65 Lets do the talk. Under the stars. Talk about times.
Dia membubarkan semua orang tapi menyeretku keluar. Aku bertahan dan berusaha melepaskan lenganku tapi seperti biasa, dia jauh lebih kuat. Dia menyeretku hingga ke ayunan dipinggir kolam renang. Menghenyakkanku disana dan memblokir jalan agar aku tak kabur.
Seperti biasa, semuanya dimulai dengan hening.
"kamu gak perlu siram-siram juga Me." Mulainya.
"bener. Mestinya aku lempar pake gelas." Dia menatapku. "dia sudah sembarangan nuduh aku." Melipat tangan didada, aku menarik kakiku agar duduk bersila. Kemudian aku ingat kalau aku berbaju tidur berupa tunik yang, oke... cukup tipis. Ini membuatku mulai merasa dingin.
"tunggu disini." Perintahnya. Masuk sebentar ke rumah dan kembali bersama jaket. Aku menerima jaket itu sambil bertanya, berapa lama dia akan memintaku duduk sampai dia merasa perlu memberiku jaket karena aku, mulai kembali mengantuk. "sampe kita baikan."
Ini membuatku melotot.
Dia duduk dan membuatku bergeser. Dia ditengah ayunan bersofa empuk ini dan aku disisi ujung kanannya. Didepan kami, terbentang kolam renangnya yang dikelilingi cahaya kerlap-kerlip. Bintang bersinar cerah diatas kami. Beberapa mengintip dari sela rimbun daun dari pepohonan seram yang mengelilingi rumahnya. Tak ada suara kendaraan. Cuma suara binatang malam yang mungkin mulai berkemas karena sebentar lagi matahari akan terbit.
"apa yang kamu pikirin?"
Bersandar kebelakang aku menggulung bersama jaket. Wangi jaketnya yang sama. Ini jaket yang dulu pernah aku pakai.
"aku ngantuk."
"coba aja tidur. Aku lempar ke kolam." Ucapnya pelan dan aku percaya dia serius.
"jadi, gimana?" tanyanya.
"apanya?"
"udah bisa pacaran belum?"
"kamu sendiri, udah bisa pacaran belum?" balasku.
"udah." Jawabnya.
"pacaran noh sama kacang ercis." Sebentar. "kacang Chacha. Chalicha? Chalala?"
"Icha." Bantunya.
"iya, sama dia."
Dia diam sebentar. "kamu masih marah soal Icha?"
"aku gak suka dia."
"karena dia nembak aku?"
Oh please. "karena dia sembarangan ngajak aku berantem. Coba kalau tadi benaran aku lempar pake gelas. Ntar kalau dia jadi nababil jilid dua gimana?" aku sudah hampir kehilangan nyawa sekali. Gadis ini mungkin akan menyewa pembunuh bayaran sepulang dari sini. "kamu sumpah. Cari cewek yang manusiawi dikit kenapa? Katanya banyak yang naksir. Masa psikopat semua?!"
Dia ikut bersandar. Memperhatikanku yang sudah berputar menghadapnya.
"kalau kamu tolak, kenapa dia masih ikutan kesini?"
"sengaja aku undang."
"biar?"
"biar kamu cemburu." Mulutku terbuka siap menyambar tapi karena shock, aku menutupnya lagi sebelum kemudian membukanya lagi untuk memaki Garra. sialan. Dia sialan. "tapi berhasilkan? Cuma gak kebayang aja sampai begini. Kamu bisa masuk penjara loh kalau lempar dia pake gelas."
"cemburu?" Excuse Me.
Dia sudah memutar dan duduk menghadapku. "iya. Kamu cemburu kan?"
"kenapa aku harus cemburu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
That time when we're together (completed)
RomanceContoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdengar cukup stabil untuk emosiku yang sepertinya mulai labil. Setelah menghilang selama 2 bulan liburan semester dan aku Cuma melihat fotonya t...