"Mecca!!! AKU GAK PEDULI KAMU PATAH HATI ATAU HANCUR SEKALIAN," pintu kamarku terbanting terbuka dan sipembanting melihatku yang tergantung ditempat tidur. Kepala dan lenganku yang menyentuh lantai sementara badanku diatas ranjang dan kakiku, seperti kalajengking, merambat di dinding. Aku tak tahu badanku sefleksible ini tapi aku berhasil melakukan pose aneh ini sudah dalam beberapa jam terakhir.
Mataku bertemu matanya dan tanpa izin, Putri masuk. Mematikan speakerku.
"kamu gak punya alasan bikin hari pertama semester orang pada tuli dengar rihanna nyanyi satu lagu berulang sepanjang hari." Aku kembali memandang lantai. "meski kamu putus dari pacar satu tahunpun. Gak ada alasan. Kamu gak lihat kita semua pada kelaparan tapi gak dengar satupun bibik gorengan karena kamu?"
Seharusnya aku memakai headset.
Tapi, bukannya aku selalu maklum saat dia menyanyi tak jelas meski suaranya luar biasa jelek setiap dia sedang galau? Dia duduk disampingku sambil menyambar toples keripik yang dari tadi sengaja kutaruh dilantai, tepat didalam jangkauanku.
"well, seenggaknya, galau gak galau perut tetap nomor satu." Kress. Dia mengunyah kripikku. "eh. Anak-anak ngajakin mandi pantai entar sore. Ikutan yok? Sekalian refreshing abis liburan. Mumpung kita udah kumpul semua. Tadi Ningrum udah datang. Dia bawa mangga loh. Kamu dipanggilin gak keluar. Gak kebagian deh." Ya, dia rela masuk demi mematikan speakerku tapi tak rela masuk saat itu berhubungan dengan pembagian jatah makanan. "yok! Ikut!"
Aku tetap diam dan hanya mengetuk-ngetuk jariku ke lantai. Dimana rasa kemanusian penghuni kosan ini? Dan tepat saat aku mempertanyakan itu, dari pintu terlihat beberapa pasang kaki menjeplak masuk. Kaki yang terawat dan bercat warna warni, persis seperti kepribadian pemiliknya. Lalu 2 pasang yang mengembang seperti goreng pisang. Juga ada dengan ukuran lebih kecil dari semua penghuni kosan sehingga tak bisa ikut trend pinjam-pinjaman sepatu.
"jadi kan?" suara cempreng Bianca si kaki warna-warni. Ikut duduk ditempat tidur kecilku yang Cuma muat satu kasur. Tak lama, Vina dan Kayla juga ikut melompat keatas sambil merebut toples kripik. Hanya Ningrum yang berbaik hati bersandar dipinggir meja sambil berkomentar,
"kenapa auranya gelap banget ya? Kayak ada kesedihan yang sedang membentuk awan kelabu tepat di pelafon." Dan sebelum kisah klasik sastra karangan Ningrum berlanjut Putri menyelanya tak diminta. Mengulang semua hal yang kuceritakan setelah dipaksanya beberapa hari lalu dengan sangat profesional karena dia sudah mengulangnya kepada semua penghuni kosan yang lain. Aku sangat heran kenapa dia tak mengetiknya rapi lalu ditempatkan di mading kosan dan menyelamatkan energinya.
Tentu saja, dalam sekejap. Semua orang yang ikut berlayar diatas kapal kecil ini ikut menimpali. Menjadikan punggungku sebagai meja toples kripik yang kurasa, sebentar lagi hanya akan tinggal bekas bumbunya. Lupakan kalau Vina sepertinya menduduki kaki kananku dan Kayla di kiri. Sementara Bianca menggencet perutku dan Putri, menjalin-jalin rambut panjangku dengan tangannya yang bekas bumbu kripik.
KAMU SEDANG MEMBACA
That time when we're together (completed)
RomanceContoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdengar cukup stabil untuk emosiku yang sepertinya mulai labil. Setelah menghilang selama 2 bulan liburan semester dan aku Cuma melihat fotonya t...