28. Fine doesn't come that fast

215 20 1
                                    

Perjalanan dari UTS hingga UAS datang begitu saja. Hingga saat yang paling ditunggu tiba, yaitu berakhirnya semester.

Tak ada wajah yang lebih menggembirakan dari pada wajah saat ujian terakhir tak perduli betapa susahnya pun ujian terakhir itu. biarpun aku jelas tertatih mengerjakannya biarpun berusaha keras mengintip jawaban Jedi yang kusangsikan benar, aku bisa mengisi penuh kertasku.

 biarpun aku jelas tertatih mengerjakannya biarpun berusaha keras mengintip jawaban Jedi yang kusangsikan benar, aku bisa mengisi penuh kertasku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"katanya gak belajar. Tapi kertas kamu penuh." Farhan memberiku pandangan curiga dari balik Jedi. Dia duduk disebelah kiri dan aku disebelah kanan. Biarpun Jedi tak pintar, setidaknya dia masih lebih rajin dari pada kami.

Aku selonjoran sambil menghela nafas dan menerima tawaran brownies yang dibawa Ayu. Jujur, aku sanggup memakan semua potongan brownies itu tapi mengingat dia tak Cuma menawarkannya padaku, ya mau bagaimana lagi.

"aku gak perlu belajar. Aku terlalu pintar buat belajar. Kelas otak kita itu beda tahu." Dia menuduhku berkhianat. Sungguh, apa wajahku terlihat seperti bisa menjawab soal itu dengan baik? aku Cuma mencurahkan semua yang bisa kuingat di kertas itu tak perduli apa yang sebenarnya yang ditanya. Setidaknya, ibu itu harus tahu kalau aku belajar tapi sayangnya yang kupelajari bukan yang dia tanyakan.

"bisa kayak gitu?" Ayu menyodorkan potongan terakhir.

"bisa kayak gitu?" Ayu menyodorkan potongan terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menerimanya dengan senang hati. "bisa beb. Aku baru aja jawab gitu. Kamu pikir kertas aku bisa penuh karena tahu jawaban essay membunuh kayak gitu?" ibu itu jelas berpikir kami pintar. Aku bahkan tak bisa mengingat kami pernah sekedar mempelajari bahannya jangankan untuk tahu. Sesaat, aku pikir aku salah jadwal ujian.

"masa bodoh. Gak usah ngomongin ujian lagi. Libur. Libur. Libur." Akhirnya, akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak tak perlu mendengar suara menghapal Kayla. Anak itu, pintar juga tidak tapi berusaha sangat keras. Satu rumah penuh dengan bunyinya menghapal dan aku lebih ingat pelajarannya dibanding pelajaranku sendiri. Aku mungkin akan mendapatkan nilai ujian lebih baik di mata kuliahnya.

Semua orang jelas dengan mood liburan yang sama. Ini bukan libur panjang karena Cuma libur semester ganjil. Belum juga bisa pulang kampung karena mungkin ada waktu seminggu sampai kami benar-benar bebas tugas. Jadi, semua orang sepertinya mulai menyusun jadwal liburan. Aku diantara mereka semata-mata karena kripik pedas yang entah dibeli siapa tersembul.

That time when we're together (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang