Terdengar keramaian begitu pintuku tertutup. Tak lama, pintuku kembali digedor dan aku hanya diam tak bergeming. Pokoknya, kalau sampai pintuku jebol, aku pastikan ingin pintu baru dengan cat yang berbeda.
Melepas baju dan menarik baju rumahku. Sama sekali tak terpengaruh oleh jeritan barbar dari pintu. Umumnya itu jeritan Putri. Setelah beberapa saat, mungkin juga karena capek, suara itu semakin berkurang dan ditutup oleh suara kendaraan yang perlahan meninggalkan kosan. Sungguh, mereka orang-orang yang tak punya kesibukan. Memangnya mereka polisi? Karena kalaupun aku benar-benar hilang, satu-satunya yang akan membantu adalah polisi. Bukan geng futsal atau cewek-cewek temperamen itu.
Kenapa harus ada Jedi?
"mereka benaran udah balik?" perlahan, aku membuka pintu. Berniat mengintip. Tapi begitu pintu terbuka, sepasang tangan langsung mendorongnya hingga terbuka. Kaget luar biasa, aku hanya terdorong mundur dan nyaris jatuh terduduk namun selamat karena menyambar lemari pakaianku. Siapa orang gila yang ingin membunuhku ini?!
Salah satu peraturan kosanku yang sangat jarang dilanggar kecuali untuk mengganti bohlam lampu adalah, cowok dilarang masuk.
Betapapun kolotnya peraturan ini, ini adalah peraturan yang sangat ditaati meski tak ada sanksi yang jelas. Jadi, kenapa bisa Jedi berdiri tepat didepan pintu kamarku tanpa ada yang melarangnya?
Dia berdiri dengan tangan berpegangan pada bingkai pintu kamar. Dengan badannya yang tinggi, dia terlihat seperti raksasa yang sedang menagih hutang. Kusadari, dia masih memakai seragam futsalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That time when we're together (completed)
RomanceContoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdengar cukup stabil untuk emosiku yang sepertinya mulai labil. Setelah menghilang selama 2 bulan liburan semester dan aku Cuma melihat fotonya t...