46. I am special, you know.

176 23 1
                                    

46 I am special, you know.

Aku benar-benar sudah membuat keputusan yang salah. Sekarang aku yakin aku salah strategi padahal sumpah, aku sudah memikirkannya dengan sangat matang. Biarpun menyakitkan untuk diakui, Putri benar. Anak itu terlalu sibuk untuk sekedar main pacar-pacaran tapi kenapa dia repot menjawab oke?

Oke to my ass!!

Dia membuatku harus menunggu lagi. kenapa dia berjanji bisa menjemputku kalau pada akhirnya dia meninggalkanku untuk club ini itu?

Dengan tenaga penuh aku menendang kaleng coca-cola yang baru kuhabiskan. Berangkat diantar kemudian dia dengan tega bilang akan telat menjemputku setelah semua orang pulang. Dia sungguh punya banyak nyawa.

Mungkin aku memang focus pada menendang kaleng tapi aku bersumpah aku tak dipinggir jalan meski aku tak berjalan ditrotoar saat satu mobil menabrakku dari belakang. Aku berbalik mendengar seseorang yang memperingatiku tapi terlambat untuk menyingkir karena mobil itu melaju sangat kencang.

***

"Me."

"jangan hubungin keluarga aku." Bisikku pelan.

Kepalaku berdenyut hebat. Apa yang terjadi?

Sepertinya mobil itu tak benar-benar berniat menabrakku sampai mati karena dia Cuma membuatku memar seluruh badan. Menabrak dari kanan aku berputar sebelum terjatuh terguling. Belakang kepala bengkak dengan sedikit luka karena membentur trotoar sebelum berguling diaspal membuat seluruh badanku lecet dan memar. 1 perban dikepala. Satu lagi perban di lengan kanan yang robek karena tersangkut tas dan mendapat jahitan. Tangan kanan hanya lecet tapi aku tak bisa menggerakkan seluruh anggota badan sebelah kanan. Pinggang sebelah kanan dan perutku lecet. Kakiku juga lecet tapi tak begitu besar karena terlindung jeans. Jeansku yang robek parah. Kaki kiri keseleo. Terpelituk saat terjatuh.

Mukaku sepertinya selamat. Selamat karena aku menutupinya dengan tangan. Seluruh punggung tanganku lecet hingga siku. Aku sudah mengalami hari yang luar biasa.

Aku dipuskesmas. Tempat yang baru kusinggahi minggu kemarin.

Satu-satunya yang bisa kugerakkan tanpa merasa sakit Cuma mata. Disekelilingku ada semua orang. Semua anak kosanku dan si dokter yang langsung muncul begitu aku siuman. Dia mengecekku dan menanyai ini itu.

Apa aku akan mendapat diskon kalau langganan ke puskesmas? Aku sudah seperti pengunjung tetap sekarang.

Kabar baik. Aku tak kehilangan ingatan. Aku bisa pulang kalau sudah cukup kuat. Well, bisa kulihat mata anak kosan yang merah. Mereka jelas sudah menangis. Aku ingin tersenyum tapi rahangku jelas tak mau bekerja sama.

Besok pagi pasti akan lebih parah lagi.

"gak papa. Kamu Cuma luka luar." Dokter ini bercanda. Aku yakin ususku sudah naik kesebelah jantung sekarang. Dia masih ingin disebelahku tapi anak kosan menyingkirkannya.

Putri paling depan. Ingin bicara tapi dia malah kembali menangis diikuti oleh Ningrum. Sebelum jadi terisak. Begitu saja hingga beberapa saat sampai aku memplototinya agar diam. Aku belum mati. Demi tuhan.

"aku kira kamu mati me." Dia memang mengira aku mati. "kamu udah dipuskesmas waktu kita ditelp. Untung yang lihat kamu ditabrak kenal. Dia udah balik sih. Tadi udah kita ucapin makasih." Ringkas Putri sambil mengelap air mata.

"yang nabrak?" tanyanku pelan.

"gak tahu. Tabrak lari. Gak ada yang catat plat. Kayaknya bakal susah ditangkep." Tambah Bianca.

"embak..." isak Ningrum. "kenapa gak sms aku minta dijemputin." Rengeknya sambil membantuku bangun. Mencoba untuk duduk.

Tak lama kemudian terdengar ribut-ribut dari depan dan muncullah farhan dan Diko yang berlari panic. Jedi yang lebih tenang dan Garra. Mereka semua berpakaian futsal. Begitu mereka tiba, Putri langsung membeberkan semuanya dengan begitu detail.

Dari yang kutangkap sepertinya aku pingsan nyaris setengah jam.

"gak papa. Gak usah takut." Jedi menepuk pelan rambutku.

Aku bersumpah awalnya aku tak berniat menangis. Tapi saat dia melihatku seperti itu dan tangannya yang mengelus rambutku, air mataku jatuh. Dia menunduk dan memelukku. Menepuk punggungku dan mengatakan kalau semuanya baik-baik saja. Aku akan cepat sembuh kalau banyak makan.

"ssst... gak papa. Gak papa." Bisiknya.

Setengah jam kemudian aku diijinkan untuk pulang. Farhan dan Jedi yang mengangkatku ke mobil. Garra belum mengatakan apapun sejak dia datang. Cuma berdiri diujung tempat tidurku. Cuma menatapku.

Perjalanan pulang sangatlah tak nyaman. Badanku sakit bahkan untuk sekedar bernafas. Saat akhirnya bisa terguling ditempat tidurku, aku hampir yakin kalau semua tulangku patah.

Perlahan rasa sakitku semakin terasa karena mungkin pengaruh obat yang mulai berkurang. Saat pada akhirnya mereka meninggalkanku untuk istirahat, aku terbangun karena merasakan seseorang menggenggam tanganku.

Menoleh aku mendapati Garra. Dia belum pulang?

Kenapa mereka mengijinkan cowok masuk kamarku?

"aku kira kamar kamu bakal berantakan." Akhirnya dia bicara setelah sekian menit Cuma menatapku. Kadang melihat mukaku, kadang melihat lukaku. Semuanya bergantian dan kemudian mengomentari kamarku.

"Cuma aku yang paling berantakan sekarang." Aku bahkan tak bisa memutar leher. Gerakan sekecil apapun membuat kepalaku pusing.

"sorry." Kali ini dengan nada yang sangat pelan. Dia melihat punggung tanganku.

"gak papa kok. Ini kecelakaan. Kamu gak perlu minta maaf." Tapi mungkin aku tak perlu kena tabrak kalau dia menjemputku. Hanya saja, dia sudah terlihat cukup merasa bersalah tak perlu kutambah. Kuperhatikan dia sedikit gampang merasa bersalah.

Hal mengejutkan selanjutnya, matanya berkaca-kaca. Dia buru-buru melihat kemanapun untuk menyembunyikan air matanya. Aku hampir tertawa kalau saja tertawa tak membuat rusukku sakit. Aku menepuk tangannya yang ada disebelah tanganku. Dia menoleh. Aku berusaha tersenyum.

"kalau semua bekas lecetnya bikin aku jelek, kamu mau nikahin aku gak?" dia bilang aku seharusnya minta dinikahi sama yang menabrak. Oke, dia lupa kalau aku korban tabrak lari.

Baru kali ini aku bersyukur sudah menyingkirkan fotoku dan Jedi dari atas meja. Terlalu tak etis untuk membuang, aku Cuma melepasnya dari bingkai dan menaruhnya kedalam album. Aku menaruh gambar luffy dari komik one piece yang sedang mengupil sebagai gantinya. Itu tak luput dari perhatian Garra. Katanya terlalu jelas siapa yang ada dibingkai itu sebelumnya. Dia sok tahu.

"seharusnya aku jemput kamu." Aku setuju. Dia seharusnya menjemputku. "tapi baru kali ini ada cewek yang gak dijemput sekali langsung kena tabrak."

Aku menatapnya. "karena aku cantik. Pacaran sama cewek secantik aku itu beda treatmentnya. Belum pernah punya cewek cantik kan?"

***

That time when we're together (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang