Kupikir dua gelas vintage espresso a.k.a Kapal Api Tanpa Gula bikinan abang penjual angkringan bisa bikin aku nge-fly jadi aku bisa nulis semalaman.
Nyatanya, sampe rumah aku justru tidur pulas sampe pagi datang dan perutku yang pedih karena terlalu banyak minum kopi membangunkanku.
Tapi, heii. Akhirnya aku bisa nulis juga sore ini. Walau aku tak yakin apa sebenarnya yang kutulis ini. Selamat membaca,
C
---
"Aku benci melakukan ini." ujar Val saat ia dan Nora menaiki tangga depan rumah Val dengan berdampingan.
"Tapi kau harus melakukannya. Jika tidak untuk dirimu, lakukan demi Bagas." Nora mencoba menenangkan Val dengan mengusap lengan Val pelan, namun mendengar nama Bagas disebut ia justru mencebik dan terkekeh pelan.
"Aku semakin benci karenanya." mereka membuka pintu depan dan berjalan menuju ruang keluarga dimana Al, Maya, Reyansh dan Bagas yang ternyata terlihat cukup tampan tanpa darah yang memenuhi seluruh bagian wajahnya duduk dalam diam.
Maya terlihat menghela nafas sebelum meraih novel yang ada di meja kopi di hadapannya dan mulai membacanya (atau mungkin ia sebenarnya hanya menutupi wajahnya dengan novel dan pura-pura membaca agar tak terlihat seperti sedang menguping. Ingat bagaimana Maya selalu bisa memberikan komentar saat suatu pembicaraan sedang berlangsung padahal ia terlihat sedang membaca? Mencurigakan bukan?). Sedangkan Al dan Reyansh tampak diam dan mengawasi Bagas yang duduk di hadapan mereka dengan pundak yang lesu dan wajah yang terlihat penuh dengan penyesalan. Ia mendongak begitu menyadari Nora dan Val datang dan wajahnya terlihat lebih sedih lagi.
"Val, aku--" ucapan Bagas terpotong ketika dilihatnya Val menggeleng pelan.
"Aku yakin Maya sudah menceritakan semuanya padamu." ujar Val setelah ia duduk dengan nyaman di sofa dan menarik Nora untuk duduk bersamanya.
"Ya." suara Bagas terdengar lesu dan penuh dengan penyesalan. "Aku benar-benar menyesal. Aku minta maaf."
"Kau tak perlu minta maaf. Itu semua bukan salahmu. Kau tak memiliki andil apapun dalam kejadian itu. Kau hanya pergi saat aku benar-benar membutuhkanmu." suara Val semakin tenggelam seiring dengan akhir kalimatnya.
"Aku benar-benar minta maaf." Bagas kembali mengulanginya, tapi justru hal itu membuat emosi Val semakin terbit.
"Usah kau mengatakannya lagi. Kau katakan sampai ribuan kali pun tak akan bisa merubah apapun." kali ini Bagas diam tak menyahut. "Kenapa kau kesini?"
Bagas tahu Val bukan menanyakan tentang keberadaan Bagas dirumahnya, karena justru Val yang menginginkan dirinya untuk datang ke rumah. Val menanyakan tentang keputusannya untuk muncul kembali ke kehidupan Val setelah sekian lama menghilang. "Aku memutuskan untuk kabur dari rumah dan menjalani hidup yang sesuai dengan keinginanku."
"Oh. Lalu kau tinggal dimana?" Maya melirik Bagas dari balik novel yang ia baca.
"Apartemen ayah. Sebelumnya kupikir aku bisa kembali ke rumah." ia terkekeh pelan.
"Kupikir definisi dari kabur adalah menghilang dari radar pencarian orang yang dekat denganmu." tukas Maya, yang disambut kembali dengan kekehan ringan dari Bagas.
"Maaf rumahmu sudah dibeli oleh orangtuaku." sela Reyansh dan mendapat gelengan pelan dari Bagas.
"Aku cukup bersyukur kalian belum pindah rumah. Aku tak tahu lagi bagaimana mencari kalian jika kalian sudah pindah rumah." Bagas kembali terkekeh, kemudian melanjutkan, "Aku kesini dengan anggapan kalian masih berada disini tanpa mencari informasi terlebih dahulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/47377223-288-k719234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE
General FictionNora : "Kepenak rak kepenak Darling, mati urip barengan selawase." (Enak nggak enak Darling, hidup mati bersama selamanya) Val : "Opo tenan mati urip karo aku..?" (Beneran hidup mati sama aku?) Nora : "Wani sumpah seksine langit bumi." (Berani sumpa...