57. sometimes, you just have zero expectation

196 21 1
                                    

57 sometimes, you just have zero expectation

Aku bersandar di dispenser. Menunggu air untuk panas demi membuat kopi. Hancurlah sudah. Aku bahkan tak sanggup membuka mata. Bagaimana aku akan ke kampus. Seluruh badanku remuk dan aku terlalu lelah untuk menjadi manusia.

Seperti orang linglung aku minum kopi pahit. Menepuk-nepuk bedak ke muka sambil memejamkan mata. Tertidur sekitar 2 atau 3 detik sebelum akhirnya tersentak. Tiba di kampus, aku menyusun buku menjadi bantal dan tergeletak disana. Mencoba untuk tidur beberapa menit sambil menunggu dosen.

Belum lagi satu detik, farhan membangunkanku.

Aku meninju bahunya. Dia membalas.

"tuh pak de udah masuk. Katanya minta dibangunin. Dibangunin malah marah." Dia meninjuku sekali lagi. aku mengerang sambil bersandar di dinding. Menepuk-nepuk mukaku agar sadar.

"kamu benaran ke acara si dokter?" tanya Jedi dari depanku. Dia bertugas untuk menutupku yang kemungkinan akan mencoba tidur lagi.

"dibayar berapa?" sambung farhan yang duduk disebelahku.

"sukarela. Kamu tahu arti sukarela gak?" alisnya naik. Katanya aku bukan tipe orang yang akan melakukan apapun dengan embel-embel sukarela dan menuduhku sedang pedekate dengan si dokter. Sebelum menyambungnya pada kemungkinan aku yang berniat menyelingkuhi Garra.

"mey, kamu kayak artis-artis gitu loh aku lihatnya." Dari komtiku yang ada didepan Farhan. Dia bilang melihat videoku yang diunggah entah siapa sedang berada dipanggung penggalangan dana. Aku yang melambai ceria dengan bando bertelinga kucing super unyu yang kupakai penuh rasa tersiksa. "aku pengen datang tapi gak punya peliharaan."

"kenapa gak bawa farhan? Ini udah waktunya dia vaksin rabies." Anak itu mengeram marah disebelahku.

"minggu depan kita ada acara bazaar ulang tahun fakultas. Kamu harus jaga stand kita." dia mengacungkan jempol tanda oke ke mukaku dan aku memutarnya hingga terbalik. "ayolah meeey.... Jangan pilih kasih gitu. Ntar ditraktir mie ayam."

"bayaran aku mahal tahu. Bukan kelas mie ayam." Ada berapa bazaar yang akan kulewati sampai lulus kuliah?

Setengah zombie aku melewati bagian pertama hari ini sebelum akhirnya tertidur di perpus di saat menunggu jam kuliah berikutnya. Berulang kali disikut farhan atau Jedi dikelas. Belum lagi mataku yang berair tanpa henti menahan kantuk. Di kuliah sore, aku lupa diri.

Aku tak sepenuhnya sadar saat dipapah berjalan untuk pulang. Aku bahkan tak mengenali siapa yang membawaku. Aku Cuma kembali memejamkan mata saat berjumpa apapun yang memungkinkan untuk tidur.

Saat aku pada akhirnya membuka mata, butuh hampir setengah jam untuk sepenuhnya sadar. Meraba mencari hape di sisi kanan kepalaku, aku tak menemukannya. Terlalu malas untuk benar-benar bangun, aku Cuma meraba-raba tapi tak menemukan dimana hapeku.

Argh!

Memaksa diri, aku akhirnya berhasil duduk dan keluar dari selimut yang menggulungku. Selimut. Selimut berwarna hijau daun dan bergaris-garis putih. Hmmm sejak kapan selimut coklat kudelku berubah jadi hijau? Oh. Tempat tidurku bahkan terasa sangat empuk.

Beberapa kali aku menghentakkan pantat dan kasur itu membalasnya dengan empuk.

Hmmmm perbedaan yang terlalu kentara.

Membuka mata, aku melihat bedcover dengan warna hijau yang lebih muda dibawahku. Tempat tidur yang sedikit lebih besar dari tempat tidurku. Kamar yang.... Berbeda dengan kamarku. Aku dimana?

Indra pendengarku perlahan mulai berfungsi. Kendaraan terdengar lalu lalang dan kerlip lampu dibalik tirai menandakan kalau hari sudah gelap. Tapi kamar yang tak seberapa besar itu Cuma punya tempat tidur, lemari dan meja kerja. Tak ada barang lain.

That time when we're together (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang