Libur t'lah tiba, libur t'lah tiba
Hore, Hore, Hore (HORE!!)
#gulinggulingdikasursambilpelukeratgulingsamabantal
Ekspektasi gw sih, liburan ini gw bakal nulis banyak-banyak. Kenyataannya, ada Heroes yang ngajak marathon hehehe #huft. (<-Penulis Banyak Alasan)
btw, Happy reading all
C out.
---
Sudah lebih dari sepuluh hari tubuh kurus itu terbaring diam di sana. Tak ada tanda-tanda munculnya sinyal harapan positif. Tak ada pergerakan, tak ada tarikan nafas spontan, tak ada detak yang menyimpang dari pola grafis dan bunyi bip teratur dari mesin perekam detak jantung yang menempel di dinding di samping ranjang.
Tubuh kurus itu tetap diam. Semua selang masih terpasang di tempatnya semula seperti saat pertama kali tubuh itu memasuki ruangan ini setelah dilakukan operasi. Selang infus di lengan kanannya kali ini terhubung dengan cairan berwarna jernih. Meski saat pertama kali Nora melihat, kantung darah donor lah yang menggantung di tiang itu.
Sebuah pipa menutup sebagian besar mulutnya. Sampai sekarang belum dilepas karena ternyata paru-paru Val tak hanya terluka akibat peluru saja. Beberapa tulang rusuknya ditemukan patah dan juga menimbulkan luka di paru-parunya. Paman Anthony sempat mengatakan bahwa jika hasil pemeriksaan hari ini baik, maka mereka akan melepas pipa itu.
Satu pipa dilepas, bukankah itu pertanda baik?
Nora mengelus lengan kiri Val yang terasa halus. Lengan itu dulunya membengkak sesaat setelah operasi yang dilakukan untuk mengembalikan sendi pundak Val ke tempatnya semula. Lengan itu kini kurus, lebih kurus dari yang pernah Nora ingat sebelumnya.
"Kita akan melakukan tes lagi siang ini." ujar paman Anthony pagi itu. Nora hanya mengangguk singkat untuk menanggapinya. "Kau tidak masuk kuliah lagi hari ini." itu bukan pertanyaan tapi tetap dijawab dengan gelengan pelan oleh Nora.
Nora tak peduli dengan masa orientasi bodoh itu. Jika ia diharuskan mengulang tahun depan untuk tetap mendapatkan angka kredit, ia akan melakukannya dengan senang hati. Ia hanya ingin menemani dan mengamati setiap detik perkembangan yang mungkin terjadi pada Val sampai saat ini.
Mereka sama-sama terdiam kali ini, hanya bunyi hembusan dan detak yang dikeluarkan oleh alat di dalam ruangan itu. Mereka sama-sama tahu jika harapannya sangat tipis. Tapi yang lebih membuat mereka takut adalah, ketika mereka telah berhenti berharap dan semuanya menjadi terlambat.
Seorang pegawai rumah sakit masuk dengan kereta yang memuat makanan untuk mereka. Paman Anthony mengatur agar tak hanya pasien yang mendapatkan makanan di ruangan ini. Akan ada 2 sarapan untuk Nora dan paman Anthony, tambahan 1 porsi makan siang untuk paman Andre jika ia memutuskan untuk mampir, dan 3 tambahan makan malam untuk Reyansh, Al, dan Maya.
Nora hanya melirik sekilas makanan yang disiapkan petugas itu di meja makan tanpa minat, tapi paman Anthony yang melihatnya segera mengambil satu porsi makanan dan menyerahkannya pada Nora yang menghela nafas berat namun menerimanya juga.
Membuka plastik pembungkusnya, Nora mengambil sendok dan mulai makan dengan gerakan statis. Mengambil apapun yang ada di piring dengan sendok, memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya dan menelannya dengan cepat, sebelum membilas mulutnya dengan seteguk air. Ia nyaris tak bisa merasakan apapun yang masuk ke mulutnya. Semuanya terasa pahit dan baunya memuakkan bagi Nora. Tapi ia harus tetap hidup demi Val. Val akan membunuhnya jika ia sampai mati karena ia tak bisa mengurus dirinya sendiri.
Selesai sarapan, petugas yang tadi mengantarkan sarapan datang lagi untuk mengambil piring kotor dan meletakkan 5 botol air mineral baru di atas meja sebelum pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VALERIE
General FictionNora : "Kepenak rak kepenak Darling, mati urip barengan selawase." (Enak nggak enak Darling, hidup mati bersama selamanya) Val : "Opo tenan mati urip karo aku..?" (Beneran hidup mati sama aku?) Nora : "Wani sumpah seksine langit bumi." (Berani sumpa...