61 Tisyu talk
Di hari ketiga ujian, aku duduk berdua Jedi di kantin perpus. Tepatnya, aku sedang berusaha menyelesaikan tugas meringkas kami dengan mencontek punyanya dan buku. Farhan berjanji akan bergabung setelah menyusul Putri tapi belum kembali.
"argh. Ini tuh tugas yang gak ada artinya sama sekali. Yakin ini gak bakal dibaca."
Dia memandangku dari hape yang dari tadi dimainkan. "tapi kamu tetap bikin biarpun yakin gak dibaca?"
Dia benar. "tapi rasanya nih ya, ipk aku bakal bagus semester ini." Dari statistic, aku belajar dengan sangat serius. Aku bahkan pernah tertidur memegang buku dan ini pengalaman pertama dalam sejarah pendidikanku. Kalau kuceritakan pada Naya, dia tak akan percaya sebelum aku mati dan reinkarnasi.
Jedi mengangguk setuju. Katanya usaha akan sebanding dengan hasil. Tapi kalau aku terlalu banyak mencontek punyanya selama ujian, hasilnya diragukan. Aku melotot sebelum kemudian membunuhnya dengan sharigan.
"tumben Cuma berdua."
Ini, suara yang sudah cukup lama tak kudengar. Tak bertemu Garra, membuatku otomatis tak bertemu,
"Piko. Pe I ka O. Udah gak lucu lagi kamu salah sebut terus Me."
"aku gak pernah coba buat lucu." Dia menyerobot gorenganku sebelum duduk dan mengelak begitu cepat tanganku yang sudah akan menepis tangan nakalnya. Dia terkekeh dan duduk diseberang disamping Jedi.
Mereka bertegur sapa dan aku kembali serius menulis. Mereka membicarakan banyak hal. Salah satunya Garra yang sedang mengurus kegiatan HIMA bersama si chalacha. Hati kecilku curiga kalau kemunculan aneh Miko ini bukanlah kebetulan. Mereka sangat focus membahas Garra. Sefokus aku yang memutuskan untuk mengabaikan. Berkali-kali kalimat mereka terdengar seperti kode dan berkali-kali juga aku bergeming.
"udah lama sih mereka dekat. Dari masuk udah dekat." Ini jawabannya untuk pertanyaan Jedi tentang sudah berapa lama echalaci mengenal Garra.
Kemudian mereka mengganti topic menjadi balapan GP. Terkadang berubah jadi futsal atau sekedar acara hunting foto. Ada juga terselip acara nobar di kuburan yang sepertinya minggu kemarin yang sudah kudengar ceritanya dari si dokter. Mereka membahas film yang ditonton beberapa saat sebelum Animo bilang kalau mereka pergi bareng anak hima. Dan bagian ini, luput dari laporan si dokter. Dia terlalu semangat menceritakan filmnya daripada hal lain yang mungkin patut untuk ikut dalam detail cerita.
Don't get Me wrong. Aku tak mendengar nama chalincing itu selama ini tapi dalam 3 hari aku mendengarnya dimana-mana.
"bikin apa sih Me? Sok sibuk."
Aku Cuma menoleh, tak berniat menjawab. Farhan yang muncul menyela kami dengan mempertanyakan hapeku karena dia sudah berulang kali mencoba menghubungi tapi tak ada jawaban.
"oh, gak bawa."
"ketinggalan?"
"gak. Emang gak bawa."
"dia biasanya ninggalin hape kalau lagi kesal." Aku menendang kaki Jedi tapi dia sudah menarik kakinya jauh sebelum aku berpikir untuk menendang. Celotehannya membuat mata Niko mengerling nakal.
"kesal kenapa?" alisnya dinaik-naikan genit dan aku sungguh ingin menarik lepas alis ulat bulunya itu. "masih perang dingin ya. Berapa lama nih rencananya?" dia mengipas-ngipasi ku, berdoa agar api amarahku mendingin.
Jedi terlihat santai, miko menggodaku tapi farhan memberiku pandangan penuh menyelidiki. Aku melotot padanya. Berniat menyampaikan pesan kalau dia bertanya aku akan mencabik mulutnya. Silahkan mencoba kalau tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That time when we're together (completed)
RomanceContoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdengar cukup stabil untuk emosiku yang sepertinya mulai labil. Setelah menghilang selama 2 bulan liburan semester dan aku Cuma melihat fotonya t...