Unedited.
Mau makan dulu, biar nggak kena omel mbak dokter.Uhuy~
C out.
—-
"Gue denger lu baru aja keluar dari rumah sakit." komentar Bagas ditengah kunyahannya. Ia memeluk semangkuk besar popcorn dan menjatuhkan dirinya ke atas beanbag tanpa rasa bersalah saat sebagian popcorn dari mangkuknya.
"Udah dari seabad lalu kali Bagas." Val menggelengkan kepalanya pelan. Ia duduk di sofa dengan Nora menempel erat di pelukannya. Sesekali ia menempelkan wajahnya di leher Val dan mengendusnya, saat lain ia mengalihkan pandangan ke film yang sedang mereka tonton sambil menyesap soda dari gelasnya.
Pitcher di atas meja kopi kini hanya tinggal setengah berisi soda dan hanya Nora seorang diri yang menghabiskannya. Kini ia bangkit dan mengisi gelasnya yang telah kosong.
"Kenapa kau nggak bilang padaku?" Bagar terdengar seolah terluka.
"Untuk apa?"
"Aku bisa menjenggukmu, membawakanmu apapun yang kau mau, menjemputmu pulang..."
"Saat akhirnya kau tiba, aku sudah akan lama keluar dari rumah sakit." Val memutar matanya mendengar Bagas hanya terkekeh.
Ya, Val sudah lama keluar dari rumah sakit. Lebih cepat dari seharusnya memang, tapi itu yang terbaik karena kondisi psikis Val yang justru semakin buruk seiring lamanya waktu yang mereka habiskan di rumah sakit. Paman Anthony melanjutkan perawatan Val di paviliun khusus yang ada di rumahnya tempat Val dulu pernah dirawat saat ia sakit ketika hari terakhir ujian semester.
Maya pernah berkata, dulu kondisi Val cukup buruk. Tak lebih baik dari ini, namun juga tak terlalu buruk. Mereka berhasil melewatinya.
Dulu mereka harus memaksa Val untuk makan, bahkan lewat pipa selang jika terpaksa karena Val menolak apapun yang dimasukkan ke mulutnya. Psikis Val pun cukup berpengaruh akibat peristiwa itu. Dia lebih memilih untuk sendiri, menolak bicara, anti sosial, belum lagi depresi yang dialaminya hingga ia kesulitan untuk tidur. Bahkan berhari-hari sampai mereka harus memberinya obat tidur hanya agar dia bisa beristirahat.
Saat ia terbangun dari tidur itu pun tak juga hal yang baik. Ia terus bermimpi buruk, bangun dengan teriakan dan serangan panik yang berlebihan.
Mereka membiarkan Val pergi ke klub dan balapan liar hanya agar dia tak mengurung diri dirumah dan tenggelam dalam depresinya.
Saat itulah ia mengenal Reyansh, Dicky, Nico. Reyansh membantu Val menata kembali hidupnya. Dicky membuat Val jauh dari masalah yang mungkin dihadapi Val di dunia malam. Nico adalah virus penyebab semua masalah yang ketika itu sedang dalam masa inkubasi.
Ketika virus itu akhirnya sempurna, segalanya kacau dan menara batu yang mereka bangun ambruk. Kembali ke tanah.
Reyansh, Maya, dan Al; juga seluruh keluarga Abraham tak dapat menyembunyikan kekhawatiran mereka. Mereka khawatir jika kondisi Val akan menjadi seperti dulu. Atau bahkan lebih buruk lagi karena ini adalah serangan kedua.
Benar mereka bisa melewati serangan pertama dengan baik. Tapi mereka tak tahu, bagaimana reaksi Val setelah serangan yang kedua.
Saat kondisi Val akhirnya stabil dan ia sadar sepenuhnya, mereka akhirnya bisa bernafas lega karena Val hanya menginginkan Nora dan segalanya tak pernah lebih baik lagi.
Nora bangkit dan berlari ke toilet. Mungkin untuk buang air kecil. Itulah yang terjadi padamu jika kau menghabiskan sepitcher penuh soda seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE
General FictionNora : "Kepenak rak kepenak Darling, mati urip barengan selawase." (Enak nggak enak Darling, hidup mati bersama selamanya) Val : "Opo tenan mati urip karo aku..?" (Beneran hidup mati sama aku?) Nora : "Wani sumpah seksine langit bumi." (Berani sumpa...