25 Can death just come?

218 18 1
                                    

Apa yang baru saja kulakukan?!! Demi tuhan! Aku baru saja melakukannya. Aku baru saja menelpon mantan pacar 2 bulanku seperti tadi? Kemana otakku? Aku...

 Aku baru saja menelpon mantan pacar 2 bulanku seperti tadi? Kemana otakku? Aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kamu pantas mati." Bisik Putri lagi.

Ya tuhaaaan. Bagaimana mungkin tak ada yang menghentikanku melakukan hal memalukan itu? Bagaimana mungkin aku masih bernyawa setelah melakukannya? Aku pantas mati. Aku merasa begitu hina. Apa yang harus kulakukan sekarang.

Saking malunya. Aku masih gemetar hingga beberapa saat.

Sadar kalau aku benar-benar sudah melakukan kesalahan besar, Putri sampai tak tega mengomeli. Dalam diam, dia ikut duduk disebelahku. Kami memperhatikan lalu lintas jalan yang ramai. Mereka yang lalu lalang dan tidak baru saja menelpon minta jemput sama mantan pacar.

"bukannya kamu masuk jam 8?"

"kalau gak masuk aku lebih malu kan?" dia menjawabku dengan anggukan.

Menarik nafas panjang, kami beriringan berangkat. Dia yang akan keperpus dan aku yang akan ke kampus. Hanya saja, aku rasanya seperti akan ke neraka dan Putri mengantarku. Sepanjang jalan dia berusaha meyakinkanku kalau ini tak seseram yang kupikirkan dan mungkin Jedi tak bakal berpikir macam-macam.

"seperti?"

"kamu gak move on. Misalnya." Aku menengok dan dia menghela nafas. Merangkul bahuku pelan. "gak papa. Kamu kan cantik. Ntar pura-pura aja kalau tadi bukan kamu."

Bagaimana aku bisa pura-pura kalau itu bukan aku. Bagaimana?

Mereka mengosipkan Jedi dan Nikola sepanjang minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka mengosipkan Jedi dan Nikola sepanjang minggu. Pasangan yang sedang hot itu terlihat semakin sering kesana kemari. Nikola yang sepertinya menang miss kampus itu dan Jedi yang selalu bersamanya. Aku berusaha untuk tak perduli mengingat hasil UTS ku lebih mengkhawatirkan tapi aku toh tak tuli.

Puncaknya semalam. Farhan datang dan bercerita tentang Nikola tanpa kuminta. Dia bilang, mungkin sebentar lagi mereka bakal jadian. Kalau aku berencana masih ingin kembali menjadikan Jedi pacar, sebaiknya bertindak.

Dia ingin aku bertindak apa?

Sukses membuatku susah tidur. Begitu terpejam aku malah mimpi buruk. Aku bermimpi membunuh Nikola dengan pisau dapur milik Ningrum. Karena pisaunya kecil, aku harus menusukunya berulang kali. Ini, membuatku bangun dengan begitu capek. Membunuh bukan pekerjaan gampang kan? Well, biarpun mimpi.

Otakku belum sepenuhnya jalan pagi ini untuk menerima kenyataan momo yang ban kempes. Apa aku sebegitu kosong sampai bisa lupa dan menelpon Jedi? Aku jelas sekali bukan menelpon bantuannya sebagian teman. Aku baru saja menelponnya dengan gaya masa pacaran.

Bagaimana mungkin aku bisa berteriak seperti itu?

Pantas saja dia butuh beberapa saat untuk menjawab. Dia mungkin memberi waktu bagiku agar sadar tapi aku terlalu gelap mata untuk ingat. Bagaimana aku bisa lupa kalau dia sudah memutuskanku tanpa alasan?

Lihat, aku bahkan tiba dikampus tanpa kusadari. Kapan aku berpisah dengan Putri?

Jedi melambaikan tangannya saat melihatku.

"Farhan mana? Aku kira dia belum nyampe tadi makanya telp kamu."

"oh. Sorry aku gak lihat pesan kamu. Nunggu lama gak tadi?"

Aku bersandar sambil menengok. Dia yang sepenuhnya mengalihkan badannya kearahku. Cara biasanya saat bicara denganku. Dia yang selalu dengan sepenuhnya mengalihkan perhatian padaku.

Dia yang memperlakukanku tetap sama. Disatu sisi aku berterima kasih untuk tak membuat ini canggung tapi sungguh, disisi lain, ini sangat berat untuk dijalani. Apa kami bisa berhenti berteman dulu sekitar 4 bulan? Dia perlu merubah beberapa kebiasaannya yang mungkin sepele tapi akhir-akhir ini, menurutku seperti pembullyan. Aku merasa sakit hati saat menerima semua kebaikannya. Bukannya itu bentuk penyiksaan?

"kamu udah jadian sama Nikol?"

"Nikola maksudnya?" dia merasa perlu meralatku? "gak. Kita Cuma teman. Kenapa?"

"gak. Mereka selalu tanya aku kamu udah jadian apa belum. Entar kalau jadian jangan lupa konferensi ya." Dia tertawa.

Kenapa dosen itu memilih terlambat sekarang? Kenapa Farhan belum datang?!

"Me." Panggilnya pelan. Aku menoleh sambil berdehem menjawab.

Sungguh. Aku tak siap dengan apa yang terjadi. Aku tak bergeser tapi dia jelas bergeser. Dia tepat disebelahku dan aku tepat menatap matanya.

Jari-jariku mencengkram pinggiran binder dengan lebih erat. Aku sudah akan bicara tapi suaraku sepertinya akan tercekat jadi aku Cuma mengangkat sebelah alisku.

"gak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"gak. Gak jadi." Jawabnya kemudian sambil tertawa dan melihat kedepan. Aku memukul bahunya dengan binder yang begitu saja melayang.

Dia baru saja hampir membuatku berteriak memintanya menerimaku kembali.

Demi tuhan.

***


That time when we're together (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang