When It Happened, But You Can Only Do Nothing

2.1K 208 29
                                    

I hate write this part, but I have to.

Happy reading,

C

---

"Tidak ada yang tertinggal kan?" tanya Val saat membawakan barang bawaan Nora ke dalam kamarnya.

"Enggak." Nora menggeleng.

"Baiklah." ujar Val, lalu ia meneruskan. "Kau harus istirahat."

"Yah, kau juga. Aku tidur sepanjang jalan kalau kau ingat. Dan kau harus menyetir dan mengantarku pulang. Kau yang harusnya istirahat." Nora tertawa kecil, tawa kecil yang menular karena Val mendapati dirinya tersenyum.

"Yah, ummm.... Soal kemarin..."

"Kita akan baik-baik saja Val. Aku akan bersabar dan menunggu, kapanpun kau siap." bisik Nora. Ia mendekat dan membawa Val dalam rengkuhannya. Tubuh Val terasa keras, dan kaku seperti patung, tapi tak lama Nora bisa merasakan Val balas memeluknya.

Nora-lah yang terlebih dahulu mengakhiri pelukannya. Ia berjinjit dan membawa wajah Val turun menuju wajahnya. Nora menempelkan bibirnya di bibir Val, membuat Val terhanyut dan melebur dalam sentuhan bibir Nora yang ringan sekaligus memabukkan.

Ciuman itu tak terburu-buru, ciuman itu pelan, dalam. Val merengkuh leher Nora dengan kedua tangannya untuk memperdalam ciuman mereka. Tangan Nora mengepal di pinggang Val. Nora tahu batasannya, Val tidak suka disentuh. Walau ia tak begitu keberatan jika Nora mulai menempel padanya. Tapi Nora tahu bagaimana reaksi Val terhadap sentuhan.

Dan itu menambah panjang daftar pertanyaan tentang diri Val yang ada di dalam kepala Nora.

Val memperdalam ciumannya, seakan Val begitu haus, dahaga akan diri Nora yang begitu kuat dalam dirinya membuatnya begitu rakus. Ia ingin meneguk segala yang bisa dicapai bibir dan lidahnya. Seperti ia bisa menghirup seluruh diri Nora saat itu juga.

Val yang terlebih dahulu mengakhiri ciuman mereka, karena merasakan cengkeraman Nora di kausnya. Val menempelkan dahinya ke dahi Nora, mereka sama-sama terengah. Val mengecup bibir Nora yang lembab dan bengkak sekali lagi sebelum pergi meninggalkan Nora berdiri mematung di dalam kamarnya.

"Safe ride." bisik Nora.

"Always." Val balas berbisik saat ia melewati pintu kamar Nora.

Nora masih berdiri di tengah kamarnya, bahkan setelah suara Benz yang halus dan samar telah lama menghilang. Ia meraba bibirnya yang lembab dan bengkak. Ia masih bisa merasakan bibir Val disana.

Nora menghela nafas panjang dan duduk di ujung ranjangnya. Masih melamunkan tentang Val. Ia tak menyadari ada sebuah mobil yang masuk ke pekarangan rumahnya, hingga si empunya mobil mengetuk pintu rumahnya.

Nora -masih dengan pikirannya yang melayang jauh menuju tempat dimana Val berada- berjalan keluar dari kamarnya, menuruni tangga, menuju pintu depan untuk membukakan pintu. Dan betapa terkejutnya ia saat mendapati siapa yang ada dibaliknya.

Dimas, dengan wajah yang berang dan nafas yang memburu. Dimas sendiri juga terkejut saat mendapati Nora-lah yang membukakan pintu untuknya.

"Kau sudah kembali." ujar Dimas dengan nada terkejut, dan sedikit sarkas.

"Y-ya..." ujar Nora terbata. "Mbak Nisa tidak ada di rumah, kalau kau kesini untuk mencarinya. Lebih baik kau pergi." Nora buru-buru menutup pintu rumahnya, tapi Dimas lebih sigap. Dia mendorong pintu itu hingga Nora ikut terdorong ke belakang. Beruntung Nora sigap menjaga keseimbangannya, hingga ia tak terjatuh ke belakang.

"Cih, kau pikir aku kesini untuk mencarinya?" kata Dimas sambil tertawa sinis. Sesuatu dalam suaranya membuat Nora ingin segera lari ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya rapat.

VALERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang