Hi,
Sepertinya aku sempat salah pencet publish alih-alih save semalam. HeheheAku pakai ponsel buat ngetik, soalnya males buka PC. Maaf kalau ada yang aneh.
Happy reading all,
C out.---
Val menggulirkan jemarinya pada lengan mungil yang mendekapnya. Kulit sewarna mutiara itu terasa bagaikan satin di jarinya. Ia terus menyusurkan jemarinya disana, membuat beberapa pola abstrak. Ia berhenti saat merasakan sesuatu menghalangi jelajahan jemarinya, ia melihat perban yang menjaga jarum infus tetap di tempatnya dan mengernyit. Ia mengamati perban itu dan menyusuri garis tepinya, dan berhenti saat ia sampai di bagian tengah perban yang sedikit menonjol tempat sebuah jarum menembus masuk ke dalam kulit indah itu.
Lengan itu mengeratkan dekapannya ada tubuh Val, sesosok tubuh hangat menempel erat di punggungnya, mengalirkan kehangatan ke bagian tubuhnya yang terasa dingin membeku. Ia ingin menghindar dari tubuh hangat itu dan menepis lengan yang dengan lancang menyentuh tubuhnya itu. Namun aroma harum tubuh itu justru membuatnya ingin bergelung disana dan membawa dirinya tenggelam didalamnya selama yang ia mau.
"Nou..." Val berbisik, suaranya terdengar sarat oleh kepedihan dan lara yang menyayat jiwa.
"Shhh." Nora mengeratkan dekapannya dan menumpukan dahinya di pundak Val, seakan ia tengah menimang Val, menggoyangkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri dalam irama yang membuat Val hanyut dalam euforia yang menumpulkan seluruh inderanya.
Tapi ia harus melanjutkan apa yang sudah dimulainya, kemudian mengakhirinya. For good.
"Aku tak ingat sudah berapa hari aku berada di sana." Val melanjutkan. "Yang aku ingat, tenggorokanku terasa kering, seluruh tubuhku nyeri. Lelaki itu begitu kasar padaku. Saat aku berusaha memberontak atau aku menunjukkan penolakan sedikitpun, ia tak segan memukulku. Ia pernah melemparku ke lantai atau menabrakkan tubuhku ke tembok saat satu kali aku mencoba lari. Tak jarang ia membenturkan kepalaku ke lantai.
"Bagian bawah tubuhku terasa sakit dan berdenyut tiap kali aku menggerakkan kakiku. Lelaki itu sepertinya tak pernah merasakan kepuasan. Saat ia merasa lubang kewanitaanku tak lagi memberinya kenikmatan, ia beralih ke lubang duburku." Val memejamkan matanya, dahinya berkerut saat ia kembali bisa merasakan tubuhnya yang terasa seakan tengah terbelah menjadi dua saat lelaki itu memasukkan kejantanannya ke lubang duburnya dengan paksa. Ia juga bisa merasakan nyeri yang luar biasa setelah semua itu selesai.
"Aku tak tahu sudah berapa kali ia menyetubuhiku, yang bisa kurasakan hanyalah rasa sakit. Belum reda satu rasa sakit, muncul lagi rasa sakit lain yang bahkan lebih hebat dari rasa sakit yang sebelumnya." ada jeda sejenak sebelum Val kembali melanjutkan masih dengan nada datarnya. Hal ini membuat Nora semakin khawatir, namun ia tak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan Val. Ia juga tak berniat menghentikan Val. Jika Val ingin menceritakannya, maka itulah yang akan dilakukan Val, ia tak akan menghentikannya.
"Aku terbangun saat merasakan sakit di tenggorokanku. Aku duduk sebisaku dengan bagian bawah tubuhku yang masih berdenyut nyeri. Rasanya aku tak ingin bangun, dan terus saja menggeletak diam disana. Tapi tenggorokanku begitu sakit dan aku kehausan.
"Aku ingat aku berjalan pelan ke arah ruangan kecil di sudut ruangan yang terlihat seperti kamar mandi, disana pastilah ada air kan? Aku berjalan pelan sambil memegangi lengan kiriku, pundakku terasa ngilu dan lengan kiriku tak bisa kugerakkan. Aku berjalan susah payah, setelah rasanya seperti mengarungi sebuah sabana luas, alih-alih hanya ruangan kecil akhirnya aku sampai di kamar mandi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE
General FictionNora : "Kepenak rak kepenak Darling, mati urip barengan selawase." (Enak nggak enak Darling, hidup mati bersama selamanya) Val : "Opo tenan mati urip karo aku..?" (Beneran hidup mati sama aku?) Nora : "Wani sumpah seksine langit bumi." (Berani sumpa...