Well,
Part pertama ada di sebelah. Tapi kuperingatkan ada sesuatu yang mungkin tak pantas. Itulah sebabnya kuprivate.Kalau kalian mau tetap membacanya, U all know what to do.
C out.
---
Nora terbaring di ranjangnya dalam posisi miring, wajahnya menghadap ke arah pintu kamarnya. Sedetik lalu rasa-rasanya ia baru saja melalui perjalanan pulang bersama Val. Mereka duduk diam di dalam Benz sepanjang perjalanan. Hanya ada suara radio yang memperdengarkan musik keroncong yang mengalun ringan, samar, dan menentramkan.
Val mengantarnya sampai ke rumah, ia membantu Nora membawakan barang bawaan Nora sampai ke dalam kamarnya. Ketika Val kembali menanyakan tentang bagaimana mereka setelah ini, Nora dengan hangat menjawab, "Kita akan baik-baik saja Val. Aku akan bersabar dan menunggu, kapanpun kau siap."
Nora sadar ia telah mengucapkan janji yang terdengar tidak mungkin terjadi karena tak ada satupun gadis yang mau menggantungkan dirinya sendiri seperti dirinya bukan? Ia menggantung di pohon kehidupan cinta oleh seutas tali fana yang mempercayai adanya kepercayaan akan sebuah rahasia.
Nora masih diam tak bergerak di ranjangnya, ada suara sayup-sayup di sekitarnya tapi ia tak mengerti apa yang suara itu bicarakan. Apakah mereka sedang membicarakan dirinya?
Nora melihat ponselnya yang entah bagaimana caranya, kini ada tepat di depan wajahnya.
Ia mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Agak kesulitan meraih benda yang sebenarnya tak seberapa beratnya, tapi dengan tangan yang gemetar, perlu kekuatan yang luar biasa hingga akhirnya ia bisa membuat panggilan ke seseorang yang hanya terpikirkan olehnya saat ini.
"Hai, Nou!!! Kau sudah pulang?" sapa sebuah suara serak di seberang sana dengan nada riang. "Kau tahu, aku ingin mengajakmu-"
"J-jemput a-aku di rumah." bisik Nora terbata. Suaranya terdengar lirih, Nora bahkan akan menyerah begitu saja jika orang yang ada di seberang sana tidak mendengarnya. "Kumohon." pinta Nora dengan sisa suaranya.
"Give me 5." putus suara itu dengan serius sebelum memutuskan sambungan.
Nora membiarkan ponsel itu menggelincir turun dah jatuh ke atas ranjang dengan suara 'tuk' pelan. Dia kembali terbaring diam berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi.
Sepeninggal Val, rasa-rasanya ia mengingat kalau Dimas berdiri di depan pintu rumahnya. Lalu ia melirik ke samping ranjangnya, dimana Dimas, Ayahnya dan mbak Nisa berdiri. Mereka terlihat seperti sedang memperdebatkan sesuatu.
"LELAKI BANGSAT!!!" Nora mendengar ayahnya berteriak. Suara itu terasa seperti ayahnya tengah berteriak di atas bukit di kejauhan, padahal sebenarnya mereka ada di ruangan yang sama. "APA YANG KAULAKUKAN PADA PUTRIKU????"
"Dia yang selalu menggodaku, ayah." elak Dimas. "Sudah kubilang, Nou aku hanya mencintai kakakmu Nisa. Tapi kau terus menggodaku. Kau memaksaku untuk melayanimu.." ujar Dimas dengan putus asa. Nora melihat dengan sudut matanya yang berkabut, Dimas mencoba menjelaskan segalanya pada ayah. Lebih tepat mengarang alasan yang mungkin bisa saja membebaskannya tanpa harus menanggung hukuman sedikitpun.
"Ayah, percayalah padaku..." Dimas memohon. Ia tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya, namun Nora bisa melihat dengan jelas sinar kemenangan di mata Dimas. "Aku mencintai kakakmu Nisa, Nou. Aku sudah bilang ribuan kali.
"Tapi tidak, kau terus saja menggodaku." Dimas menggelengkan kepalanya dan menunjuk Nora dengan kedua tangannya yang terbuka lebar, terlihat putus asa dan begitu meyakinkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/47377223-288-k719234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE
Ficção GeralNora : "Kepenak rak kepenak Darling, mati urip barengan selawase." (Enak nggak enak Darling, hidup mati bersama selamanya) Val : "Opo tenan mati urip karo aku..?" (Beneran hidup mati sama aku?) Nora : "Wani sumpah seksine langit bumi." (Berani sumpa...