#AUTHOR
Siang itu, Kongpob dan Arthit pergi menemui pemilik apartemen yang akan mereka sewa untuk mengurus dokumen kepindahan mereka. Setelah menandatangani beberapa dokumen dan melakukan persetujuan biaya sewa, mereka pun pergi untuk berkeliling di dalam apartemen yang nantinya akan mereka tinggali.
Ketika masuk ke dalamnya, keduanya, Kongpob dan Arthit menyelingkan senyum lebar di wajah mereka masing-masing. Apartemen itu tidak terlalu besar, namun terlihat sangat nyaman untuk di tinggali. Arthit langsung berlari ke arah jendela besar yang ada di sana dan memandang pemandangan di bawahnya. Kamar apartemen mereka terletak di lantai 8, sehingga ketika melihat keluar jendela, pemandangan yang terlihat dari sana adalah pemandangan jalanan kota Bangkok.
Arthit tersenyum, "It's good..." Ujarnya.
Kongpob tersenyum geli melihat kekasihnya yang terlihat sangat antusias dengan apartemen baru mereka. Seakan dia sudah sangat tidak sabar untuk tinggal disana dan menciptakan banyak kenangan.
Kongpob perlahan melangkah ke arah Arthit dan memeluknya dari belakang. Satu tangannya memeluk pinggang Arthit dan satu lagi memeluk leher Arthit.
Arthit pun tersenyum tipis. Dia sangat merasa nyaman kapan pun Kongpob memeluknya seperti ini. Sambil menggenggam jemari Kongpob yang berada di pinggangnya dengan erat, Arthit mulai bergumam, "Kau menyukainya?" Tanya Arthit.
"Tentu P'Arthit. Aku sangat menyukainya... aku benar-benar sudah tidak sabar untuk tinggal disini bersamamu."
"Aku juga Kongpob," Arthit menghadapkan wajahnya ke arah Kongpob dan mengecup bibir kekasihnya itu dengan cepat.
"Untuk sementara, hanya ini yang bisa ku berikan untukmu, Kongpob. Tapi aku berjanji, suatu saat nanti, jika uangku sudah terkumpul banyak, aku akan membeli rumah kita sendiri. Rumah yang akan kita tinggali berdua. Rumah yang akan menjadi tempat bagi kita berbagi suka dan duka dan tempat bagi kita untuk menua sama-sama. Aku berjanji akan bekerja keras untuk mewujudkan itu." Kata Arthit tulus.
"P'Arthit... tidak, aku tidak akan membiarkan P'Arthit bekerja keras sendirian. Ketika aku sudah lulus kuliah nanti, aku juga akan bekerja keras demi menghidupi P'Arthit, hingga P'Arthit tidak perlu bekerja lagi. Tugas P'Arthit adalah mengurus rumah dan mengurusku. Soal bekerja, mencari uang untuk membeli rumah kita, biar menjadi tanggung jawabku."
Arthit tertawa pelan, sambil membalikkan badannya menghadap ke arah kekasihnya. Arthit meraih kedua tangan Kongpob dan menggenggamnya erat-erat.
"Baiklah, kalau begitu... kita akan sama-sama bekerja, dan sama-sama mengumpulkan uang untuk membeli rumah kita sendiri. Cukup adil bukan?"
"Tidak. Pokoknya, aku yang akan membelikan rumah untuk P'Arthit. Bersabar sedikit lagi ya P'Arthit. Aku berjanji setelah aku lulus, aku akan benar-benar mengurusmu dan membuatmu bahagia. Aku berjanji," Ujar Kongpob dengan nada bergetar.
Arthit tersentuh. Dia tau bahwa Kongpob itu lebih muda darinya, namun terkadang, pemikiran Kongpob itu bisa lebih dewasa dari pada dirinya. Tidak mau berdebat lagi dengan Kongpob, Arthit pun hanya mengangguk kecil, sambil menangkupkan kedua tangannya di wajah Kongpob.
"Baiklah, anak nakal. Kau harus pastikan, kau membeli rumah yang besar untukku. Setuju?"
"Pasti!"
"Hm, tapi untuk sekarang, kau belajarlah yang benar dan luluslah dengan nilai yang baik. Jadi nantinya kau bisa di terima di perusahaan yang besar dengan gaji yang besar juga."
"Aku akan berusaha keras, P'Arthit. Demi P'Arthit..."
"Hey, kau harus melakukan itu demi dirimu juga, bodoh."

KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET, JUST LOVE
FanficAgain. Sotus fanfiction. Want to know? Just read it! Happy reading.... ^^