Wait What?

2.7K 226 40
                                    

Chapter ini seharusnya diprivate. Sayangnya aku menulisnya menggunakan ponselku dan aku tak bisa mendapatkan versi desktop walau sudah menggunakan browserku.

Aku mengharapkan kebijakan pembaca.

Bagi pembaca dibawah umur harap melewati bagian awal, dan langsung menuju bagian setelah pemisah.

Kuharap kalian melakukannya.

Tapi kuyakin kalian tidak akan mengindahkan apa yang kukatakan di bagian ini.

Hahaha

Terserah

Selamat membaca,

C out

——

Nora menggeliat, setiap sentuhan Val membakar tubuhnya. Dan semua pakaian yang dikenakannya seakan membuat segalanya lebih buruk. Ia ingin melepaskan semua yang menghalangi sentuhan Val terhadap tubuhnya. Ia ingin merasakan Val membakar dirinya.

Entah sudah sejak kapan tubuhnya tak lagi tertutup oleh sehelai benang pun. Kini dirinya polos dan ter-ekspos seperti saat ia dilahirkan. Ia merasa malu saat Val melihat dirinya dengan wajah yang terkagum. Tapi itu semua sirna saat Val kembali menggumamkan ucapan memujanya.

"Cantik." Nora bertaruh kini seluruh permukaan kulit di tubuhnya akan berwarna semerah cangkang kepiting yang telah dimasak.

Tangan Nora yang sedari tadi ada di atas kepalanya terasa sedikit kaku dan mati rasa saat ia menggerakkannya untuk menutupi tubuhnya.

"Don't." cegah Val sembari kembali meletakkan kedua tangan Nora di tempatnya semula.

Nora memberengut sebal, "Tidak adil saat kau justru masih mengenakan semua pakaianmu."

Val tersenyum dan dengan segera ia turun dari ranjang, membiarkan Nora menggigil karena hawa dingin kini menyerbu dirinya tanpa halangan dari tubuh hangat Val.

Nora bertumpu pada sikunya dan melihat Val mulai melepas celana piyamanya. Sedikit menggoyangkan pinggulnya seperti seorang penari erotis, membuat Nora terkekeh dan menggeleng pelan melihat kelakuan istrinya.

Val menurunkan celana piyamanya dengan perlahan, membuat Nora sedikit mengerang dan menggigit bibirnya pasrah. Saat akhirnya celana itu terlepas dari kedua kaki jenjang Val, ia memutarnya di atas kepala dan membiarkannya terbang ke salah sayu sudut kamar.

Kini ia membuka satu persatu kancing baju tidurnya, masih dengan gerakan lambat dan pinggul yang bergoyang malas mengikuti arah pandang Nora. Baju tidur itu kini terbang ke sudut lain kamar seperti nasib celana piyamanya tadi.

Val kini berdiri di hadapan Nora hanya dengan celana dalam menutupi dirinya dari pandangan lapar Nora.

Dalam keremangan cahaya kamar mandi, Nora tak bisa melihat apapun. Ia hanya bisa merasakan tekstur kasar bekas luka di sekujur tubuh Val. Kini dengan penerangan lampu kamar, ia bisa melihatnya dengan jelas. Well, bekas luka itu berakhir sangat baik karena Val tidak memiliki bakat keloid. Tapi bekas luka itu tetap ada disana.

Bekas operasi di pundak, sebagian besar bagian depan tubuhnya dimana rusuknya pernah patah. Bekas luka bakar akibat rokok, dan yang tampaknya seperti bekas cambukan dan jeratan tali.

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang