The Plan

2.2K 244 17
                                    

"Oh ya Tuhan, terimakasih. Kemana aja sih kamu?!" Val berteriak pada orang di seberang teleponnya.

"Val, orang waras tidur pada jam segini." jawab seorang gadis di seberang sana, "Lagipula apa salahku? Aku hanya terlambat mengangkat teleponmu. Kau baru sekali menelepon juga kan? Kujawab pada panggilan pertama bukankah itu suatu keajaiban?"

"Karena aku sudah mengganti nada dering khusus untuk panggilan dariku." Val memutar matanya bosan, jarinya mengetuk-ngetuk tempurung lututnya dengan tak sabar.

"Dan aku tak bisa menggantinya lagi. Bagaimana kau bisa melakukannya?" erang suara perempuan itu. "Kau dan gerombolan IT nerdmu."

Val seharusnya bisa tertawa, walau hanya pura-pura untuk menanggapi lelucon renyah dari perempuan yang akrab dengannya itu.

"Kenapa kau telpon jam segini? Tau nggak sih disini jam berapa sekarang?"

"Hanya selisih satu jam dari sini."

"Ugh... apa maumu?" suara perempuan itu masih terdengar malas-malasan, namun sesaat kemudian suaranya terdengar lebih nyata. "Jangan bilang kau sudah menemukan tawaran yang pas untuk kembali merayuku. Sudah kubilang Val, aku tak akan melepas-"

"Tidak, bukan soal itu Dev." Val menyela dan suara Dev di seberang sana menghilang. "Aku butuh bantuanmu."

"Oh, kau butuh bantuanku?! Benarkah? Apa sekarang matahari sedang terbit dari barat?" Val tahu Dev hanya bercanda, namun ia tetap merasa tak enak.

"Well, sebenarnya aku hanya butuh bantuanmu untuk memberikan ponselmu pada Sugar. Aku perlu bicara padanya."

"Tidak!!" pekik Dev seketika itu juga. "Kau tak akan bisa merayunya. Aku tak akan membiarkanmu-"

"DEV!! Ini tak ada sangkut pautnya dengan semua itu." Val mengusap wajahnya dengan tak sabar, mendadak ia merasa letih. "Ada seorang gadis-"

"Seorang gadis?! Ya Tuhan... akhirnya bayi kecilku sudah dewasa..."

"Aku lebih memilih untuk tinggal di panti asuhan jika ternyata kau adalah ibuku." rasanya Val ingin membuang ponselnya ke luar jendela. Jika saja ponselnya tak semahal itu dan tidak ada akun penting disana maka Val sudah melakukan hal itu sejak dulu.

"Jadi, ada apa dengan kau dan gadis itu?--Oh!! Kau mau melamarnya?"

"Aku belum cukup umur untuk menikah. Berikan saja teleponmu pada Sugar. Kumohon." Val berubah menjadi lunak. Ia memerlukan ini. Sangat.

"Kau tak ingin mengatakan hal ini padaku? Aku bisa membantumu."

"Tidak. Kau tidak bisa berbuat apa-apa tentang hal ini."

"Kau yakin?"

"100%."

"Kau yakin?"

"Kau tak sanggup melakukan ini. Aku butuh Sugar sekarang Dev."

"Kau yakin?"

"KAU TAK BISA MEMASAK, JADI BERIKAN SAJA TELEPONNYA PADA SUGAR!!"

"Oke, oke. Tak perlu berteriak, apa kau tak tahu jam berapa sekarang? Ya Tuhan, anak muda jaman sekarang..." Val mendengar suara gemerisik kain, yang kemungkinan besar Dev sedang berusaha bangun dari ranjangnya. Kemudian suara langkah kaki di lantai dan tangga, lalu suara beberapa pintu yang dibuka dan ditutup.

"Sugar Honey, ada telepon untukmu... Val... Tidak, dia butuh bantuan tentang seorang gadis, mungkin dia mau melamarnya... Tidak, kau tidak punya adik ingat?" terdengar suara gemerisik lagi, kemudian sebuah suara perempuan lain yang lebih lembut dan sayu namun tetap terdengar renyah di telinga Val muncul menggantikan suara Dev yang menggelegar.

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang