Something Just Like This

2.4K 236 14
                                    

Nora merebahkan tubuhnya dengan helaan nafas panjang. Ia baru saja pulang dari shift kerjanya. Masih mengenakan seragam, bahkan belum melepas sepatunya. Ia harus segera mandi agar bisa segera istirahat dengan nyaman. Tapi untuk menarik lepas sepatunya saja ia sudah tak punya tenaga lagi.

Ia mengusap lembut perutnya yang sudah mulai menunjukkan keberadaannya pada dunia. Ia harus segera memberitahu ayahnya tentang kehamilannya. Ini sesuatu yang tak bisa lagi ditutupi begitu saja. Nora merasakan sesuatu berdenyut di perutnya, dan ia mengusapnya sekali lagi. "Jangan bersedih. Aku akan ada disini, selalu menjagamu." ia berbisik pelan pada perutnya.

Akhirnya Nora memutuskan untuk segera mandi, atau ia akan semakin menunda waktunya untuk beristirahat. Ia mengisi bak mandi dengan air hangat dari kran dan menambahkan beberapa bubble bath beraroma mawar yang menjadi favoritnya. Selagi menunggu bak terisi cukup penuh, Nora membuka bajunya dan membersihkan riasannya.

Hari ini, seperti biasa Nora bekerja di sebuah restoran cepat saji yang ada tak jauh dari apartemen tempatnya tinggal sepulang dari sekolah. Bukan, Nora tak bekerja demi alasan keuangan. Uang saku dari ayahnya masih tetap diberikan beliau, belum lagi saham yang dimilikinya dari butik milik ibunya juga memberinya pemasukan yang lebih dari cukup untuknya hidup. Nora bekerja lebih karena agar ia tetap sibuk dan tak lagi terlalu memikirkan tentang kehamilannya dan bagaimana hidupnya nanti setelah ini.

Ia masih belum menemukan cara untuk memberitahu ayahnya tentang kehamilannya ini. Walau sebulan telah berlalu sejak terakhir mereka berbicara di telepon saat Nora mabuk waktu itu.

Saat melihat bak sudah terisi cukup penuh, Nora mematikan kran dan mulai memasukkan dirinya ke dalam bak. Air bak sedikit beriak, namun tak sampai meluap. Nora menyandarkan punggungnya di bagian kepala bak, dan memejamkan matanya. Air mandinya terasa sedikit terlalu panas, namun memberikan kenyamanan yang tak disangkanya. Air mandi itu melakukan sihir yang bisa membuat kekakuan ototnya luruh seketika. Ia merasa tubuhnya segar kembali seketika itu juga. Tapi ia tetap membiarkan dirinya berendam sedikit lebih lama, berharap sihir itu bisa menetap dan selalu bisa membuat dirinya nyaman dan tak lagi memikirkan hal yang tak seharusnya dipikirkan oleh gadis seumuran dirinya.

Nora sadar ia sudah tertidur saat ia mendengar ponselnya berdering. Ia bangkit dan menutupi tubuhnya dengan handuk mandi. Tanpa mempedulikan jejak tetesan air yang ia tinggalkan, ia menuju kamarnya dan mendapati seseorang di seberang sana mengakhiri panggilan itu. Dengan sebal Nora berbalik untuk menyelesaikan mandinya saat ia mendengar ponselnya kembali berdering.

Melihat nama Gemma di layar ponselnya, ia segera menerima panggilan itu.

"Nou. Akhirnya kau menjawabnya..."

"Yah, aku tadi baru mandi."

"Oh. Um, mau pergi? Aku sedang agak bosan sekarang."

"Beri aku 10 menit, aku akan siap-siap."

Nora mengakhiri panggilan itu tanpa merasa perlu untuk mengucapkan salam perpisahan. Ia segera menarik sumbat bak mandi untuk membuang airnya, dan segera berlari ke arah lemari pakaiannya untuk bersiap. Ia akan membersihkan bak itu besok. Jika ia ingat, atau ia akan biarkan saja bak itu kotor hingga lusa saat pekerja yang biasa membersihkan apartemennya datang seminggu sekali.

Nora memutuskan untuk memakai jeans dan blouse yang melebar di bagian perut untuk malam ini. Ia tahu Gemma akan menjemputnya malam ini, sama seperti malam-malam sebelumnya saat mereka memutuskan untuk keluar bersama. Ia beruntung Gemma menyetir dengan hati-hati saat sedang bersamanya. Mengingat Gemma sebenarnya adalah pembalap jalanan yang paling terkenal di kota ini. Walau Nora tak ragu kalau Gemma sebenarnya juga terkenal di kota-kota besar lain.

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang