43 the proposal
"pada sibuk gak?" mereka sedang berkumpul riuh dibawah jemuran disaat aku muncul setelah pulang kuliah. "aku mau bikin acara kecil-kecilan hari ini."
Kami berjejer rapi di pinggir lapangan futsal, menarik perhatian penonton yang lain. Menurutku ini tanda mereka sudah terpesona dengan kecantikanku tapi tak satupun anak anisa yang setuju. Kata mereka ini karena aku berdandan terlalu heboh.
Well, untuk ukuran Cuma nonton futsal, ini memang agak berlebihan.
Mengeluarkan semua kemampuanku berdandan dan berusaha tampil secantik yang kubisa. Bukannya aku kurang cantik tapi aku biasanya menyembunyikan kecantikanku. Dengan dress selutut, rambut yang ditata anggun, heels maut serta senyuman berlapis lipstick manis, aku berdiri mantap di pinggir lapangan futsal bersama anak anisa dikiri kanan membawa paket. Beberapa paket itu berbau busuk dan yang memegangnya terlihat ingin muntah. Rasa setia kawan atau mungkin rasa haus mereka untuk menyaksikanku mempermalukan dirilah yang membuatnya bertahan.
Pertandingan yang akan selesai itu sempat terhenti karena pemainnya pada menengok saat aku melambai dan menyebutkan nama Garra tepat ketika kerumunan hening. Membuat nabillah and the genk yang menonton dari seberang lapangan kembang kempis.
Aku yakin dia mengenali paket yang kami bawa.
Saat tiupan pluit pertandingan selesai, aku langsung berjalan ketengah lapangan. Selebrasi pemain berhenti dan semua orang sepertinya sadar akan terjadi sesuatu sore ini.
Tak mungkin buket bunga besar yang kubawa Cuma sebagai hiasan kan? Demi tuhan, aku menghabiskan uang yang cukup banyak untuk buket ini.
Berjalan dengan tenang diiringi para dayang, aku membelah kerumunan sebelum berhenti didepan Garra yang melotot melihatku. Dari sudut mata bisa kulihat farhan yang langsung melompat kearah putri, menuntut diberi tahu apa yang akan terjadi. Sebisa mungkin aku tak menengok pada jedi. Semakin kesini aku semakin menyadari kalau ini sebenarnya akan sangat memalukan dan aku belum akan wisuda dalam waktu dekat.
Berdiri lurus didepan Garra aku terlihat seperti akan melamar.
"hai." Sapaku pelan dan penuh keramahan. Meski ramai, tak ada yang bersuara dan semuanya focus dengan adegan yang sedang berlangsung.
Garra melihat kekiri dan kekanan dan kata pertamanya yang berupa bisikan terdengar, "ngapain? Kamu gila?"
Aku anggap itu pujian.
"ini buat kamu." Buket mawar merah besar itu kuhenyakkan kedalam pelukannya. Meski kaget dan tak mengerti, dia toh menerimanya. Sesekali menengok sekeliling. Berusaha menemukan jawaban tentang hal gila yang sedang kulakukan ini. Namun mendapat pandangan ingin tahu yang sama dari sekelilingnya.
Dengan dramatis aku melangkah satu langkah.
"aku suka kamu. Mau jadi pacar aku?"
Terdengar tarikan nafas terkejut disebelahku sebelum makian. Nabillah hampir melompat menerkamku tapi ditangkap oleh 2 orang temannya.
Mata Garra terbuka lebar. Dengan jelas aku bisa baca apa yang ingin disampaikannya dan aku mengabaikan itu semua dengan senyum penuh pengertian. Dia komat-kamit, mungkin membaca doa untuk mengusir jin tapi melihat aku tetap tersenyum manis didepannya menunggu jawaban, aku yakin dia sadar kalau jin yang merasukiku cukup kuat. Kami butuh ustadz level atas. Aku tak akan sehat dengan rukyah kecil.
"gimana?" desakku.
Perlahan tapi pasti, terdengar teriakan dari sekeliling kami. Meminta Garra menerima perasaan tulus mendalamku ini atau sekedar siulan liar memenuhi GOR kampus.
"terima! Terima! Terima!" aku hampir mengangkat tanganku ingin mengikuti kerumunan tapi aku punya konsep malaikat cantik yang perlu dipertahankan. Yang menurut Bianca, konsep kuntilanak.
"oke." Jawabnya pelan setelah beberapa saat.
Aku mengangguk sebelum mengucapkan terima kasih dan melempar pandangan pada nabillah. "kamu dengar?"
Anak anisa melempar paket-paket yang belum dibuka itu kearah 3 sekawan. Diantara riuhnya semua orang tepuk tangan dan suit-suitan yang begitu ramai mengalahkan sekumpulan monyet. Teriakan nabillah mengalahkan semuanya.
"dasar pelacur!!!" jeritnya kencang sebelum melompat lepas dari cengkraman teman-temannya. Dia langsung menargetkan rambutku.
Aku terpaku tapi Garra menarikku keluar dari jangkauan nabillah dan gadis itu bertemu bala bantuanku yang sepertinya sejak tadi tak sabar menunggu adegan inti. Lolongan nabillah tak ada apa-apanya dibanding lolongan putri dan Bianca. Dia salah sekali memulai perkelahian.
Dari balik Garra aku menyaksikannya dengan sangat takjub. Apa yang dimakan anak kosanku siang tadi? Aku bersumpah, vina bahkan terlihat seperti berubah menjadi hijau. Dia terlihat sanggup merobek teman nabillah itu dalam sekali cabikan. Apa mereka sesayang itu padaku?
Nabillah jelas tak siap karena dia Cuma bersama 2 temannya. Sementara ada 5 anak annisa. Entah mengapa farhan ikut terlibat membuat pertandingan semakin tak imbang. Seharusnya dia tahu putri tak butuh bantuan. Lihat bagaimana gadis itu melumat nabillah? Dia mungkin melepaskan sebagian besar stress skripsinya lewat pertarungan ini. tunggu, kami tak akan kena sangsi karena pertengkaran kucing ini kan?
Sementara Ningrum tak kebagian lawan jadi dia berangsur berjalan kesebelahku memegang semua tas yang lain.
"wah." Ucapnya pelan.
"wah." Sambungku.
"waahh." Terdengar dari sebelah. Ini membuat kami menoleh dan wah kali ini berasal dari pacarnya jedi. Dia tertawa kearah kami. "keren banget." mengacungkan jempol sebelum mengucapkan selamat padaku.
"dia ngasih selamat kenapa?"
"selamat mbak baru aja jadian sama kak Garra." bisik ningrum.
"oh." Aku balas mengacungkan jempol pada simintil. Disebelahnya ada jedi yang berharap aku melakukan sesuatu pada pertandingan didepan kami ini. Aku Cuma angkat bahu dan dia melotot sebelum akhirnya turun tangan untuk melerai bersama Garra dan beberapa cowok yang lain.
Garra dan Jedi mungkin segelintir orang yang ingin pertikaian didepan kami ini berakhir karena sebagian besar orang menyoraki dan merekam pertandingan itu. Ingin membuatnya semakin dan semakin menjadi. Kupastikan, besok ini akan menjadi viral.
"tutup muka kamu." Aku memerintahkan nigrum untuk menutup mukanya dengan tas. "kita gak boleh dikenali kalau video nya viral." Cukup para petarung itu saja yang jadi terkenal. Ningrum mengikuti saranku dengan serius sampai menarik poninya menutupi mata dan bertanya apa dia sudah cukup terlindungi.
Aku mengacungkan jempol lalu memerintahkannya untuk kembali menonton dengan serius. Kita tak boleh tertinggal barang sedikitpun.
Ini mungkin hari terbaik yang kualami dalam hidupku. Hanya saja perhatianku luput pada satu hal. Sepenuhnya aku tak menyangka Garra akan menerima ajakanku untuk pacaran.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
That time when we're together (completed)
RomantizmContoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdengar cukup stabil untuk emosiku yang sepertinya mulai labil. Setelah menghilang selama 2 bulan liburan semester dan aku Cuma melihat fotonya t...