I Don't Know What's Happening

2.2K 218 9
                                    

Aku ingin kalian tahu.

Aku tak membuat sebuah part menjadi private karena alasan sepele. Aku hanya tak ingin sebuah bagian dengan sesuatu yang kejam, pathetic, dan sepertinya tak berperikemanusiaan bisa dibaca bebas oleh siapapun.

Dan sekarang Wattpad justru memilih untuk menghilangkan pilihan private. Huft~

Kalian boleh melewatkan bagian ini jika kalian menginginkannya. Mungkin kalian tak sanggup atau tak bisa tahan dengan sebuah adegan kekerasan atau semacamnya.

Tapi aku akan tetap menulis bagian itu.

Don't say I didn't warn you...

C out.

---

Aku tak mengerti apa yang tengah terjadi.

Aku berada dalam sebuah ruangan yang pengap dengan hanya satu ventilasi udara yang terletak jauh melebihi tinggi dari tubuhku. Yang bisa kulihat hanyalah siluet dedaunan dan langit yang terang. Dengan hanya satu ventilasi itu membuat udara di ruangan itu berbau apak. Terlebih dengan bercak lumut di beberapa sudut ruangan dan kotoran yang ada di permukaan lantainya, aku bisa tahu ruangan itu telah lama ditinggalkan tak terawat. Dengan mencium baunya dan melihat semua kotoran yang ada di sana.

Aku melihat ada dua pintu di ruangan itu; satu pintu hanya menyisakan birai pintu tanpa daun pintu mengarah ke ruang kecil yang sepertinya dulu merupakan sebuah kamar mandi. Sementara satu pintu yang lain di ruangan itu tertutup dengan seorang pria bertubuh besar berada tak jauh darinya. Ia terlihat menakutkan dengan pakaian yang kusut, rambut yang berantakan dan raut wajah yang sebegitu rupa.

Aku yang ketakutan kini merapatkan tubuhku di salah satu sudut ruangan. Aku duduk meringkuk dengan memeluk lututku sendiri. Aku bisa merasakan sedikit nyeri di beberapa bagian tubuhku, tapi aku menahannya karena kini ketakutanku akan hal lain yang sepertinya telah mengalahkan segalanya.

Aku sedang berada di sebuah ruangan tertutup bersama seorang pria yang tak kukenal dengan raut wajah yang menakutkan. Aku ingin menangis, tapi tentunya itu hal ke sekian yang harusnya kulakukan alih-alih berpikir untuk mencari jalan agar bisa pergi dari sini.

Beberapa pertanyaan muncul di dalam kepalaku, bagaimana aku bisa sampai disini? Dimana aku? Siapa pria itu? Apa yang sebenarnya terjadi?

Kupeluk lututku dan aku duduk meringkuk. Aku begitu takut. Aku merasa sangat kesepian. Dan kini aku berada di ruangan asing di sebuah bangunan yang entah berada dimana. Haruskah aku berteriak meminta tolong? Tapi pria itu bahkan belum melakukan sebuah tindakan yang membahayakan diriku. Bagaimana jika aku berteriak, justru itu semakin membahayakan diriku?

Pria itu berjalan mondar-mandir di depan pintu sambil mengusap dagunya. Ia terlihat sedang berpikir keras. Ia kemudian berhenti dan melihat ke arahku, yang membuatku meringkuk semakin rapat. Tak lama ia mengusap kepalanya dengan gusar dan kembali berjalan hilir mudik di depan pintu. Rambutnya yang ikal dan berpotongan pendek semakin terlihat kusut, pakaian yang dikenakannya pun terlihat berantakan. Kemejanya kusut dan bernoda di beberapa tempat.

Pria itu akhirnya berhenti dan berdiri terpaku. Ia menatapku dengan lekat lalu perlahan berjalan menghampiriku. Aku duduk meringkuk di sudut ruangan, tembok dingin yang menempel di punggungku menandakan aku sudah tersudut. Tak ada lagi jalan keluar. Aku berharap memiliki kekuatan super yang bisa menembus tembok hingga aku bisa terbebas, namun itu semua hanya harapan kosong. Hal semacam itu tidak akan bisa terwujud di dunia ini. Itu semua hanya ada di cerita fiksi.

"Hai manis." sapa pria itu. Ia mendekat dan mengulurkan tangannya, mengelus pipiku lembut dengan jari tangannya yang kasar dan penuh kapal. Aku hanya bisa merintih dan menghindar sebisa mungkin. "Tak perlu takut. Aku hanya akan memberikanmu sesuatu yang belum pernah kau rasakan sebelumnya. Dan aku yakin kau akan menyukainya."

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang