Kurasa Kita Telah Dikenali

2.2K 228 27
                                    

Note : Uneditted.

Happy reading,

C out.

---

"Kupikir kita akan pergi ke Pasar Malam." Nora berkata setelah mereka lama terdiam.

Di hadapan mereka, piring jagung bakar telah kosong. Gelas yang tadinya penuh berisi jus alpukat pun kosong. Matahari sudah lama terbenam dan tempat itu semakin ramai oleh pengunjung. Val melirik Marc Jacobs di pergelangan tangannya dan tersenyum, sudah cukup malam ternyata. Waktu tak akan terasa berjalan dengan begitu cepat ketika kau sedang bersama dengan orang yang kaucintai.

Dan ketika kau menyadarinya, rambutmu sudah memutih dan kulitmu sudah berkeriput.

"Ayo." Val meraih tangan Nora, membimbingnya berdiri dan mereka beranjak pergi ke tempat dimana Benz terparkir. Setelah membayar makanan dan minuman yang mereka makan tentunya. Kota ini bukanlah kompleks sosial yang diciptakan Stephenie Meyer dalam bukunya The Host dimana masyarakat alien yang menjajah bumi menciptakan kehidupan sosial dimana uang tak lagi berlaku. Kau hanya harus melakukan pengabdian sebagai ganti semua fasilitas yang telah kau ambil.

"Pakai sabuk pengaman, Nou." ujar Val sebelum menyalakan mesin Benz.

"I did." dan itulah balasan yang selalu Nora berikan. Seakan tak pernah bosan, itulah dialog wajib mereka saat berada di dalam Benz. Val akan mengingatkan tentang sabuk pengaman dan Nora akan menjawab dengan nada bosannya yang biasa.

Jalanan tak sepadat saat sore tadi, walau bisa dibilang tak sepi juga. Jalanan di kota ini terbilang ramai namun tetap lancar. Tak ada kemacetan sama sekali walau banyak juga pemilik kendaraan yang memarkirkan kendaraan mereka di jalanan yang sempit.

Pun diriku sendiri sangat puas dengan jalanan di kota itu. Pengendaranya bisa saling menghargai dan menekan ego mereka masing-masing. Mereka tentu memiliki waktu yang singkat di jalanan, dan ingin cepat sampai di tujuan mereka. Namun mereka juga menyadari pentingnya keselamatan berkendara dan memiliki tenggang rasa terhadap sesama pengguna jalan.

"Aku tak tahu apa aku bisa menemukan tempat parkir." Val berkata saat mereka sampai di area parkir yang disediakan penyelenggara Pasar Malam. Ia menatap kerumunan di hadapannya dengan cemas. Begitu banyak manusia berkumpul pada satu tempat. Dan lahan parkir yang disediakan tampaknya sudah penuh.

"Oh, aku melihat satu tempat kosong disana!" Nora menunjuk satu tempat di kejauhan. Karena Val melihat banyak antrian mobil di belakangnya, ia segera menginjak pedal gas dan melakukan manuver untuk parkir dengan sempurna. "Kau tak perlu pamer segala, Val." Nora mendengus dan memutar matanya. Meski begitu ia hanya bisa tersenyum dan menggeleng melihat tingkah Val.

Val mematikan mesin Benz dan melepas sabuk pengamannya sebelum keluar dan membukakan pintu untuk Nora. Kegiatan rutin lainnya, bersikap manis pada kekasihnya dan melakukan hal yang sopan yang seharusnya dilakukan pada seorang gadis. Tahu kan? Seperti sesuatu dalam pelajaran tata krama dan sebangsanya.

Setelah Val mengaktifkan alarm pada Benz, mereka menuju loket penjualan karcis masuk bersama-sama. Dengan kartu permainan yang berisi cukup banyak deposit di tangan, mereka langsung menuju booth permainan terdekat.

Ia melihat booth yang menyediakan permainan lempar gelang. Pemuda yang berjaga menjelaskan dengan malas-malasan bahwa ia harus melemparkan gelang dan mengenai salah satu botol minuman ringan dengan tempelan kertas bertuliskan hadiah yang bisa mereka menangkan bersama minuman ringan tersebut.

Val mengincar hadiah utama yang botolnya terletak cukup jauh di rak atas. Ia gagal pada percobaan pertama dan Nora mengerang sebal, "Kau harus menang, Val. Aku nggak mau tahu. Aku mau bantal leher Minion itu."

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang