Well,
Minggu depan aku harus UTS (lagi), tapi hari ini kuliahku kosong. #YEAY!!!
Akhirnya aku bisa merasakan matahari sore masuk ke aula kosku setelah kemarin seharian penuh tanpa sinar matahari, hanya dingin dan basahnya hujan yang bikin mager sungguh (Lebih bersyukur karena dengan begini cucianku akhirnya bisa kering. Aku mulai kehabisan celana dalam btw. hehehe)
Berdoa untuk semua yang terkena dampak Siklon Tropis Cempaka, semoga diberi ketabahan dan keihklasan. JogTeng cukup aman menurutku. Nggak ada banjir, hanya kulihat ada pohon tumbang menimpa rumah warna di sekitar Tamansari kemarin.
Be extra carefull ya teman
and happy reading all
C out
---
"Tak bisakah kita selesaikan masalah ini dengan tenang? Tanpa melibatkan orang luar tentunya." Val kembali berusaha membujuk Nico, berharap semoga Nico menangkap maksudnya yang sebenarnya yaitu untuk melepaskan Nora.
"Tidak. Kita perlu saksi, dan dia orang yang tepat." Nico tetap berkeras.
Val melihat wajah Nora semakin memucat, postur tubuhnya kaku. Bisa dipastikan ia sangat ketakutan saat ini.
"Bukankah masalah ini sudah selesai? Aku sudah menyerahkan kuasa yang bahkan tak pernah kuambil, tak pernah kugunakan sebelumnya."
"Ya, dan Dicky tidak mau menerimanya."
"Dan semuanya jatuh kepadamu. Masalah selesai." tandas Val.
"Jika masalah ini selesai dengan semudah itu, aku tak perlu memintamu kemari."
"Kau ingin pembuktian seperti apa lagi?" Val mulai merasakan kepalanya berdenyut, ia sungguh payah jika berada dalam tekanan. "Kau ingin aku mengalah saat balapan? Ayo kita balapan malam ini, dan aku akan mengalah untukmu."
"Itu akan terlalu kentara."
"Kau ini seperti wanita ngidam saja. Banyak sekali maunya." gumam Val, setengah berharap Nico tak mendengarnya. Tapi sepenuhnya berharap suaranya cukup keras untuk didengar antek-anteknya yang lain.
"Kau tiba-tiba datang, mengambil alih klub. Mengalahkan Dicky dalam balapan. Kuasa beralih padamu secara otomatis." Nico bercerita.
"Well, sebenarnya." Val terkekeh pelan, denyutan di kepalanya membuatnya sulit untuk berpikir jernih. "Yansh yang mengambil alih klub itu saat tahu aku sering berkunjung ke sana hampir setiap malam.
"Saat aku ingin balapan untuk melepaskan stresku, Yansh meminta Dicky untuk menemaniku karena ia tahu Dicky akan bisa menjagaku." Jika kalian tidak tahu, Yansh dan Dicky masih memiliki hubungan saudara. Itulah yang membuat Yansh mempercayakan Val yang masih labil saat itu pada Dicky.
"Ya, memang benar. Aku hanyalah gadis lemah yang membutuhkan orang-orang untuk menjagaku." ujar Val saat ia mendengar Nico mendengus. "Tapi, kau ingin menantang gadis lemah ini. Kau sungguh jenius, memilih lawan tanding yang lemah untuk memastikan kemenanganmu."
"Brengsek!" desis Nico, tanganya mengepal di kedua sisi tubuhnya, wajahnya memerah menahan amarah.
Kejadiannya begitu cepat bagi Nora, hingga detik berikutnya baru ia sadar Nico sudah mencengkeram kerah kemeja kerja Val. Nora memekik ketika Nico melayangkan tinjunya ke arah Val, namun Val dengan gesit menghindar. Seperti sudah mengetahui bagaimana pergerakan Nico, Val melepaskan diri dari cengkeraman tangan Nico dan melayangkan tendangan ke selangkangan Nico. Pemuda itu ambruk seketika sambil mengerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE
Ficção GeralNora : "Kepenak rak kepenak Darling, mati urip barengan selawase." (Enak nggak enak Darling, hidup mati bersama selamanya) Val : "Opo tenan mati urip karo aku..?" (Beneran hidup mati sama aku?) Nora : "Wani sumpah seksine langit bumi." (Berani sumpa...