Chapter 2

5.7K 437 27
                                        


#PREM

"Begini saja, kau bisa menemuiku di akhir pekan, Wad. Aku janji akan meluangkan waktuku untukmu di akhir pekan." Aku masih berusaha bernegosiasi dengan Wad, ketika dia terus memaksaku untuk stay dengannya malam ini.

"Ck, kau sangat keras kepala P'Prem." Wad mempoutkan bibirnya dengan sebal.

"Siapa yang kau sebut keras kepala, anak nakal?" Aku mendengus kesal, membuat Wad sedikit tertawa kecil.

"Baiklah, P'. Aku akan menurut kali ini. Tapi kau tidak bisa lagi mengingkari janjimu, P'Prem. Aku akan berkunjung ke apartemenmu hari sabtu nanti." Kata Wad lagi.

"Baiklah, baiklah.. kembalilah ke dorm mu. Aku pulang ya.. bye.."

"P'Prem..." Wad menahan tanganku.

"Apalagi?"

"Aku mencintaimu."

"..."

Aku tidak menjawab kata-kata Wad dan hanya tersenyum pelan padanya. Wad memang terlihat kecewa karena aku tidak membalas kata-katanya. Tapi seperti biasa, dia melepaskanku begitu saja dan membiarkanku pergi dalam diam.

Aku pergi menuju ke halaman parkir. Ku buka pintu mobilku dan masuk ke dalamnya. Namun aku tidak segera pergi, aku masih duduk sambil menyandarkan keningku di kemudi mobil. Beberapa kali, aku menghela nafas dengan berat.

Sebuah rasa bersalah kembali muncul di hatiku. Tentu saja, aku tau bahwa kali ini aku menyakiti Wad lagi. Aku menyakiti pria yang aku tau dengan pasti sangat mencintaiku.

Wad adalah seorang pemuda yang dingin dan kasar. 2 tahun lalu, kami akan saling menggeram setiap kali bertemu. Apapun yang dia lakukan sangat memuakkanku. Tapi sekarang, sikapnya sangat berubah 180 derajat. Wad selalu mencoba untuk memperbaiki perilakunya buruknya. Terlebih lagi denganku. Setelah kami resmi menjadi sepasang kekasih, Wad berubah menjadi pria yang sangat romantis dan hangat. Setiap hari, dia tidak akan lupa mengucapkan 'I Love You' atau 'I Miss You' padaku. Dia selalu memperhatikanku dan selalu mengingatkanku agar tidak melupakan makan. Setiap malam sebelum tidur, dia akan selalu menelepon, mengucapkan selamat malam dan mengirimkan ciuman virtualnya.

Ya, begitu banyak yang sudah dia lakukan padaku dan aku bahagia menerima semua itu darinya. Tapi disisi lain, semua itu juga membuatku merasa menjadi pria yang tidak tau diri, ketika aku tau persis bahwa aku tidak pernah membalas perlakuannya padaku tersebut. Bahkan mengatakan 'I Love You' atau 'I Miss You' saja, aku jarang melakukannya. Aku selalu menolak jika Wad memintaku menginap di dormnya atau dia meminta ijin untuk menginap di apartemenku.

Aku tau aku memang tidak tau diri. Aku tau aku bukanlah kekasih yang baik untuknya.

Tapi satu hal yang tidak pernah ku ragukan adalah, bahwa aku pun mencintainya. Sama besarnya seperti dia mencintaiku.

Hanya saja... terkadang aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk mencintai siapapun.

Aku mengangkat kepalaku dan melihat Wad yang masih berada di tempatnya. Wajahnya terlihat heran karena melihatku tidak segera pergi dari tempat itu. Sebuah pesan kemudian masuk ke ponselku.

"Kau melupakan sesuatu, P'?" Pesan Line dari Wad.

Aku kembali memandang Wad dari dalam kaca mobil. Aku menggelengkan kepalaku pelan sebagai jawabannya. Kemudian aku melambaikan tanganku padanya sebagai tanda perpisahan kami malam itu.

Senyum Wad mengembang, sambil membalas lambaian tanganku. Nampaknya senyuman dan lambaianku itu membuatnya begitu bahagia.

Apa yang sudah ku lakukan?

NO REGRET, JUST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang