortiku." paman Anthony menggerakkan tangannya dengan gerakan mengusir, yang walau dengan gerutuan singkat dipatuhi Val. Tapi ia tetap di ruangan ini, berdiri di sudut ruangan, bersandar di tembok tepat disamping jendela yang memenuhi sisi kanan ruangan itu.

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang