18. There goes another dignity

237 20 1
                                    

Hapeku yang dalam keadaan silent kembali menyala. Kali ini telp dari Bianca yang hanya kupandangi sambil menarik daging sate dari tusuknya. Mengalihkan pandanganku yang tadinya seru menonton drama balapan si dedek ganteng biarpun aku tak pernah benar-benar tahu ceritanya bagaimana.

Mematikan hape akan membuat mereka cemas tapi tidak mengangkat telp, sekedar membaca bbm, wa, line dan sms tanpa membalas, akan membuat mereka gila. Aku mungkin lebih psikopat dari yang mereka tuduh selama ini karena jujur, ini membuatku sangat senang. Apalagi saat melihat nama-nama lain mulai bermunculan.

 Apalagi saat melihat nama-nama lain mulai bermunculan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pastikan Putri. Aku bahkan tak heran kalau sebentar lagi selebaran orang hilang dengan mukaku ditempel di warung sate ini. Kuharap mereka menempel fotoku yang bagus.

Kuakui, seleraku masih ingin nasi goreng tapi aku bahkan tak sanggup memakan lontong sateku. Selera mungkin luar biasa tapi perut tak bisa dipaksa.

Apa sebaiknya pulang sekarang? tapi aku terlalu malas mendengar omelan Putri. Bisa kubayangkan semua caci maki yang akan dikeluarkannya. Baik, aku akan pergi karoke.

Masih dengan semua perlengkapan kuliah, aku muncul di karoke dan memesan small room. Waiternya memandangiku beberapa saat sebelum menutup pintu. Ya, gadis cantik sepertiku bisa juga pergi karoke sendirian.

Aku, memutar lagu korea meski, tak tahu satupun lagu korea.

"right, sekarang, mandarin."

Rasanya mabuk. Jam 11 malam, aku baru pulang tapi terpatung di tangga saat melihat nama Garra muncul di panggilan masuk. Dia ikut menelponku sekarang? Setelah mengabaikan bbmku? Apa ini? Bagaimana Putri memaksanya? Seharusnya dia sekedar membalas bbmku dengan satu kata dari pada hanya dibaca. Dia pikir koran?!

Dari semua panggilan yang kuabaikan, aku Me-reject panggilan dari Garra. Dia patut bangga, aku memberinya perhatian khusus.

"Meme?" ya, itu namaku dan kenapa sepertinya semua orang tahu?!!

Disana, dibawah, pacar Bianca bersama teman-temannya yang baru saja akan naik. Meski aku butuh beberapa saat untuk mengingatnya sebagai siapa. Seharusnya aku langsung ingat, dia pacar Bianca yang baik hati yang selalu membagi kami makanan. Tak ada pacar yang lebih baik dari dia.

Aku memberinya senyum alakadar dan tak berniat tegur sapa. Tapi mungkin karena teman-temannya yang sok bertanya siapa. Dia jadi memperpanjang obrolan.

"udah mau pulang? Sama siapa? Jedi?"

Maksudku, bisakah dia tak perlu sok tahu langsung menebak Jedi? Apa dia tak punya mata untuk melihat kalau aku sendirian!

"sendiri. Udah mau pulang. Duluan ya." Aku mengucapkan have fun sambil turun tapi dia mengajakku bergabung untuk satu ronde.

Sudah jam 11 malam. Bergabung karoke dengan sekumpulan cowok yang tak kukenal? Mereka bisa saja memperkosaku didalam sana. Apa aku terlihat begitu gampangan untuk menerima ajakannya?

"tapi iringin balik ya." Mereka langsung mengiyakan dan salah seorang dari mereka bersedia mengantarku bahkan ke bulan. Begitulah, aku lanjut karoke di hari senin untuk ronde ke dua. "jangan bilang sekarang sama Bianca. Besok aja." Tepat saat dia baru saja akan membalas bbm Bianca yang kulihat dari balik punggungnya.

Kalau orang tuaku tahu, mungkin mereka sudah menyudahi subsidi kuliahku dan memintaku pulang malam ini juga. Aku tak melakukan apapun selain bernyanyi meski aku tahu aku tak punya bakat tapi pulang jam 1 pagi jelas tak memberiku alasan yang meyakinkan.

Untuk kedua kalinya, kosanku kembali ramai. Dengan mobil Jedi, mobil Garra dan beberapa kendaraan anak futsalnya yang lain kurasa, aku mendapati pandangan lega yang berubah jadi masam begitu mereka sadar kalau yang pulang disertai rombongan itu adalah aku. Tapi teriakan Putri kalah dengan Bianca yang langsung melintasiku merengut pacarnya.

"KENAPA GAK BILANG KALAU BARENG MEME?!" pacarnya minta maaf dan bersumpah ini itu. Bersumpah kalau dia tak selingkuh tapi jelas bukan karena itu Bianca marah. Karena setelah itu, dia mendorong si pacar agar pulang dan menyeretku ke kosan sambil berteriak pada teman Bianca yang titip salam.

Oh, dia dengan jelas bilang aku punya pacar dan tak usah repot bertanya pin bbm pada pacarnya. Sungguh, aku tak terima difitnah tapi dia hanya menarikku dari atas motor dan aku tak punya persiapan untuk itu. Membuatku menjatuhkan tas dan tertatih mengikutinya ke teras kami yang ramai.

Farhan sudah menangkap Putri yang terlihat sangat marah. Tangan Bianca jelas akan meninggalkan bekas di lenganku. Kayla dan Vina berdiri didekat pintu sambil memeluk boneka bebek punyaku pemberian Jedi. Kayla memeluk kepalanya dan Vina ekornya. Ningrum sedang membagikan kopi. Setidaknya, tak seluruh anak futsal hadir.

Farhan mungkin bisa menahan Putri dari menerkamku tapi dia tak bisa menahan teriakannya. Omelan Putri menerpaku seganas angin puting beliung namun karena cengkraman Bianca, aku berdiri mantap. Menerima semua makiannya dalam diam. Begitu Putri selesai, lanjut Bianca. Dia mencaciku dengan hina dan yang kulakukan adalah melindungi mukaku dari semburan ludahnya. Meski beberapa kali gagal karena jarak yang begitu dekat.

Melihatku yang tak bicara, akhirnya mereka berhenti. Saat Bianca melepas tangannya, saat itulah aku baru bisa bernafas. Menarik nafas panjang aku menyingkir beberapa langkah darinya.

"nenek aku meninggal."

"nenek kamu ninggal 4 tahun yang lalu." Potong Putri.

Dia membuat wajah percaya beberapa detik tadi langsung hilang. Wanita ini, dia benar-benar bertekad membuatku bersalah sepertinya. Setelah semua yang dilakukannya padaku, dia ingin membuatku berada dipesakitan? Dasar gadis jalang.

Kakiku berganti tumpuan. "hmmm... kamu gak punya alasan ngumpulin semua orang disini setiap aku pulang telat." Ini, salah Putri. Aku memandangi semua orang bergantian. Jedi, Garra, pino—dia langsung menjerit Piko—lalu 2 orang anak futsal yang aku lupa siapa namanya. Sepertinya kami sekelas. "aku mohon, jangan langsung percaya sama Putri. Dia kehilangan celana dalam aja bisa lapor polisi. Gimana bisa kalian dibohongi 2 kali?"

Putri terlihat seperti akan meledak.

"kak, kakak itu hilang dari sore. Dihubungi gak bisa. Kita khawatir." Ningrum yang bicara karena Putri terlalu emosi untuk bicara dalam bahasa yang bisa kami pahami.

"tapi itu tetap gak bikin alasan kenapa kalian semua disini." sekali lagi aku memandang mereka. Jujur, aku capek. Karoke 4 jam jelas menghabiskan energi. "kamu Cuma mantan pacar, kamu Cuma pacarnya teman aku, sisanya teman dari mantan pacar aku. Kalian benaran gak perlu disini setiap aku gak pulang. Sumpah, ini mulai bikin aku kesal. Aku bukan anak 4 tahun yang hilang dengan gampang."

Maksudku, "aku hilang sekalipun, itu gak ada hubungannya sama kalian." Susah payah aku mengatakannya tanpa terdengar marah. Meski, aku sangat marah. Aku tak suka mereka menganggapku begitu rapuh.

Tepat saat itu, Jedi menarikku. Memerintahkanku agar menengadah dan Ningrum yang berlari datang bersama tisyu.

Hebat. Aku Cuma perlu mimisan disaat aku merasa begitu kuat.

***


That time when we're together (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang