Nora membuka matanya saat sinar matahari yang menyilaukan dengan kurang ajarnya menyinari kamarnya dan tepat mengenai wajahnya diantara gorden yang terbuka. Nora mengerang, menutup wajahnya dengan selimut dan berbalik menghadap sisi satunya. Tapi dengan segera juga disesalinya karena bumi seakan tengah menghimpitnya dan kepalanya terasa seakan mau pecah.
Kemudian ia duduk, tapi dengan segera ia menancapkan kepalanya kembali ke kasur karena bumi seperti berputar terlalu cepat. Kemudian rasa mual itu datang, membuatnya berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya, yang mana tak banyak karena hanya berisi cairan asam lambung.
Nora menekan flush untuk menyiram bersih muntahannya dan bangkit menuju wastafel. Ia mengambil sikat gigi, menuang pasta gigi, dan mulai menyikat giginya dengan seksama. Saat itulah ia melihat cermin dan berjengit mendapati bayangannya disana. Seorang gadis dengan wajah pucat, rambut ikal yang mencuat ke segala arah dan pandangan penuh rasa benci menatap balik ke arahnya.
Nora membilas mulutnya dengan air menggunakan gelas kumur yang ada di sana. Ia mengecap lidahnya beberapa kali dan terpaksa menyikat giginya sekali lagi jika ia masih merasakan ada rasa muntahan atau alkohol basi di sana. Saat ia tak merasakan apapun selain rasa mint yang segar, ia memenuhi telapak tangannya dengan air dan menyiramkannya ke wajahnya. Ia mengulanginya beberapa kali, berharap denyutan di kepalanya bisa dihapus dengan air kran itu. Tapi ternyata tidak. Ia mengambil handuk di laci, mengeringkan wajahnya dan menyampirkan handuk yang kini lembab itu di rak.
Ia merasa tak perlu mengganti piyamanya karena ini hari Sabtu. Ia juga tak ada jadwal kerja hari ini, dan ia tak berniat untuk sekolah. Dengan kepala yang berdenyut menyakitkan dan matahari yang sudah tinggi, tak akan mungkin ia bisa sekolah tanpa terjadi insiden yang membuatnya terkenal seketika. Walau tanpa itu pun ia sudah terkenal karena ia anak guru killer di sekolah itu.
Nora berjalan ke dapur, ia ingin mengisi perutnya dengan sesuatu yang hangat, tapi tak memiliki bau yang menyengat. Jadi ia mencoret mie instan dari daftarnya. Saat baru saja keluar kamar, ia seperti mencium bau sedap yang membuat air liurnya terbit dan perutnya meraung-raung. Ia mempercepat langkahnya ke dapur.
Sesampainya disana, Nora mendapati sebuah mangkuk di atas meja yang ditutupi dengan alumunium foil. Di sebelahnya segelas air dan 2 butir pil, juga beberapa note dengan tulisan tangan yang ... bagaimana mengatakannya ya... agak sulit untuk dibaca.
Panaskan supnya di microwave, minum air itu sampai habis. Minum obat itu : 1 kalau kau pusing sekali, 2 kalau kau merasa seakan ingin mati. Isi gelasnya dengan air putih lagi, minum sampai habis, dan pergilah tidur. Aku akan mengecekmu lagi nanti. - Gemma.
Nora menggerutu, Gemma ini terdengar seperti Val. Bahkan tulisan tangan itu menyuarakan suara Val yang tegas dan sedikit serak. Well, suara Gemma juga sedikit serak. Tapi nada suaranya lebih lembut.
Nora mengambil pil dan menelannya 2 sekaligus. Ia membilas mulutnya yang terasa pahit dengan air putih, dan ya ia meminumnya hingga habis.
Nora membuka alumunium foil yang menutup mangkuk dan melihat di dalamnya berisi semacam sup dengan kecambah, tahu, kelp, daging, dan kuah yang berwarna kecoklatan. Nora terkejut saat menyentuh mangkuk yang masih terasa sedikit hangat. Ia pikir mangkuk itu sudah dingin, tapi ia tetap memanaskannya.
Ia mengisi gelas airnya kembali dan meminumnya hingga tandas. Entah mengapa ia merasa haus sekali saat ini. Ia mengisi penuh gelasnya lagi dan membawanya ke ruang tengah. Nora meletakkan gelas di atas meja kopi dan menyalakan TV, berharap mendapatkan acara yang bagus di hari Sabtu ini. Ia akhirnya berhenti di AXN dan memutuskan untuk menonton siaran ulang serial Sherlock, lebih karena microwave nya kini berdenting, yang menandakan sup nya sudah siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE
Fiksi UmumNora : "Kepenak rak kepenak Darling, mati urip barengan selawase." (Enak nggak enak Darling, hidup mati bersama selamanya) Val : "Opo tenan mati urip karo aku..?" (Beneran hidup mati sama aku?) Nora : "Wani sumpah seksine langit bumi." (Berani sumpa...