59. Dejavu

187 23 0
                                    

59 Dejavu

Aku berada ditengah anak cewek yang sedang riuh membicarakan gossip terbaru. Kelas sudah lama bubar dan aku masih belum berniat beranjak pulang. Jadinya ikutan mereka di kantin dan kaget dengan koleksi gossip yang mereka miliki. Dalam 40 menit ini, aku sudah selfie lebih dari seribu kali bersama mereka. Sekejap mukaku ada disemua akun sosmed mereka sore ini.

"terus, gimana sama Garra Me? Masih kan?"

Aku menurunkan hape yang sedang kupandangi. Lihat? Dimana-mana aku sepertinya menemukan cara untuk digosipkan bahkan disaat aku ikut bergosip.

"gak. Udah lama bubar." Mereka kaget. Kemudian muncul lah pertanyaan dukungan yang meminta cerita detail bagaimana bisa bubar. "hmm apa ya..."

Masa mungkin aku bilang karena hubungan kami Cuma sebagai balas jasa bensin?

Delapan pasang mata menungguku. Bahkan bibi kantin terlihat tertarik. Aku menyeruput teh botol dengan kecepatan nol sampai akhirnya Dina nekat menyikut.

"kelewat beken ya?" tebak seseorang.

"tapi kan kamu juga beken Me. Sama dong. Apa dua-duanya kelewat beken?" aku hampir menyemburkan minum mendengar ini.

"maksudnya itu, karena sama-sama beken jadi tekanannya kuat. Ingat mantannya yang psiko itu kan? Ih serem gila. Kalau aku bisa stress di terror tiap hari. Dia gak ada kerjaan banget apa ya." Kemudian dia mengulang beberapa kata-kata bully-an yang dilempar Nababil untukku.

Aku sungguh shock dengan lengkapnya data yang mereka miliki.

"lagian Garra sibuk gitu. Dia temanan sama pacar aku. Mereka sama sibuknya." Lalu Fadillah curhat tentang pacarnya untuk beberapa saat. Disini, aku menyadari bahwa dunia tak begitu lebar. Dan telingaku mungkin sempat mencuat 10cm mendengar perkataan Rima.

"oh mungkin yang kemaren itu gebetan baru Garra dong? Ketemu di MM. Deket kayaknya. Apa udah pacar baru Me?"

Ini, informasi yang berusaha kuterima biasa saja tapi sepersekian detik aku tak bisa menahan ekspresi mukaku yang sudah terlanjur kaget.

"eh belum tahu ya?" kemudian dia menceritakan dengan terperinci kapan, dimana dan bagaimana. Kejadiannya kemarin sore, di MM dekat gerbang kampus. Mereka turun dari mobil Garra. Kemudian barengan belanja. Terlihat cukup dekat karena tertawa riang sepanjang jalan. Si cewek bahkan sempat menepuk-nepuk manja lengan Garra saat tertawa.

"gak kenal sih ceweknya." Dia menutup cerita itu sambil menatapku. Diikuti keinginan besar mereka untuk mendengar tanggapan aku, si mantan.

Aku angkat bahu. "mungkin. Udah putus kok. Gak ngurus lah dia mau jalan sama siapa."

Mereka tepuk tangan pada tenangnya aku menanggapi kabar ini.

"tapi waktu sama Jedi kan kamu putus nyambung tiep minggu Me. Gak langsung bubar jalan. Ini baru juga jalan empat hari, masa putus seputus putusnya?"

"bener. Gimanapun, bukannya matre ya. Cuma, ya... bibit, bebet, bobot. Lagian, biarpun belum pernah ngomong langsung, kelihatannya gak sombong gitu. Balikan aja Me." Saran mereka kompak. "kalau aku ya, gak bakal lepas lagi deh tu anak. Guna-guna bila perlu."

Amazing. Mereka sungguh punya pemecahan masalah yang luar biasa.

Apapun itu, mataku terpaku pada pesan pendek Farhan yang memintaku datang membawa minum ke tempat mereka tanding futsal. Aku dengan gesit membalas penolakanku tapi pamit pada para gadis. Acara gossip mereka semakin tidak sehat untuk kuikuti.

15 menit kemudian tiba di depan gedung futsal yang tak jauh dari kampus bersama satu dus air mineral. Tak lama aku parkir, mobil sedan kecil ikutan parkir. Dengan cekatan aku langsung menelpon Farhan. Dia tak bermimpi menyuruhku mengangkut ini kedalam kan?

"cepatan. Ke depan." Dia belum sempat menjawab saat aku menutup telp.

Sebentar kemudian yang keluar adalah Garra. Dia celingukan sebelum melihatku. Kenapa harus Garra? Farhan bajingan. Turun dari motor aku baru saja akan membalas lambaian tangannya saat dari belakangku terdengar suara seseorang.

"hey." Mendengar ini aku berbalik. "sorry, lama gak? Aku kejebak didepan gerbang." Cewek itu tersenyum sambil memberitahu kalau minumnya ada di bagasi yang pintunya baru saja terbuka. Setelah itu pandangannya jatuh padaku yang ada diantara mereka dengan tangan setengah terangkat dan jelas terlihat menyimak sapa menyapa mereka.

Aku hampir akan pura-pura menggaruk kepala tapi dengan cool menurunkan tanganku yang terlihat sangat menyedihkan dan berbalik menghadap Gara sambil tersenyum.

"Farhan minta dibawain minum." Aku menunjuk dus yang ada di motor maticku dengan kaki. "kamu yang sekalian ambil apa dia?"

"sebentar ya Cha." Si cewek menjawab iya dan Garra menghampiriku terlebih dahulu. Tapi dia menyapanya lebih dulu sebelum aku. "katanya kamu gak mau."

Ini pasti jawabanku pada Farhan tadi yang dibahas.

"Dia gak mungkin minta tolong aku kalau bukan kepepet. Putri gak kesini kan?" dia mengambil dus minum dan aku langsung kembali naik. Dia bertanya apa aku langsung balik. "iya. Yok!"

Aku menyalakan motor dan mundur teratur.

Begitu aku keluar, mereka langsung bertegur sapa. Jauh menggali memory, aku ingat pernah mengalami ini setahun yang lalu. Saat aku bersama Jedi diparkiran dan Samantha datang. bisa kuingat dengan sangat jelas bagaimana aku melaju pulang bersama Momo dengan kecepatan sedang. Kalau ngebut dibilang cemburu, kalau pelan lebih cemburu lagi.

Karena ini pengalaman kedua, aku harap aku sudah menghandlenya dengan baik.

***

That time when we're together (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang