56 some cats are fighting
Mereka memberiku pandangan penuh ingin tahu tapi aku membalasnya dengan pandangan, 'berani bertanya berarti mati.' Pandangan itu kutemui sepanjang malam hingga pagi. Putri dan Bianca yang biasanya paling tak tahu diri, bersusah payah untuk diam. Mereka sangaaaat.... ingin tahu apa yang terjadi semalam tapi mungkin takut aku melayangkan satu dua tendangan kungfu bukan Cuma sekedar tamparan. Dari gumaman dan desas desus, mereka bilang kemampuan bertengkarku sudah jauh meningkat dan mereka mengkhawatirkan Garra.
Alhasil, aku melewati pagi mingguku dengan cepat.
"kamu cantik." Ini membuatku menoleh. "aku suka rambut kamu diurai tapi kalau diikat, rambut kamu yang gak keikat tuh, cantik banget."
Dia mengatakannya dengan sangat jelas di angkot. Diantara beberapa ibu-ibu yang akan ke pasar dan orang-orang berwajah kesal lainnya yang harus keluar di minggu pagi. Tak terlalu kencang tapi semua orang mendengarnya sampai mamang angkot menoleh dari kaca spion nya. Aku hampir membuang si dokter keluar angkot.
Jadi, aku menyikutnya dengan sangat keras. Membuat suara nafas tertahannya sekali lagi menjadi suara yang memenuhi angkot. Aku menarik topiku lebih dalam demi menyembunyikan muka.
"kamu gila?" tanyaku dalam bisikan.
"kamu kelihatannya kesal banget jadi aku berusaha mencairkan suasana." Dia menjawabku dengan nada penuh kepolosan. "oh. Apa karena kamu cantik jadi gak mau dipuji cantik lagi?"
Iya, dengan picisannya dia berhasil membuatku tertawa.
Hapeku berdentang pelan dan aku melihat nomor tak dikenal mengirim whatsapp. Isinya pendek, kening aku punya cap tangan kamu.
Kami tiba di klinik hewan itu jam 8 pagi setelah perjalanan bus dan angkot yang cukup panjang. Acara baru akan mulai jam setengah 10. Demi tak berada dibawah pengawasan anak annisa aku rela untuk datang sepagi ini. Dalam bayanganku, kliniknya masih akan sepi tapi well, semua staff sudah berdatangan dan serba sibuk menyiapkan tenda dan perkakas yang akan dipakai. Acaranya akan digelar di depan klinik.
Saat kami datang, semuanya menengok.
"kamu bilang gak ada cewek."
Dia tertawa. "well, mereka bakal setuju aku bohong."
Mereka yang dia maksud adalah para dokter dan perawat cowok yang menengok dan kemudian berkumpul didepan tenda. Menyambut kedatangan kami bak artis. Sementara yang cewek tak terlihat tertarik.
Aku memplototinya dan si dokter mengabaikanku. Pura-pura lupa kalimat ampuhnya membujukku semalam. Argh, kenapa juga aku percaya. Kenapa aku cenderung mempercayainya dengan gampang?
"everyone, ini Meme. Dia yang bakalan bantu kita hari ini." aku tersenyum sambil mengangguk. Entah apa yang bisa kubantu dan entah kenapa aku mulai menyesali keputusanku sekarang. Ini tak terlihat mudah. Apa sebaiknya aku tetap di rumah?
"wooh. Aku baru kali ini ketemu selebgram. Lebih cantik daripada foto." Cetus seseorang. Sukses membuatku berdoa agar bumi terbelah dan menelannya. Siapa yang dia panggil seleb barusan?
"jangan berharap banyak. Aku benci semua jenis hewan kecuali yang udah jadi makanan." Dari senyuman lebarnya, mereka jelas berharap banyak.
Tak terpengaruh sama sekali dengan keluhanku, tanpa sungkan mereka memberiku begitu banyak hal untuk dikerjakan. Sebentar aku menjadi seksi penyambutan tamu yang datang silih berganti tanpa habis. Sumpah, jumlah hewan yang datang lebih banyak dari orang yang kukenal selama hidup. Apa semua orang punya peliharaan diluar sana? Dari yang paling umum, kucing atau anjing hingga kemunculan python super panjang yang terlihat begitu tergoda ingin memakanku sebagai pengganti vitaminnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That time when we're together (completed)
RomansaContoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdengar cukup stabil untuk emosiku yang sepertinya mulai labil. Setelah menghilang selama 2 bulan liburan semester dan aku Cuma melihat fotonya t...