Mati Urip Barengan Selawase

3.8K 328 32
                                    

"Lah, kalo memang dia akhirnya nggak bisa datang, kenapa nggak dari dulu kamu cari back upnya? Dulu waktu kita pertama kali konfirmasi juga kan dia sudah bilang tak tahu bisa datang apa nggak." Abed, ketua OSIS senior yang menjabat saat itu mengomel.

Saat ini mereka sedang melakukan rapat OSIS untuk membahas Pensi akhir tahun yang mereka selenggarakan setelah ujian akhir semester selesai, dan siswa sudah mendapatkan rekap nilai mereka. Sebenarnya ini bukan acara yang formal, hanya sekumpulan kegiatan siswa dari beberapa ekskul yang menampilkan perfom mereka yang juga ditonton oleh teman-temannya sendiri.

Ini hanyalah ajang pelepasan stress setelah ujian, tapi terkadang juga ada beberapa pencari bakat yang mencari bibit muda yang datang untuk menonton penampilan mereka. Jika pencari bakat itu menemukan apa yang mereka cari, sudah tak diragukan lagi, masa depanmu sudah memiliki jalan yang pasti.

Jadi bisa dibilang ini bukanlah ajang pelepasan stress biasa.

Selain penampilan dari para siswa, pihak sekolah juga menganggarkan untuk mengundang bintang tamu untuk memeriahkan acara. Hal itu juga bertujuan untuk menarik perhatian siswa sekolah lain, yang mana pihak OSIS bisa saja menerapkan sistem tiket dan menetapkan harga tiket masuk yang bisa menambah pemasukan di kas mereka.

Dan bintang tamu yang merupakan alumni yang sudah sukses di dunia hiburan, yang ingin mereka undang untuk cara kali ini, ternyata tidak bisa mengkonfirmasi kesediaannya untuk hadir pada tanggal tersebut. Hal inilah yang tadi membuat Abed meradang.

Abed memijat batang hidungnya dan menarik beberapa nafas panjang untuk meredakan emosinya. "Kalau urusan konsumsi dan katering?" tanyanya pada Nora.

"Beres." ucap Nora yakin. "Kecuali kalau ada perubahan. Kakak mau ngubah sesuatu? Mumpung masih lumayan jauh dari hari-H. Karena akan sangat susah kalau mau ngubah atau nambah menu di H-3 atau H-2."

"Nggak usah. Itu aja cukup." komentar Abed.

"Sound system dan panggung?" tanya Abed pada Eko.

"Oke."

"Keamanan?"

"Beres." Aris menjawab. Abed mengangguk kecil, kemudian ia kembali ke matrix yang ada ditangannya dan menimbang-nimbang bagaimana cara menyelesaikan masalah ini, sementara acara Pensi itu akan dilaksanakan beberapa minggu lagi.

Dan itu semua belum termasuk Prom untuk senior yang akan lulus yang harus mereka urus juga. Rasanya kepala Abed mau pecah.

"Memangnya kenapa kalau kita tak mengundang guest star?" tanya sebuah suara di pintu masuk. Semua orang menoleh dan terkejut saat mendapati Valerie berdiri di sana. Ia terllihat lebih baik. Tak lagi terlihat pucat ataupun lemah saat terakhir kali Nora melihatnya.

"Tapi Val, jika tidak ada ini, kita bisa jadi akan sepi peminat. Pemasukan dari tiket masuk akan berkurang."

"Sponsorship Ok?" tanya Valerie. Sepertinya kini ialah yang menjadi pimpinan rapat OSIS kali ini, padahal ia sama sekali bukan anggota OSIS. Well, ia hanya masuk dalam dewan penasihat. Tapi tentunya ia punya suara kuat di sini. Ia kan pemilik Yayasan. Ingat?

"Ok." jawab Doni.

"Tiket ini hanya akan menambah pemasukan kas kan?" Val bertanya pada Abed untuk meyakinkan.

"Iya, Val." jawab Abed singkat.

"Kalau kita mengadakan undian doorprize dari potongan tiket, bagaimana?" usulnya, yang kemudian menimbulkan bisikan-bisikan dari para anggota yang lain.

Enny di sebelah Nora membisikan sesuatu padanya, tapi Nora tak bisa fokus pada apa yang dikatakan Enny padanya. Ia hanya fokus pada Val yang saat ini tersenyum hangat padanya, mau tak mau ia membalas senyuman itu, yang malah dibalas lagi oleh Val dengan kedipan mata. Hal ini sukses membuat Nora menundukkan wajahnya malu, dan jadi sedikit salah tingkah.

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang